tirto.id - Darra Adam Khel merupakan kota kecil yang terletak sekitar 35 km sebelah selatan kota Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan. Nama ini berasal dari bahasa Pashtun yang berarti "Lembah Adam Khel".
Bertahun-tahun Darra Adam Khel dikuasai oleh Taliban sampai militer Pakistan menguasainya pada 2010. Berpopulasi lebih dari 100.000 orang, sebagian wilayahnya masih tanah tak bertuan.
Kota ini dikenal sebagai pasar senjata terbesar di Asia Selatan. Sejumlah senjata api seperti pistol, senapan, hingga amunisi diproduksi oleh keluarga-keluarga perakit senjata.
Mereka terkenal karena kemampuannya dalam membuat senjata secara manual dengan keterampilan dan teknik tradisional. Banyak pedagang juga menawarkan jasa untuk memperbaiki dan memodifikasi senjata.
Di tengah dentuman dan suara bising berlatar peluru yang diuji para pedagang, terdapat ruangan hening di tengah pasar sebagai perpustakaan yang telah memberikan dampak positif pada pendidikan dan minat baca masyarakat setempat.
Riwayat Pasar Senjata
Berusia lebih dari 150 tahun, Pasar Senjata Darra Adam Khel menampung sekitar 2.000 pertokoan yang memajang berbagai jenis dan tipe senjata. Para pembeli berdatangan untuk keperluan pribadi atau untuk dijual kembali di pasar gelap.
Sebagian pembeli adalah anggota milisi yang mencari senjata untuk digunakan dalam konflik atau serangan tertentu. Namun ada juga pembeli yang datang hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dan melihat-lihat senjata yang dijual.
Para pedagang di pasar ini biasanya berasal dari keluarga yang sudah lama terlibat dalam bisnis senjata dan kebanyakan laki-laki. Mereka sering berdiskusi dengan pembeli untuk mengikuti perkembangan harga dan permintaan senjata tertentu.
Selain senjata, pasar ini juga menjual berbagai macam barang seperti alat rumah tangga, mainan, dan perhiasan.
Darra Adam Khel memiliki sejarah dan budaya yang kaya, khususnya dalam seni dan kebudayaan Pashtun. Kota ini memiliki sejumlah situs bersejarah yang menarik, seperti kuil-kuil Hindu yang terletak di sepanjang tepi Sungai Kabul, dan istana-istana yang dibangun oleh penguasa-penguasa Pashtun.
Ada juga Masjid Maktaban, sebuah masjid tua yang dibangun pada abad ke-10 Masehi.
Namun, kota ini sering menjadi tempat konflik serta kekerasan karena menjadi rebutan berbagai kelompok dan kepentingan. Pada tahun 2010, serangan terhadap sebuah masjid menewaskan 60 orang, disusul serangan bom bunuh diri oleh militan dua tahun kemudian yang menewaskan 16 orang.
Meskipun situasinya telah membaik belakangan ini, keamanan dan stabilitas kota masih tetap menjadi isu penting yang harus ditangani.
Pasar senjata di Darra Adam Khel pernah dilarang oleh Pemerintah Pakistan pada tahun 2009 sebagai upaya mengurangi perdagangan senjata ilegal. Namun, larangan ini tidak efektif karena pasar senjata terus beroperasi secara rahasia. Beberapa penjual bahkan menyembunyikan senjata mereka di dalam terowongan dan ruang bawah tanah.
Pada 2018, Pemerintah Pakistan mengizinkan kembali perdagangan senjata di Darra Adam Khel dengan beberapa peraturan baru. Ini meliputi persyaratan untuk pemeriksaan latar belakang dan lisensi bagi pembeli senjata, juga persyaratan bagi para penjual senjata untuk mendaftar ke pemerintah.
Beberapa pengamat mengkritik peraturan tersebut tidak cukup efektif untuk mengatasi perdagangan senjata ilegal. Faktanya memang banyak penjual senjata di wilayah tersebut tetap beroperasi secara rahasia dan tidak terdaftar.
Buku sebagai Oasis
Perpustakaan Darra Adam Khel didirikan oleh penduduk setempat bernama Raj Mohammad pada Agustus 2008. Perpustakaan ini menjadi perhatian dunia karena didirikan di tengah pasar senjata.
Raj Mohammad mendirikan perpustakaan dengan harapan meningkatkan pendidikan dan membuka akses sumber pengetahuan bagi masyarakat. Hal ini juga sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan minat baca masyarakat yang masih rendah.
Sebelumnya, ia sudah membangun beberapa sekolah di daerah tersebut, dibantu putrinya, Syifa Raj yang berusia 11 tahun, dengan cara membagikan buku-buku gratis.
“Awalnya kami putus asa. Orang-orang bertanya, 'Apa gunanya buku di tempat seperti Darra Adamkhel? Siapa yang pernah membaca di sini?'” kenangnya seperti dilansir DW dalam video singkatnya.
Di Pakistan, tingkat melek huruf hanya 58 persen, yang berarti sekitar 90 juta orang di negara ini tidak dapat membaca dan menulis.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat melek huruf antara lain karena kemiskinan, minimnya fasilitas pendidikan, ketidakstabilan politik, serta faktor budaya dan nilai-nilai patriarki di masyarakat.
Meskipun masih banyak tantangan yang perlu diatasi, banyak penduduk Darra Adam Khel yang menyadari pentingnya pendidikan di wilayah ini.
“Kita harus menabuh genderang untuk mempromosikan buku dan membaca. Ada pola pikir lain yang bekerja di sini yaitu bahwa buku harus diperoleh secara gratis,” ujar Ameena Saiyid, salah satu pendiri Adab Pakistan, sebuah festival sastra rutin di Lahore.
Perpustakaan ini memiliki lebih dari 4.000 koleksi buku yang beragam dengan tiga bahasa dominan: Inggris, Urdu, dan Pashto. Buku-buku koleksinya terdiri dari teks pelajaran hingga fiksi. Mulai dari buku politik, sejarah, hingga buku-buku agama.
Anggotanya terus bertambah dari berbagai kalangan.
Pada awal tahun setelah perpustakaan dibuka, ada 240 anggota yang bergabung. Masyarakat umum membayar iuran keanggotaan sebesar 150 rupee Pakistan atau hampir $1 per tahun dan 100 rupee Pakistan atau $0,55 per tahun bagi pelajar.
Kini anggotanya sudah mencapai lebih dari 500 orang, sebagian adalah para pedagang senjata yang mengisi waktu luang ketika pasar sedang jenuh. Ada juga yang menjadi sukarelawan sebagai pustakawan.
Perpustakaan Darra Adam Khel dikenal sebagai "Kitab Khana" atau "Perpustakaan Tanpa Batas" karena pengunjung diperbolehkan membawa pulang buku tanpa harus mencatat peminjaman atau mengembalikan buku yang dipinjam.
Tidak ada batasan waktu untuk peminjaman buku, serta tidak ada sanksi atau denda apabila peminjam lupa mengembalikan buku yang dipinjam.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan akses dan meningkatkan minat baca masyarakat di Darra Adam Khel. Meski demikian, Mohammad tetap berusaha memastikan bahwa koleksi buku di perpustakaan tetap terjaga dan bertambah dengan terus membeli buku baru.
Ia berharap kepercayaan ini akan menginspirasi dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam membaca, serta mampu memanfaatkan sumber pengetahuan yang tersedia di perpustakaan.
“Saya lahir di sini. Saya ingin dunia mengingat Darra Adam Khel dengan reputasi yang baik, bukan untuk senjata tetapi untuk buku-bukunya,” ujarnya kepada Washington Post.
Buku-buku di perpustakaan tidak hanya memberikan akses ke pengetahuan, tetapi juga dapat memupuk nilai-nilai baru seperti kesetaraan gender, toleransi, dan perdamaian. Ini adalah nilai-nilai yang sangat penting dalam konteks sebuah pasar senjata yang sebelumnya hanya menampilkan kekerasan dan konflik.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi