tirto.id - Polusi udara Jakarta terus meningkat selama beberapa hari terakhir ini. Polusi udara pun jadi permasalahan serius karena dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan beberapa penyakit berbahaya.
Berdasarkan informasi dari situs IQAir, indeks kualitas udara (AQI) per 8 Juni 2023 tercatat sebesar 155. Konsentrasi polutan PM2,5 (particulate matter berukuran setara atau lebih rendah dari 2,5 mikrometer) berada di level 63 µg/m³, sedangkan polutan SO2 diketahui sebesar 12,8 µg/m³.
Angka ini menunjukkan bahwa kualitas udara di ibu kota sudah tidak sehat. Bahkan, Jakarta menduduki posisi kelima sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia.
Polusi udara sendiri bukan persoalan remeh karena bisa menyebabkan sejumlah penyakit, bahkan kematian dini. Di tahun 2023, tercatat setidaknya sudah ada 4.600 kasus kematian akibat polusi udara di Jakarta.
Meski demikian, indeks kualitas udara di Jakarta diperkirakan akan mengalami penurunan selama beberapa hari ke depan. Namun, udara Jakarta masih tetap tergolong tidak sehat, terutama bagi kelompok sensitif seperti balita, ibu hamil, dan lansia.
10 Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan
Polusi udara memberikan banyak dampak negatif bagi kesehatan. Berikut beberapa contoh penyakit dan dampak yang bisa disebabkan oleh pencemaran udara:
1. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan
Iritasi merupakan dampak yang bisa dirasakan langsung dari polusi udara. Situs European Environment Agency (EEA) menyebutkan bahwa pencemaran udara bisa menyebabkan iritasi pada mata, hidung, hingga tenggorokan yang berujung pada kesulitan bernapas.
Iritasi seperti ini umumnya disebabkan oleh polutan seperti particulate matter atau benda partikulat, nitrogen dioksida, ozon (O3), serta benzo(a)pyrene atau BaP.
2. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Dikutip dari Antaranews, dokter spesialis paru dr. Feni Fitriani Sp.P(K) menegaskan bahwa polusi udara di Jakarta bisa meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang rentan terjadi pada anak-anak. Sesuai namanya, penyakit ini menyerang saluran pernapasan dan umumnya menimbulkan gejala seperti batuk dan pilek.
3. Gangguan pertumbuhan paru-paru
dr. Feni Fitriani juga mengingatkan adanya risiko gangguan pertumbuhan paru-paru pada anak-anak. Hal serupa juga diungkapkan oleh laman American Lung Association, bahwa paparan polusi udara bisa menghambat perkembangan organ paru pada anak-anak yang notabene masih usia pertumbuhan.
Akibatnya bisa dirasakan hingga anak-anak beranjak dewasa. Fungsi paru-paru mereka tidak akan bekerja dengan maksimal dan bisa membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
4. Asma
Asma merupakan gangguan kesehatan yang terjadi akibat saluran pernapasan yang membengkak, menyempit, atau dipenuhi lendir. Sampai saat ini belum diketahui pasti apa yang menyebabkan asma. Namun, serangan asma bisa dipicu oleh polutan seperti debu dan asap yang mencemari udara.
5. Penyakit kardiovaskular
Polusi udara meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Situs United States Environmental Protection Agency menuturkan bahwa penyakit jantung dan stroke bisa disebabkan oleh polutan seperti benda partikulat dan nitrogen oksida.
Jika terpapar dalam jangka waktu lama, polutan tersebut bisa menyebabkan penuaan dini pada pembuluh darah serta penumpukan kalsium secara cepat di arteri koroner. Hal inilah yang kemudian menghambat aliran darah ke jantung sehingga menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
6. Gangguan sistem reproduksi
Polusi udara berpotensi menyebabkan gangguan kesuburan, bahkan kemandulan bagi pria maupun wanita. Menurut penelitian yang diterbitkan di National Library of Medicine, ada keterkaitan antara paparan polutan seperti nitrogen dioksida dengan penurunan angka kelahiran.
Benda partikulat juga dianggap bisa mengurangi peluang hamil (fekundabilitas). Sementara polutan sulfur dioksida dan karbon monoksida dapat meningkatkan risiko keguguran serta bayi lahir mati.
7. Kanker paru-paru
Polusi udara pastinya akan berdampak langsung pada organ pernapasan. Polutan seperti benda partikulat dan BaP bisa merusak jaringan organ paru-paru. Kerusakan ini diduga dapat menciptakan sel abnormal yang kemudian akan berkembang menjadi kanker.
8. Stunting
Sebuah studi yang mengkaji dampak polusi udara di Jakarta juga menunjukkan bukti adanya keterkaitan polusi dengan terjadinya stunting. Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Stunting terjadi ketika anak-anak tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Namun, stunting juga bisa terjadi akibat adanya infeksi yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti polusi udara.
9. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Ibu hamil tergolong dalam kelompok sensitif yang harus waspada dengan pencemaran udara. Polusi udara diduga menjadi salah satu penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah. Menurut sebuah studi yang pernah dilakukan di Iran pada tahun 2008-2018, ibu hamil yang terpapar polutan PM10 dan SO2 berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
10. Kelahiran prematur
Masih merujuk pada studi yang sama yang dilakukan di Iran, polusi udara juga meningkatkan risiko terjadi kelahiran bayi prematur. Hal ini bisa disebabkan oleh paparan polutan seperti nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, serta PM2,5.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari