Menuju konten utama

Polisi Masih Buru Empat Pelaku Perampokan SPBU Daan Mogot

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Iriawan mengatakan, sampai saat ini polisi tengah melakukan pengejaran terhadap pelaku perampokan yang tersisa.

Polisi Masih Buru Empat Pelaku Perampokan SPBU Daan Mogot
Kapolda metro jaya Irjen Pol M. Iriawan tengah konferensi pers bersama para pelaku kejahatan hasil operasi sejak bulan Ramadhan di Polda Metro Jaya, Rabu (21/06). tirto.id/Andrian Pratama Taher

tirto.id - Polda Metro Jaya telah menangkap 7 dari 11 pelaku perampokan di SPBU Daan Mogot, Jakarta. Dengan begitu, mereka saat ini masih melakukan pengejaran terhadap 4 pelaku lainnya. Selain itu, polisi juga berhasil mengungkap peran-peran para pelaku dalam perampokan yang menewaskan Davidson Tantono dan mencuri sekitar Rp350 juta itu.

"Jadi DPO (Daftar Pencarian Orang) ada empat orang. Kami kejar untuk menuntaskan semua pelaku yang terlibat di Cengkareng ini," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Iriawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (21/6/2017).‎

Ia mengatakan, aksi perampokan terhadap Davidson Tantono dibagi dalam sejumlah peran. Dalam pengejaran, polisi pertama menangkap IR di Bogor. IR berperan sebagai pemantau di lapangan.

"Dia melakukan penggambaran. Jadi pelaku bekerja sama, dimana ada yang menggambar, korban atau target di bank. Target tersebut diamat-amati dan diikuti," kata Iriawan.

Iriawan mengaku, tidak hanya IR yang menjadi tim gambar. Polisi masih mencari pelaku lain yang juga berperan sebagai penggambar. Kemudian ada tim kedua yakni tim cucuk, yakni tim yang membuat kempes ban korban. Mereka menggunakan paku payung yang ditajamkan. Paku tersebut ditempel di sandal jepit yang akan ditaruh di bawah ban korban saat mobil korban berhenti.

Sementara itu, tim ketiga dan keempat merupakan tim baret dan tim pilot. Adapun tim pilot berusaha membantu pelaku perampokan. Mereka akan mengendarai motor dengan membawa tim baret.

"Tim Baret bertugas untuk melakukan eksekusi apabila korban melakukan perlawanan. Ini dilakukan SFL. Saeful ini kami lumpuhkan atau tindakan tegas di Banyuwangi‎. Dia yang menembak korban. Karena, sewaktu diajak mengambil pistol di Tol Sidoarjo, dia melawan dari petugas dengan merampas senjatanya. Jadi SFL adalah eksekutor atau kapten dari kekerasan," kata Iriawan menjelaskan.

Mereka pun mempunyai tim khusus untuk menghentikan laju pengejaran kepolisian. Tim ini memang disiapkan dengan sebuah mobil.

"Terakhir tim penghambat. Tim ini yaitu menghambat kalau pelaku dikejar oleh petugas atau masyarakat. Dia menghambat pakai satu mobil," tutur Iriawan.

"Jadi tujuh dari sebelas pelaku perampokan dan kekerasan, kami tangkap. Dimana ada satu perempuan yaitu saudari RCL bertugas sebagai penyedia tempat tinggal di mana dia menyediakan apartemen untuk berpindah tempat dan merencanakan kegiatan tersebut," kata Iriawan.

Kelompok ini sudah 23 kali melakukan aksi, Iriawan menambahkan, termasuk aksi di Cengkareng. Akan tetapi, mereka baru sekali menembak hingga mengakibatkan korban meninggal.

Di saat yang sama, mantan Kapolda Jabar ini membenarkan kalau uang dibagi-bagi usai aksi. Semua dibagi Rp14 juta setelah pembayaran uang operasional sebesar Rp37,5 juta. Semua itu sudah termasuk biaya sewa apartemen, rental, dan makanan.

"Makanya dipotong oleh biaya itu. Sisanya dibagi rata. Mereka berpencar kabur. Ada yang ke lampung, ada yang ke Bogor, ada yang sudah ke Lampung kita kejar lagi lari ke Bali, tapi via Banyuwangi. Makanya SFL dgn RCL kita tangkap ke Banyuwangi ketika akan menyebrang ke Bali," jelas Iriawan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, setiap perampok mendapat bagian Rp14 juta per orang. Ia mengaku, beberapa anggota menggunakan uang tersebut untuk membeli barang.

"Awalnya dibagi Rp14 juta semua. Ada dipakai untuk beli TV ada, beli motor juga ada. Ini sedang kami kembangkan lagi, uang itu kemana saja," ujar Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (21/6/2017).

Argo mengatakan, mereka mengambil uang operasional dari hasil perampokan. Tetapi, metode tersebut biasanya tidak dilakukan saat awal operasi. Dalam beberapa operasi, mereka mengumpulkan uang bersama dulu sebelum aksi.

"Tergantung kegiatan yang mau dijadikan korban. Jadi, bisa juga untuk jalan itu urunan (patungan), berapa untuk sewa mobil bisa urunan. Setelah uang yang dirampok itu sudah berhasil, nanti dikeluarkan dulu untuk sewa-sewa semua," kata Argo.

Baca juga artikel terkait KRIMINALITAS atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Yuliana Ratnasari