tirto.id - Kepolisian sudah mulai menyiapkan pelaksanaan aksi simpatik 55 yang akan berlangsung pada Jumat (5/5/2017). Aparat berwajib sudah menyiapkan sejumlah personel untuk pengamanan aksi yang akan diikuti alumni Aksi 212 itu. Namun, polisi berharap agar aksi tersebut tidak dilakukan dengan cara long march.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengaku Polda Metro Jaya sudah mendapat surat pemberitahuan aksi simpatik 55. Aksi tersebut rencananya akan berawal dari Masjid Istiqlal kemudian berjalan ke Gedung Mahkamah Agung (MA). Argo mengaku telah mengimbau kepada massa Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) selaku pelaksana aksi untuk tidak turun dengan melakukan long march.
"Kami mengharapkan tidak adanya turun ke jalan atau long march karena bisa mengganggu ketertiban umum dan nanti seandainya ada warga yang akan melahirkan, nanti terhambat," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (4/5).
Kendati demikian, Argo menerangkan bahwa polisi memberikan pilihan alternatif selain long march. Mereka berencana memfasilitasi aksi simpatik 55 dengan memberikan kendaraan. Kendaraan tersebut nantinya akan membawa pengirim pesan dan penerima pesan.
"Nanti pengirim pesan dan penerima pesan bisa berkomunikasi dan bisa kita pertemuan," kata Argo.
Mantan Kabid Humas Polda Jatim ini menuturkan, Polda Metro Jaya menyiagakan sekitar 15.000 personel untuk mengamankan aksi massa di aksi simpatik 55. Polda Metro Jaya juga berharap aksi simpatik tidak mengganggu ketertiban dan merusak fasilitas umum.
"Jangan melakukan kegiatan yang bertentangan norma hukum. Ada aturan menyampaikan pendapat di muka hukum. Sesuai Pasal 9 Tahun 1998 kita harus pahami semua, jadi masyarakat menyampaikan pesan bisa diterima penerima pesan," kata Argo.
Di tempat terpisah, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengaku belum mendapat laporan detail tentang aksi simpatik 55. Ia menegaskan, aksi tersebut belum menunjukkan indikasi makar.
"Sampai sejauh ini kita belum mendapatkan informasi yang mengarah ke sana," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/5).
Mantan Wakabaintelkam itu mengaku, semua kewenangan pengamanan berada di tangan Polda Metro Jaya. Mabes Polri hanya membantu Polda Metro Jaya bila diperlukan. Salah satu langkah Mabes Polri adalah dengan berkoordinasi kepada polda terdekat untuk pergerakan personel.
"Kita juga perkirakan kalo perlu bantuan dari Polda terdekat, akan digeser ke Polda Metro. Tapi bisa dipegang Polda Metro, mungkin hanya Polda Metro di-back up Mabes Polri," kata Setyo.
GNPF-MUI Siap Akomodir Keinginan Kepolisian
Saat dimintai tanggapan tentang keinginan mengubah aksi, GNPF-MUI siap mengakomodir keinginan kepolisian. Tim advokasi GNPF-MUI Kapitra Ampera mengatakan, GNPF-MUI tidak mempermasalahkan apabila aksi simpatik 55 tidak dilakukan dengan cara long march. Mereka siap mengikuti ketentuan kepolisian dengan mengirimkan delegasi.
"Yang penting kan bukan cara, tapi perbuatan. Kita kirim delegasi ke Mahkamah Agung menemui pimpinan Mahkamah Agung," kata Kapitra saat dihubungi Tirto, Kamis (4/5).
Kapitra mengatakan, aksi simpatik 55 akan berbentuk munajat kepada Allah SWT di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (5/5). Massa aksi akan berdzikir, sementara tim delegasi akan menemui Mahkamah Agung. Kapitra menjelaskan tim aksi simpatik pun sudah menentukan orang-orang yang ikut dalam delegasi.
"Ada 10 orang," kata Kapitra.
Kendati demikian, Kapitra tidak merinci nama-nama 10 orang yang menjadi delegasi. Akan tetapi, dirinya memastikan KH Abdullah Gymnastiar dan Ketua Bidang Hukum GNPF-MUI Nasrullah akan ikut dalam delegasi tersebut.
Kapitra mengaku persiapan aksi sudah berjalan dengan baik. Mereka sudah mengurus perizinan ke Masjid Istiqlal untuk aksi besok. Sekitar 5.000 laskar diperkirakan akan turun mengawal aksi simpatik 55. Akan tetapi, pria yang juga advokat Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab itu memastikan aksi simpatik bukan lah aksi, tetapi langkah bermunajat untuk mendapatkan jawaban terbaik.
"Jadi besok itu bukan aksi, bukan demo, munajat. Kita meminta kekuatan," tutur Kapitra.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto