Menuju konten utama

Pidato Anies Baswedan di Reuni Akbar 212

Anies Baswedan berpidato di Reuni Akbar 212. Beberapa hal ia sampaikan, dari mulai keberhasilannya sebagai Gubernur DKI hingga pesan agar peserta aksi tetap menjaga persatuan.

Pidato Anies Baswedan di Reuni Akbar 212
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) memberikan sambutan saat menghadiri Tabligh Akbar Majelis Rasulullah dalam peringatan Maulid Muhammad SAW di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (20/11/2018). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Gubernur DKI Anies Baswedan datang dan berpidato di Reuni Akbar 212 yang diselenggarakan di Monumen Nasional (Monas), Minggu (2/12/2018), sekitar pukul 08.20 pagi. Ia mengenakan pakaian dinas dan peci hitam.

Dia berpidato tak sampai lima menit. Beberapa hal ia sampaikan. Mulai dari Monas yang diperuntukkan bagi semua orang, klaim keberhasilan selama satu tahun memimpin Jakarta, hingga pesan agar para peserta aksi menjaga ketertiban, kebersihan, hingga persatuan.

Ketika Anies berpidato, terdengar massa aksi meneriakkan "Prabowo... Prabowo..."

Berikut pidato lengkap Anies Baswedan:

Atas nama Pemprov DKI, selamat datang di kawasan monas.

Tempat ini memang dirancang untuk berkumpulnya rakyat. Pertama kali digunakan pertengahan September 1945. Ketika sebulan sebelumnya sekelompok orang yang jadi pemimpin bangsa memutuskan proklamasi, kekuatan kolonial meragukannya, mengecilkannya, dianggap ini hanya aspirasi sekelompok orang saja.

September [1945], ratusan ribu warga berkumpul di lapangan ini... Ini adalah ihtiar kemerdekaan untuk seluru rakyat Indonesia.

Tempat ini tempat untuk kita semua. Karena itu tak ada kewajiban punya KTP untuk masuk ke daerah ini. Katanya semalam beredar itu ya [kewajiban memperlihatkan KTP sebelum masuk ke Monas]? Karena sudah pasti yang masuk ke sini warga negara Indonesia.

Jadi saudara sekalian, ini tempat milik umum, milik semua. Monas adalah milik seluruh warga Indonesia.

Yang kedua, izinkan saya meminta doa. Alhamdulillah satu tahun perjalanan di Jakarta janji [kampanye] kami tunaikan. Yang dianggap tidak mungkin Insya Allah akan kami laksanakan satu-satu.

DP 0 rupiah dianggap tidak mungkin, hari ini terlaksana.

Menutup tempat maksiat dianggap tidak mungkin, hari ini terlaksana.

Menghentikan reklamasi, dulu dianggap tidak mungkin, kita lakukan.

Dan itu tanpa kekerasan, cukup selembar kertas dan tanda tangan. Karena itu jangan pernah anggap enteng proses politik, karena tanda tangan yang menentukan arah kebijakan.

Saudara sekalian, kita semua yang hadir di sini punya tanggung jawab menjaga persatuan. Yang unik dari Indonesia bukan cuma keragamannya, yang unik adalah di tempat ini hadir persatuan bagi seluruh rakyat.

Kalau keberagaman, negeri lain ada yang lebih beragam. Karena itu yang harus kita banggakan adalah persatuan. Kalau latar belakang [masing-masing orang] tak bisa diubah, sudah takdir, tapi kalau persatuan adalah hasil ikhtiar kita.

Dan persatuan hanya bisa dihadirkan dengan keadilan. Insya Alah itu yang akan kita kembalikan di DKI ini. Mengembalikan rasa keadilan untuk semua.

Saya harap yang kumpul di sini menjaga ketertiban. Mendapat izin dibuktikan dengan hadir tertib dan kembali tertib.

Biarkan mereka yang merasa aksi ini akan rusuh kecewa karena yang datang mendatangkan ketertiban dan kedamaian. Bukan cuma di kawasan Monas. Siapa pun yang ditemui salam. Berikan salam, kirimkan senyum, dan tunjukkan hadirin di Monas memancarkan kedamaian untuk semua.

Insya Allah itu akan menguatkan pesan bahwa yang datang ke sini adalah yang memperjuangkan persatuan, perdamaian, dan keadilan di negeri ini.

Izinkan saya mengakhiri untuk berterima kasih semua pihak yang mengelola ini, sehingga kerapihannya mempesona semua pihak.

Semoga majelis ini bukan cuma membanggakan yang hadir, tapi juga akan-anak kita kelak.

Baca juga artikel terkait REUNI 212 atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino