Menuju konten utama

Polisi Sebut 3 Kabupaten di Papua Rawan Konflik Saat Pilkada

Kapolda Papua mengajak ormas dan tokoh-tokoh untuk memberi pemahaman pada masyarakat agar pilkada bisa berlangsung aman.

Polisi Sebut 3 Kabupaten di Papua Rawan Konflik Saat Pilkada
Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar . ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyatakan dari tujuh kabupaten/kota di Papua yang akan mengadakan Pilkada 2018, ada tiga kabupaten yang rawan konflik, yakni Mimika, Jayawijaya, dan Paniai. Ketiga daerah itu rawan karena ada kemungkinan gesekan antarpendukung yang diawali pengelompokan masyarakat.

Karena itu, pihaknya akan berupaya untuk mencegah potensi konflik itu dan berharap para pasangan calon kepala daerah turut serta memberikan penyadaran hingga pendukungnya tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum serta menganggu ketertiban umum.

"Tokoh masyarakat, tokoh agama dan semua lapisan masyarakat harus berperan aktif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat agar pilkada berlangsung aman tanpa gesekan," harap Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli seusai memimpin apel dan penyerahan penghargaan kepada anggota Polri yang berprestasi di Jayapura, Senin (16/102017).

Tahun depan ada tujuh kabupaten di Papua yang akan melaksanakan pilkada, yaitu Kabupaten Jayawijaya, Mimika, Paniai, Mamberamo Tengah, Puncak, Biak Numfor dan Kabupaten Deiyai serta Provinsi Papua.

Ketika ditanya apakah gangguan dari kelompok bersenjata terus mengganggu pilkada di Papua, Kapolda Irjen Boy mengatakan, kemungkinan itu bisa saja namun pihaknya akan berupaya agar pilkada 2018 berlangsung aman.

"Polisi akan merangkul seluruh elemen masyarakat agar gesekan antar para pendukung tidak terjadi," kata Boy Rafli.

Ada 171 wilayah di Indonesia akan melakukan pemilihan Gubernur, Walikota, dan Bupati tahun depan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian memperkirakan ada tiga daerah yang rawan konflik. "Kami perkirakan yang rawan itu di Jawa Barat, kemudian di Kalimantan Barat dan kemudian di Papua," katanya.

Tito secara spesifik tidak menunjuk apa penyebab konflik tersebut. Ia hanya menyatakan bahwa pemetaan ini masih sangat sumir dan bisa berubah sesuai kontestasi politik yang terjadi. Dia akan melihat perkembangan lebih lanjut untuk dua sampai tiga bulan mendatang.

Tapi untuk di Papua, Tito, yang merupakan mantan kapolda di sana selama 2 tahun, sempat menyinggung bahwa memang ada persaingan yang tidak sehat. Kebanyakan pemenang tidak berusaha merangkul yang kalah, dan yang kalah juga tidak terima.

Baca juga artikel terkait PILKADA PAPUA 2018 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hukum
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra