tirto.id - Eva Chairunisa, VP Komunikasi Perusahaan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengajak penumpang KRL, baik korban, maupun saksi untuk bantu melaporkan ke petugas saat melihat adanya pelecehan seksual di KRL.
“Kami harapkan kegiatan-kegiatan seperti ini agar pihak yang menjadi korban dapat melaporkan ke pihak berwajib, serta pengguna yang melihat dapat membantu melaporkan,” jelas Eva dalam konferensi pers di Stasiun KRL Sudirman, Jakarta, pada Selasa (12/3/2019).
Eva menjelaskan bahwa pihak KRL kini melakukan kampanye melalui video yang diputarkan selama satu bulan terkait bentuk pelecehan seksual, serta cara pelaporannya. Ia berharap agar sesama penumpang bisa saling pro-aktif untuk melakukan hal tersebut.
Pasalnya, Eva mengakui, bahwa dari pihak KRL sendiri, sulit untuk melakukan pantauan secara satu-persatu.
“Kami mau taruh 1.000 polisi pun, gak mungkin mengawasi satu-persatu,” ujarnya.
Dengan itu, ia mengatakan bahwa melalui kampanye tersebut, ia justru mau mengajak masyarakat untuk berkontribusi menyadari pelecehan seksual yang ada di KRL.
“Justru adanya kampanye ini adalah tujuan utama kami membangun awareness dari penumpangnya agar pelecehan seksual dapat dicegah,” ujarnya.
Pelecehan seksual yang dilaporkan ke petugas KRL berjumlah 25 kasus pada tahun 2017.
“Tetapi tidak ada satu pun yang dilanjutkan ke polisi,” kata Eva.
Di tahun 2018, laporan yang masuk sejumlah 34 kasus.
“20 di antaranya dilaporkan ke kepolisian,” kata Eva.
Saat tidak ada yang menindaklanjutkannya ke pihak kepolisian, kata Eva, menjadi kekhwatiran tersendiri.
“Karena ada yang pelakunya dia-dia lagi,” ujarnya.
Pelecehan yang terjadi pun bentuknya beragam. Eva mengatakan bentuk-bentuk yang sering terjadi antara lain adalah meraba paha atau kemaluan, meraba pantat, menggesekkan kemaluan pada penumpang lain yang duduk atau berdiri, meraba dada atau pinggang dari samping atau belakang.
Berdasarkan data pelaporan yang masuk ke pihak KRL, kata Eva, pelakunya 100 persen adalah laki-laki. Sedangkan korban, walaupun mayoritasnya adalah perempuan, tetapi ada di antaranya yang adalah laki-laki.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno