tirto.id - Ibu-ibu nampak serentak melakukan gerakan yang sama. Mereka sedang sibuk membetulkan posisi masing-masing gendongan anak. Ini adalah sebuah simulasi menggendong massal dalam rangka memperingati Pekan Menggendong Internasional atau International Babywearing Week awal Oktober lalu di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Menggendong sepintas jadi kegiatan yang mudah dilakukan, setiap orang punya cara dan posisi masing-masing yang nyaman bagi mereka. Beberapa orang menggendong dengan menempatkan anak di depan dada dan posisi anak membelakangi ibu. Ada yang seperti memeluk, menggendong menyamping, dan menggendong di punggung layaknya membawa tas rangsel.
Namun, kegiatan menggendong anak tak sesederhana yang biasa dilakukan orang pada umumnya. Posisi menggendong yang tepat harus menempatkan lutut anak lebih tinggi dari bokongnya. Untuk bayi baru lahir, baik untuk menggendong dengan posisi natural, yakni lututnya ke atas, tulang punggung berbentuk J shape, dan tidak mengangkang. Ketika sudah sedikit besar, anak dapat digendong dengan posisi M shape, yakni membentuk dasar atau alas untuk bokong lebih lebar sampai ke paha. Sehingga lutut anak terdorong ke atas membentuk huruf M.
Baca juga:Perkembangan Anak Pengaruhi Kualitas Bangsa
Kedua posisi di atas, dianggap paling aman karena membuat panggul bayi tetap berada di dalam rongganya. Konsultan menggendong bayi dari Trainee School of Babywearing UK, dr Astri Pramarini, menjelaskan posisi menggendong agar bayi tetap merasa aman dan nyaman, terdapat lima aturan ketika menggendong yang sering disingkat TICKS. Pertama, tight atau ketat, maksudnya kain gendongan harus dipasang dengan erat, sehingga bayi merasa seperti dipeluk.
Kedua, in view at all times. Pastikan bayi selalu terlihat, tidak tenggelam dalam gendongan. Ketiga, Close enough to kiss. Pastikan bayi sejauh jarak kecupan saat digendong. Keempat, Keep chin off the chest. Pastikan dagu bayi tidak menempel ke dadanya agar saluran pernafasan tidak terganggu. Kelima, Supported back, yakni menggunakan gendongan yang dapat menyangga punggung bayi sampai leher dengan sempurna.
“Selain itu perhatikan kenyamanan bayi dan si penggendong. Sesuaikan cara menggendong dengan umur, berat badan bayi, lahir cukup bulan atau tidak,” kata dr Astri.
Baca juga:Berguru dari Kanguru untuk Menangani Bayi Prematur
Posisi gendong J shape dan M shape terbukti dapat menjaga kesehatan sendi pinggul bayi. Bayi baru lahir memiliki posisi tubuh melengkung membentuk C shape. Dengan posisi M shape tulang belakang akan tumbuh secara optimal dan terjaga. Ini karena posisi demikian tidak membuat berat kaki menarik sendi pinggul ke bawah. Posisi ini memungkinkan cakram tulang belakang yang berfungsi sebagai peredam, melindungi tulang belakang, otak, dan struktur tulang lain dengan sempurna.
“Perhatikan kenyamanan dan keamanan juga, jangan sampai jatuh apalagi sesak napas,” katanya.
Menyoal jenis gendongan, para ibu juga harus menyesuaikan usia anak. Jenis gendongan stretchy wrap digunakan pada bayi baru lahir. Lalu jenis Selendang/Jarik/Cukin, ring sling, dan woven wrap dapat dipakai pada bayi baru lahir hingga berumur lima tahun karena mampu menahan beban hingga 20 kg. Untuk anak berumur empat bulan hingga lima tahun dapat menggunakan jenis gendongan meh dai, soft structured sarrier, dan tipe pouch.
Manfaat Menggendong Anak
Posisi menggendong M shape memang belum lazim digunakan para ibu di Indonesia. Sebabnya, banyak yang masih menyangka posisi tersebut akan membuat kaki bayi kesakitan karena mengangkang. Padahal, cara ini yang paling tepat dan disarankan untuk menggendong anak. Posisi menggendong selain M shape, berpotensi membuat pertumbuhan tulang bayi tak maksimal.
Misalnya, posisi bayi menghadap depan dan membelakangi penggendong, kemampuan gendongan tidak akan menyokong kaki bayi dengan sempurna. Orang tua juga jadi lebih sulit merespons isyarat karena wajah bayi tidak terlihat langsung. Selain posisi punggung bayi melengkung ke depan, maka otomatis gendongan tidak menyokong kepala maupun leher bayi. Paha bagian dalam bayi juga berpotensi lecet karena tekanan gendongan pada pangkal paha. Posisi menggendong seperti ini juga menyebabkan efek buruk bagi punggung penggendong.
Penelitian “Potential Therapeutic Benefits of Babywearing” oleh Robyn L. Reynolds Miller, pada 2016 menyatakan, menggendong bayi dengan posisi tepat dapat memberi manfaat terapeutik yaitu menciptakan efek analgesik, mendukung perkembangan sosio emosional bayi sehingga bayi lebih tenang dan jarang menangis.
Baca juga:Anak Doyan Jumpalitan Tandanya Cerdas
Posisi M shape juga memungkinkan bayi melatih kemampuan berbahasa, dan mempererat ikatan emosional dengan orang tua karena wajah bayi menghadap orang yang menggendongnya. Selain itu juga melatih perkembangan otot inti bayi karena menggendong dengan posisi M shape memiliki efek yang sama dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap.
“Membangun kelekatan dengan bayi, memudahkan menjalani kegiatan harian, mengurangi depresi pasca persalinan, serta meningkatkan derajat kesehatannya,” tambah Astri.
Dalam jurnal yang ditulis Miller, saat seorang anak disuntik dan lebih dulu digendong dengan posisi M shape selama 15 menit, maka berpotensi 85 persen lebih jarang menangis dan 65 persen lebih jarang meringis menahan sakit. Bayi yang sering digendong dengan posisi M shape juga tidur lebih nyenyak. Ini menunjukkan peningkatan ketahanan terhadap stres dan perkembangan psikomotorik pada usia 12 bulan.
“Menggendong juga bermanfaat bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Karena mereka mencari stimulasi yang menenangkan diri. Saat menggendong, secara naluriah, kita akan mengayunkan gendongan,” ujar Miller
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra