tirto.id - Polri belum menemukan indikasi ancaman teror menjelang perayaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Tapi kepolisian terus aktif mengantisipasi berbagai ancaman tersebut.
“Tidak ada rencana serangan teror Natal dan tahun baru. Tapi kami akan terus mengawasi (ancaman teror),” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Mabes Polri, Rabu (19/12/2018). Ia menambahkan ada 21 terduga teroris telah ditangkap jajarannya sejak November hingga Desember.
Dengan rincian, enam terduga teroris ditangkap di Sumatera Utara, empat orang di Sulawesi Tengah, tiga orang di Jawa Barat, tiga orang di Sulawesi Selatan, dua orang di Yogyakarta, satu orang di Jambi, serta dua orang yang kembali dari Suriah.
Meski ke-21 orang itu tidak berkaitan langsung dengan ancaman Natal dan Tahun Baru, lanjut Tito, polri tetap mengantisipasi terorisme sehingga masyarakat merasa aman. Kepolisian juga bekerja sama dengan TNI, ormas, serta sukarelawan dalam mengamankan perayaan Natal.
Polisi melakukan penangkapan besar-besaran setelah bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, Mei 2018. Operasi penangkapan didukung dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme.
"Sejak kasus bom Surabaya, kami sudah lakukan penangkapan dalam rangka pencegahan, preemptive strike dengan UU baru, ada 370 orang lebih (terduga teroris) yang ditangkap," jelas Tito.
Untuk kasus kejahatan konvensional seperti copet, jambret, hipnotis, calo maupun preman, Tito memerintahkan seluruh kapolda dan kapolres untuk mengawasi serta menindak jika terjadi pelanggaran. “Tujuannya agar masyarakat merasa nyaman berada di ruang publik,” jelas dia.
Tito juga menyoroti peristiwa begal yang kerap terjadi di area Lampung dan Sumatera Selatan. Ia menegaskan kepada jajarannya untuk menangkap jika para pembegal beraksi.
“Saya akan evaluasi kalau ada kejadian itu, kapolres di daerah itu akan bertanggung jawab kepada saya,” kata Tito.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Alexander Haryanto