tirto.id - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ogah menerima kritik dari sejumlah pakar dan ilmuwan yang disampaikan melalui siniar atau podcast. Menurutnya, kritik maupun saran dari para pakar ilmu politik kepadanya adalah hal yang tak relevan.
"Jadi tradisi harus dimulai, dan maaf para profesor, orang-orang pintar, di mana-mana yang banyak bicara di podcast-podcast itu," kata Prabowo pada pidato sambutannya dalam penutupan Rapimnas Partai Gerindra, Sabtu (31/8/2024).
Prabowo berpendapat bahwa dalam demokrasi Indonesia para pemimpinnya harus rukun satu sama lain dan tidak memberikan ruang oposisi kepada pihak lainnya.
"Saya sangat hormat dengan Anda memang pintar, tapi tradisi kita harus berani mempertahankan budaya bangsa Indonesia sendiri, rakyat kita inginnya pemimpinnya rukun," kata dia.
Dalam pidatonya, Prabowo bertanya kepada para kadernya apakah mereka setuju dengan keputusannya yang memilih untuk merangkul semua partai politik walaupun sempat berbeda pilihan di Pilpres 2024. Menurutnya, perbedaan adalah hal yang lumrah dan dipahami sebagai bagian dari demokrasi.
"Berbeda nggak apa-apa, ngeri-ngeri sedap," kata dia.
Menurutnya, dibandingkan harus mendengarkan omongan para ahli politik yang disampaikan via podcast, Prabowo memilih berguru langsung kepada Presiden Joko Widodo. Dia menjelaskan bahwa Jokowi adalah orang Solo yang dinilai ahli dalam politik.
"Makanya untuk urusan politik datang ke orang Solo ini," ujarnya.
Dia menerangkan pelajaran pertama dari Jokowi soal politik dimulai pada saat diajak bergabung dalam kabinet usai Pilpres 2019. Prabowo menceritakan bahwa saat itu Jokowi bertandang langsung ke rumahnya untuk mengundang dalam pelantikan menteri Kabinet Indonesia Maju yang baru dibentuk saat itu.
"Pak, waktu saya kalah, Bapak ke rumah saya, datang ke rumah saya ke Kertanegara, makanya ilmu kepemimpinan belajar dari orang Solo. Datang ke rumah dan bawa undangan mohon hadir dalam pelantikan," kata dia.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Irfan Teguh Pribadi