Menuju konten utama

Pertumbuhan Penduduk, Rumah, dan Ketimpangan Kelas

Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat di Yogyakarta berimbas pada kebutuhan rumah juga semakin tinggi. Pengembang memanfaatkan potensi pasar tersebut untuk meningkatkan penjualannya. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk ini ternyata tak sebanding dengan peningkatan persediaan properti di kelas menengah ke bawah, sehingga terjadi ancaman konflik sosial di masa depan jika hunian kelas menengah bawah tak digarap.

Pertumbuhan Penduduk, Rumah, dan Ketimpangan Kelas
BTN menggelar pameran properti di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jum'at, (19/8). Pameran yang berlangsung sampai 21 Agustus 2016 tersebut digelar dalam upaya merealisasikan target Sejuta Rumah. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Pertumbuhan kelas menengah di Yogyakarta semakin cepat. Mereka yang memiliki dana berlebih, mengincar properti sebagai sarana investasi. Akibatnya, harga properti semakin menjulang tinggi. Ini tentu saja membuat mereka yang penghasilannya pas-pasan semakin terpinggirkan karena harga properti yang semakin tak terjangkau.

Pengembang memilih untuk menjual propertinya pada kalangan menengah ke atas, dengan alasan sederhana, perputaran ekonomi bagi pengembang menjadi lebih mudah untuk diperhitungkan. “Kelak jika terjadi perubahan pada nilai kurs rupiah di mata dolar, situasi regional, dan suku bunga bank, tidak akan terlalu banyak merepotkan pengembang dalam memperhitungkan harga jual,” kata Aqil Hasib Asad, seorang broker profesional di Lembaga Property Today.

Perhitungan bisnis itu membuat pengembang menjual harga propertinya senilai lebih dari Rp350 juta. Dengan harga setinggi itu, pengembang menyasar konsumen kelas menengah dan atas.

Baca juga artikel terkait PROPERTI atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh