Menuju konten utama

Politisi Partai Buruh Dibunuh, Kampanye Brexit Ditunda

Seorang politisi partai Buruh, Jo Cox, diserang hingga tewas oleh seorang pria saat bertemu konstituennya di daerah Batley, Inggris. Pembunuhan Cox ini mengakibatkan kampanye Brexit ditunda sebagai bentuk solidaritas terhadapnya.

Politisi Partai Buruh Dibunuh, Kampanye Brexit Ditunda
(Ilustrasi) Pemegang Senjata. Foto/shutterstock.

tirto.id - Seorang anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh, Jo Cox, tewas setelah ditembak dan ditusuk di daerah pemilihannya pada Kamis, (16/06/2016). Saat ini polisi telah menangkap pelaku penyerangan, tidak jauh dari tempat kejadian perkara.

Jo Cox, yang mewakili daerah Batley dan Spen, ditemukan terbaring berlumuran darah di Birstall, West Yorkshire. Seorang saksi mata mengungkapkan, pelaku penyerangan sempat meneriakkan “ Put Britain First” setidaknya dua kali sebelum menyerang Cox.

Pelaku penyerangan yang saat ini telah diamankan kepolisian Inggris diketahui bernama Tommy Mair. Ia ditangkap di Market Street, tidak jauh dari Perpustakaan Birstall, lokasi dimana Cox tengah mengadakan pertemuan dengan konstituennya.

Ungkapan bela sungkawa mengalir dari para politisi termasuk Perdana Menteri Inggris David Cameron, Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry.

Para pengampanye referendum Brexit, baik dari pihak pro-pemisahan maupun pro-Uni Eropa, sama-sama menunda aktivitas mereka sebagai ungkapan solidaritas atas kejadian ini. Inggris akan menggelar referendum untuk memutuskan status keanggotaan mereka di Uni Eropa pada 23 Juni mendatang.

Ratusan sahabat dan kolega dari Cox berkumpul di Gereja St Peter Birstall untuk mengikuti ibadah mengenang mendiang. Anggota parlemen lainnya termasuk Yvette Cooper nampak bersedih dan saling berpelukan seusai acara.Brendan Cox, suami korban, mengatakan bahwa istrinya pasti mengharapkan supaya rakyat Inggris dapat “bersatu untuk memerangi kebencian yang telah membunuhnya”.

Pimpinan Partai Buruh, Jeremy Corbyn mengungkapkan, Inggris merasa sangat “terkejut atas pembunuhan mengerikan ini”, dengan menyebut Cox sebagai “rekan yang sangat dicintai”.

“Jo meninggal saat menunaikan tugasnya sebagai perwujudan inti dari demokrasi kita, saat ia tengah mendengarkan dan mewakili aspirasi dari rakyat yang telah memilihnya,” tambahnya.

“Di masa depan, pasti akan ada pertanyaan yang harus dijawab, mengenai bagaimana dan mengapa ia sampai harus mengorbankan nyawanya. Tapi, untuk saat ini, segenap hati dan simpati kita ada bersama suami Jo, Brendan, dan kedua anak mereka. Mereka akan tumbuh tanpa didampingi ibu mereka, tapi mereka pasti bangga akan apa yang telah dilakukan, yang telah dicapai, dan telah diperjuangkan oleh ibunya,” pungkasnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan bahwa “serangan ini ditujukan kepada semua orang yang masih berjuang dan percaya kepada demokrasi”.

Sementara itu, Perdana Menteri David Cameron turut mengungkapkan rasa duka citanya kepada Cox melalui Twitter.

“Sangat terkejut atas laporan bahwa Jo Cox telah diserang. Segenap doa dan pikiran kami bersama Jo dan keluarganya,” cuitnya.

Cox terpilih sebagai anggota parlemen pada 2015. Ia lahir di Batley.

Cox lulus dari Cambridge University pada 1995 dan selanjutnya berkarir sebagai kepala kebijakan di Oxfam. Mark Godring, kepala eksekutif bidang charity mengungkapkan, “Oxfam sangat terkejut mendengar berita ini. Segenap simpati dan perhatian kami bersama Jo dan keluarganya di saat-saat sulit seperti ini.” (BBC)

Baca juga artikel terkait POLITIK

tirto.id - Politik
Sumber: BBC
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra