tirto.id - Polres Kulon Progo mengungkapkan, jumlah korban luka anjloknya kereta api (KA) 17 Argo Semeru relasi Surabaya-Jakarta dan KA 6 Argo Wilis relasi Bandung-Surabaya di Kulon Progo, DI Yogyakarta, mencapai 31 orang. Dua kereta api itu anjlok pada Selasa (17/10/2023) sekitar pukul 13.17 WIB.
"Jumlah korban kecelakaan ini 31 orang," kata Kapolres Kulon Progo AKBP Nunuk Setiyowati, dalam keterangannya.
Nunuk merinci, 31 orang itu terdiri dari 28 korban luka ringan dan tiga korban luka berat. Satu korban luka berat dirawat inap di RS Queen Latifa, Sleman, DI Yogyakarta. Sementara itu, dua korban luka berat lain menjalani rawat jalan di RS yang sama.
"Lukan ringan 28 orang dilakukan perawatan di lokasi. Sedangkan tiga orang dirujuk ke RS Queen Latifah, satu rawat inap dan dua orang sudah diperbolehkan pulang," urai Nunuk.
Di satu sisi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyebutkan jumlah korban yang berbeda dalam kecelakaan tersebut.
EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji KAI melaporkan, hanya terdapat empat orang korban luka-luka, terdiri dari satu orang menjalani rawat inap, sedangkan untuk tiga orang lainnya melakukan rawat jalan.
"KAI menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian yang tidak diinginkan oleh semua pihak tersebut. Kami dengan pihak-pihak terkait terus melakukan upaya evakuasi dan normalisasi jalur agar perjalanan kembali lancar," kata Agus.
Sebelumnya, Kereta api (KA) 17 Argo Semeru relasi Surabaya-Jakarta dan KA 6 Argo Wilis relasi Bandung-Surabaya anjlok di petak jalan antara Stasiun Sentolo-Stasiun Wates, Selasa (17/10/2023), pukul 13.17 WIB.
Mira Rachmalia merupakan salah satu penumpang KA 17 Argo Semeru. Ia naik kereta itu bersama bayinya.
Saat sedang menikmati perjalanan, Mira tiba-tiba mendengar suara keras. Seketika, kereta yang Mira tumpangi terasa seperti menabrak sesuatu. Sebagian gerbong KA 17 Argo Semeru lantas anjlok.
"Kami merasa ada tubrukan keras. Terus, kereta oleng dan akhirnya keluar jalur, terbalik ke kanan (anjlok)," kata Mira melalui pesan singkat.
Mira mengungkapkan, seusai kereta itu anjlok, para penumpang berteriak. Sebagian penumpang lalu berusaha menenangkan penumpang yang histeris. Ia seketika turut berteriak agar bayinya dievakuasi terlebih dahulu.
Mira menyebutkan, penumpang di gerbong yang anjlok meminta penumpang lain agar berhati-hati saat keluar. Mereka khawatir gerbong yang ditumpangi semakin miring.
"Semua penumpang berusaha menenangkan, teriak, 'tenang-tenang, hati-hati kalau bergerak'. Takutnya, kereta yang miring semakin miring. Saya saja yang teriak minta bayi saya dievakuasi duluan," urai dia.
Mira mengaku saat itu berusaha keluar dari gerbong dengan cara merangkak melalui kursi-kursi yang ada. Kemudian, ia keluar dari gerbong sembari dibantu oleh penumpang lainnya.
"Saya awalnya merangkak melewati kursi [untuk keluar dari gerbong]. Terus, merosot [ke luar gerbong] dibantu, dipegang, orang-orang," kata Mira.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Anggun P Situmorang