Menuju konten utama

Polri Turun Tangan Bantu Awasi Harga Bahan Pangan Ramadan

Sampai saat ini sudah ada 79 kasus kecurangan bahan pangan yang ditangkap dan diungkap oleh jajaran kepolisian.

Polri Turun Tangan Bantu Awasi Harga Bahan Pangan Ramadan
Pedagang menimbang cabai di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (4/4). BPS mencatat deflasi pada bulan Maret 2017 sebesar 0,02 persen yang dipicu penurunan harga bahan pangan terutama cabai. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama/17

tirto.id - Memasuki bulan Ramadan, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah berinisiatif membentuk satuan petugas (satgas) untuk mengawasi harga pangan. Dengan dibentuknya satgas tersebut, diharapkan harga pangan dapat lebih stabil dan terhindar dari adanya upaya praktik spekulan harga.

Tak hanya antarkedua institusi tersebut, satgas juga dikatakan sebagai wujud dari koordinasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga lain, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan Bulog.

“Tujuannya dalam rangka untuk stabilitas harga pangan sembako, terutama di bulan Ramadan dan Lebaran. Sampai saat ini sudah ada 79 kasus yang ditangkap dan diungkap oleh jajaran kepolisian,” ujar Kepala Polri Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/6/2017) sore.

Adapun dari 79 kasus tersebut terbagi dua, yakni kasus yang terkait langsung dengan kecurangan bahan pokok seperti penimbunan, oplosan, dan lain-lain, serta kasus hukum di luar bahan pokok namun berkaitan dengan pangan, seperti menggunakan bahan makanan berbahaya untuk makanan olahan.

Sebagaimana diketahui, untuk kasus kecurangan bahan pokok jumlahnya mencapai 41 kasus per awal Juni ini, sementara untuk yang di luar bahan pokok, besarannya mencapai 38 kasus.

Tito pun mengatakan satgas pangan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi. “Ada tim inflasi tingkat pusat dan daerah, sehingga BI berperan penting. Kita akan berkolaborasi dengan satgas pangan dan tim inflasi. Diharapkan stabilitas harga terjaga, inflasi bisa ditekan, dan sistem keuangan juga bisa stabil,” ungkap Tito.

Menanggapi inisiatif langsung dari Kapolri tersebut, Gubernur BI Agus Martowardojo memberikan apresiasinya. “Saya merasa ini salah satu bentuk yang paling efektif bagi kita agar harga-harga terkendali, khususnya di bulan keagamaan besar, dalam arti Lebaran ini,” ucap Agus.

Seperti halnya Polri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun telah melakukan antisipasi dalam mengawal agar harga bahan pangan tetap stabil di bulan Ramadan tahun ini.

Seperti telah digalakkan sejak bulan lalu, Kemendag beberapa kali terlihat mendatangi pasar tradisional, ritel, dan gudang penyimpanan barang kebutuhan pokok. Salah satunya seperti dilakukan di Solo.

“Kami berharap dengan pemantauan ini, dapat menghindari terjadinya kekurangan pasokan, memastikan tidak terjadinya gangguan distribusi, serta aksi spekulasi atau penimbunan barang kebutuhan pokok secara tidak wajar,” kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Peningkatan Sarana Perdagangan, Eva Yuliana, di Solo pada 7 Mei lalu.

Sementara itu, dari sejumlah upaya pengendalian harga bahan pangan, hasilnya sudah mulai terlihat. Seperti diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (2/6/2017) lalu, harga bahan makanan saat memasuki bulan Ramadan tahun ini tergolong terkendali. Bahkan menurut Ketua BPS Suhariyanto, stabilnya harga jauh lebih baik dibandingkan saat jelang Ramadan tahun lalu.

“Pemerintah sudah mengantisipasi untuk mencukupi stok, kemudian meminta para distributor pangan untuk melaporkan stoknya dan tidak menimbun. Saya pikir, pengaruhnya akan besar,” kata Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari