Menuju konten utama

Pilih Tarif Ojek Online Rp2.400/Km, Garda: Aplikator Sudah Untung

Garda Indonesia menilai, tarif ojek online Rp2.400 per km tanpa potongan aplikator lebih ideal bagi para pengemudi (driver) dan sudah menguntungkan aplikatornya.

Pilih Tarif Ojek Online Rp2.400/Km, Garda: Aplikator Sudah Untung
Helm seorang supir ojek online (GoJek) nampak dari belakang saat berjalan di sekitar kawasan Kemang, Jakarta Selatan. tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia menilai, tarif ojek online (ojol) senilai Rp2.400 per km tanpa potongan aplikator lebih ideal bagi para pengemudi (driver) dan sudah menguntungkan bagi aplikatornya sendiri.

Ketua Garda Indonesia Igun Wicaksono mengatakan, angka itu sudah relatif terjangkau dan dapat diterima masyarakat tanpa mengurangi kesejahteraan pengemudi.

“Aplikator kan sudah ada untung dari sistem teknologinya. Belum lagi profit dari fintech dan layanan lain seperti makanan dan delivery,” ucap Igun saat dihubungi reporter Tirto pada Jumat (22/3/2019).

Menurutnya, nilai itu lebih baik dari Rp3.000 per km yang disertai pemotongan oleh aplikator. Sebab, kendati menjamin pendapatan pengemudi, ia mengkhawatirkan nilai itu tidak sesuai dengan daya beli masyarakat.

“Kalau kami lebih memilih Rp2.400 per km tanpa potongan. Kalau Rp3000 per km nanti dinilai penumpang terlalu tinggi,” ujar Igun.

Namun, hingga saat ini pembahasan mengenai tarif ojek online masih belum rampung. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun mengundur finalisasi tarif ini dari semula Kamis-Jumat (21-22/3/2019) menjadi diperkirakan pada Senin (25/3/2019) mendatang.

Igun mengatakan, bila tarif yang ditetapkan adalah Rp2.400 per km, maka hilangnya potongan yang biasa dipungut aplikator seharusnya tidak perlu dipermasalahkan.

Menurutnya, dalam menjalankan bisnisnya, aplikator sudah memiliki lini lainnya yang juga sudah memberi sumbangan keuntungan.

Karena itu, ia menilai pendapatan yang diperoleh dari lini bisnis lainnya seharusnya sudah cukup. Sehingga tidak harus mengambil keuntungan tambahan dari layanan ojol.

Di sisi lain, Igun juga mengatakan ketimbang sebagai lini bisnis, ia melihat ojol sebagai sarana marketing aplikator untuk mengenalkan brand dan layanan lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan pemilik aplikator Go-Jek bahwa bisnis inti perusahaan itu adalah layanan makanan dan delivery ketimbang transportasinya.

“Kami ojol kan seperti marketing gratis. Tapi kok mereka mau ambil keuntungan dari kami saat produk-produk mereka lainnya lebih menghasilkan keuntungan,” tukas Igun.

Baca juga artikel terkait OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno