tirto.id - Pertumbuhan kelas menengah di Yogyakarta semakin cepat. Mereka yang memiliki dana berlebih, mengincar properti sebagai sarana investasi. Akibatnya, harga properti semakin menjulang tinggi. Ini tentu saja membuat mereka yang penghasilannya pas-pasan semakin terpinggirkan karena harga properti yang semakin tak terjangkau.
Pengembang memilih untuk menjual propertinya pada kalangan menengah ke atas, dengan alasan sederhana, perputaran ekonomi bagi pengembang menjadi lebih mudah untuk diperhitungkan. “Kelak jika terjadi perubahan pada nilai kurs rupiah di mata dolar, situasi regional, dan suku bunga bank, tidak akan terlalu banyak merepotkan pengembang dalam memperhitungkan harga jual,” kata Aqil Hasib Asad, seorang broker profesional di Lembaga Property Today.
Perhitungan bisnis itu membuat pengembang menjual harga propertinya senilai lebih dari Rp350 juta. Dengan harga setinggi itu, pengembang menyasar konsumen kelas menengah dan atas.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh