Menuju konten utama

Petinggi Golkar Klaim Partainya Tak Mendua di Pilgub DKI

Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Partai Golkar Yorrys Raweyai menegaskan sikap partainya di Pilgub DKI Jakarta tegas hanya mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Politisi Partai Golkar Yorrys Raweyai (kanan) bersama politisi PAN Viva Yoga Mauladi (kedua kanan), ilmuwan politik Salim Said (kedua kiri), praktisi hukum Umar Husni (kiri) menjadi pembicara pada diskusi “Partai Politik dan Budaya Korupsi” di Jakarta, Senin (24/4/2017). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Partai Golkar Yorrys Raweyai mengklaim dukungan dari partainya saat Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin hanya untuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Menurut Yorrys, sekalipun Ketua Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie sempat terlihat hadir di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat deklarasi kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada (19/4/2017) lalu, sikap partainya tidak mendua.

"Itu hanya asumsi. Kami masih setia mendukung pemerintah. Lagipula pertemuan itu hanya memenuhi undangan saja. Idealnya kalau dapat undangan ya harus dihadiri. Tidak enak kalau tidak. Anda semua juga begitu kan," kata Yorrys usai diskusi “Partai Politik dan Budaya Korupsi” di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, (24/4/2017).

Pernyataan Yorrys ini menanggapi beredarnya isu di media sosial yang menuding partainya bersikap mendua saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Apalagi, Aburizal Bakrie sempat muncul di kediaman Prabowo.

"Kalau misalnya ada sikap dukungan secara terang-terangan itu sikap personal bukan sikap partai," ujar Yorrys.

Dia berharap semua pihak menerima hasil Pilgub DKI Jakarta 2017 dengan lapang dada. Menurut Yorrys tuduhan ke partainya itu semestinya tidak muncul.

"Harus legawa, jangan malah menuduh seperti itu atau asumsi media juga jangan menyudutkan," kata dia.

Di tempat yang sama, pakar politik Salim Said berpendapat perbedaan pendapat antara sebagian kader partai dengan partainya saat pemilu maupun pilkada merupakan hal wajar. Dinamika politik seperti ini terjadi di banyak partai, tak hanya Golkar.

"Biasakan begitu beda pendapat antara kader dengan parpol. Bukan hanya Golkar," kata Salim.

Salim berpendapat faktor utama penyebab kekalahan Basuki-Djarot juga tidak banyak dipengaruhi oleh terbelahnya dukungan partai pengusung pasangan itu melainkan politisasi isu agama, terutama terkait dengan dugaan penistaan.

"Faktor utamanya penistaan itu konteksnya. Walaupun itu enggak rasional tapi jelas mempengaruhi perolehan suara untuk menang," kata Salim.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Dimeitry Marilyn

tirto.id - Politik
Reporter: Dimeitry Marilyn
Penulis: Dimeitry Marilyn
Editor: Addi M Idhom