tirto.id - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto berpidato dalam peringatan Hari Buruh atau May Day bersama Konfederasi Serikat Pekerja indonesia (KSPI). Dalam pidatonya, Prabowo tak banyak menyinggung permasalahan riil buruh. Ia hanya mengucapkan selamat dan mengapresiasi kehadiran buruh yang ia nilai sebagai tulang punggung ekonomi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai wajar apabila pidato Prabowo minim membicarakan masalah buruh. "Jadi sangat wajar berbicara buruhnya sedikit tapi politiknya banyak," kata Ujang, Rabu (1/5/2019).
Menurutnya segala gerak gerik Prabowo sebagai politisi akan selalu melekat aspek politik di dalamnya. Sehingga apa yang dilakukan Prabowo pada peringatan itu dipandang wajar.
"Apakah Prabowo ketika berpidato tidak menyentuh buruh itu sebagai politik?
Siapa pun tokoh politik ketika dia berpidato berbicara apalagi di hari-hari tertentu memiliki nilai politis," ucap Ujang.
Kendati demikian, Ujang menyarankan, ke depannya Prabowo lebih menyeimbangkan substansi pidatonya dalam peringatan atau kesempatan yang ia hadiri. Bila teks pada pidato kali ini dapat diatur untuk lebih banyak berbicara politis, maka seharusnya dimungkinkan juga untuk mengaturnya agar seimbang.
"Mungkin ke depan harusnya imbang membicarakan nasib buruh 50 persen dan politik 50 persen," ucap Ujang.
Dalam pidatonya, Prabowo tak banyak menyinggung masalah yang dihadapi buruh saat ini. Kendati demikian, ia mengapresiasi kedatangan buruh yang hadir dalam aksi tersebut.
"Saudara-saudara adalah tulang punggung dari ekonomi nasional kita. Saudara buruh bersama petani nelayan adalah mereka-mereka yang menghasilkan produk untuk bangsa dan negara Indonesia," ucap Prabowo dalam pidatonya pada peringatan Hari Buruh Internasional di Tennis Indoor Senayan, Rabu (1/5).
Usai memberi apresiasi pada buruh dan menyerukan perjuangan tenaga honorer, Prabowo menyinggung persoalan pemimpin yang mengumpulkan kekayaannya berbekal dari korupsi.
Kemudian, ia melanjutkan pidatonya dengan pantun dan hal-hal yang ia sebut sebagai "bicara apa adanya".
Dalam pidatonya, Prabowo menyinggung persoalan kecurangan dalam pemilu. Ia pun meminta agar tidak terus menerus menyebarkan hal-hal yang tidak benar.
"Kalau aturan main tidak dipatuhi biasanya enggak diakui hasil pertandingan itu. Itu sepak bola tingkat kecamatan. Nah kita saja di kampung tidak mau dicurangi masa 260 juta rakyat Indonesia mau dicurangi?" ucap Prabowo.
Di akhir pidatonya, Prabowo pun mengajak buruh untuk mendengarkan pidato Bung Tomo dalam perang Surabaya. Ia mengaku telah mendengar pidato itu ratusan kali ketika ia membutuhkan dukungan moril.
"Setiap ragu-ragu setiap merasa khawatir selalu saya putarkan pidato Bung Tomo. Mungkin saya sudah dengar 100-200 kali," ucap Prabowo.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto