Menuju konten utama

Perjalanan Jerman Menjuarai Piala Konfederasi

Mengirimkan pemain-pemain muda tak membuat Jerman kehilangan kekuatannya.

Perjalanan Jerman Menjuarai Piala Konfederasi
Para pemain Jerman saat menjuarai Piala Dunia 2014. FOTO/Getty Images

tirto.id - “Kita akan bertemu lagi di final,” kata pemain tim nasional Jerman, Joshua Kimmich, kepada Arturo Vidal. “Ya, kita pasti akan saling berhadapan lagi,” balas sang gelandang tim nasional Chile.

Batas antara takabur dan percaya diri masih sangat tipis saat percakapan ini terjadi. Sepuluh hari berselang, ucapan keduanya terbukti.

Chile, sang debutan Piala Konfederasi, langsung mengantungi tiga poin dari pertandingan pertama berkat kemenangan dua gol tanpa balas melawan Kamerun (18/6). Sehari berselang, Jerman mengalahkan Australia 3-2.

Jadwal pertandingan mempertemukan Chile dan Jerman di Kazan pada pertandingan kedua (22/6). Chile yang bermain menekan sejak awal pertandingan mencetak gol cepat. Alexis Sanchez membobol gawang Jerman di menit keenam. Kedudukan kembali imbang saat Lars Stindl mencetak gol di menit ke-41.

Kedudukan tidak berubah hingga pertandingan berakhir. Chile dan Jerman sama-sama meraih empat poin dari dua pertandingan pertama dan karenanya sama-sama belum mengantungi kepastian lolos dari Grup B.

Pada pertandingan ketiga Jerman bertanding melawan Kamerun di Sochi sementara Chile melawan Australia di Moscow (25/6). Sepak mula dilangsungkan di waktu yang bersamaan, pukul 18.00 waktu setempat. Baik Chile maupun Jerman hanya sama-sama membutuhkan hasil imbang untuk lolos; Australia perlu menang dengan selisih dua gol; Peluang Kamerun paling kecil di antara keempat tim Grup B.

Di menit ke-42, James Troisi membawa Australia unggul atas Chile. Hingga turun minum, belum ada gol tercipta di Sochi. Namun tiga menit selepas jeda Kerem Demirbay membobol gawang Kamerun. Timo Werner menggandakan keunggulan Jerman di menit ke-66. Di menit ke-67, Martin Rodriguez membawa Chile menyamakan kedudukan. Vincent Aboubakar memangkas ketinggalan Kamerun di menit ke-78. Di menit ke-81, Werner mengembalikan keunggulan dua gol Jerman.

Jerman melawan Kamerun berakhir dengan kedudukan 3-1 sementara Chile melawan Australia 1-1. Dengan hasil tersebut Jerman lolos ke semifinal sebagai juara Grup B dan Chile sebagai runner-up, masing-masing dengan raihan tujuh dan lima poin dari tiga pertandingan.

Adu Penalti dan Kemenangan Telak

Semifinal pertama mempertemukan Chile dengan Portugal (28/6). Kedudukan 0-0 bertahan sepanjang 90 menit waktu normal dan tidak berubah setelah 30 menit babak tambahan. Pertandingan berlanjut ke babak adu penalti dan Chile menang mudah.

Chile lolos ke Piala Konfederasi 2017 sebagai juara Copa America 2016. Dalam pertandingan final, Chile menang adu penalti 4-2 melawan Argentina. Setahun sebelumnya, Chile menjuarai Copa America 2015 juga dengan kemenangan adu penalti, juga melawan Argentina, 4-1 (dalam kedua final tersebut, waktu normal dan perpanjangan waktu berakhir dengan kedudukan 0-0). Penjaga gawang Chile di kedua final tersebut adalah Claudio Bravo. Melawan Portugal, Bravo kembali menunjukkan kelasnya dalam adu penalti.

Tiga penendang penalti pertama Portugal adalah Ricardo Quaresma, Joao Moutinho, dan Nani. Usaha ketiganya mentah di tangan Bravo. Sementara itu, Arturo Vidal, Charles Aranguiz, dan Alexis Sanchez sebagai ketiga eksekutor pertama Chile berhasil menjalankan tugasnya masing-masing. Chile lolos ke final dalam keikutsertaan pertamanya di Piala Konfederasi.

“Ini bukan hanya keberuntungan,” ujar Bravo selepas pertandingan. “Menjelang akhir pertandingan kami kelelahan namun kami tetap bersemangat – kami bermain dengan kepala dingin dan sepenuh hati.”

Semifinal kedua, antara Jerman dan Meksiko, berbeda dengan semifinal pertama. Pada pertandingan yang digelar di Sochi (29/6), dalam delapan menit saja sudah tercipta dua gol. Keduanya ke gawang Meksiko dan keduanya dicetak oleh Leon Goretzka. Selang waktu antara gol pertama dan kedua hanya 109 detik.

Di Piala Konfederasi 2017 Meksiko adalah spesialis menghindari kekalahan. Dalam semua pertandingan mereka di Grup A, Meksiko selalu tertinggal lebih dulu. Mereka, toh, tetap berhasil lolos ke semifinal dengan dua kemenangan dan satu hasil imbang. Namun melawan Jerman, harapan untuk lolos dengan cara yang sama praktis pupus ketika Timo Werner menambah keunggulan Jerman di menit ke-59.

Marco Fabian memperkecil ketinggalan Meksiko di menit ke-89, namun bahkan dengan satu menit tersisa di waktu normal dan dengan posisi yang cukup aman, Jerman tidak mengendurkan serangan. Di menit ke-91, Jerman kembali membobol gawang Meksiko; kali ini lewat Amin Younes.

Infografik Panser Muda Menatap Dunia

Final Ideal

Lolosnya Chile dan Jerman ke laga pamungkas adalah komposisi final ideal. Chile adalah pemilik pertahanan terbaik yang hanya dua kali kebobolan sepanjang kejuaraan sementara Jerman adalah tim paling produktif dengan sebelas gol dalam empat pertandingan. Dan Chile menorehkan catatan pertahanan yang impresif bukan dengan bertahan di kedalaman, melainkan dengan aktif menekan lawan sejauh mungkin dari gawang sendiri. Singkatnya: pertandingan dijamin berlangsung terbuka dengan jual beli serangan yang terjadi sepanjang pertandingan.

Chile langsung menekan sejak pertandingan dimulai. Jerman dipaksa terus meredam serangan demi serangan yang datang bergelombang. Dalam lima belas menit pertama saja, Chile sudah melepas lima tembakan sementara Jerman baru satu. Catatan statistik selepas pertandingan pada akhirnya menunjukkan bahwa Chile benar-benar mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola 61% berbanding 39%. Chile melepas dua puluh tembakan (delapan di antaranya tepat sasaran) sementara Jerman hanya delapan (tiga tepat sasaran).

Namun kalah kuantitas tak berarti Jerman kalah kualitas. Jumlah tembakan Jerman, baik secara keseluruhan atau hanya yang tepat sasaran memang jauh lebih sedikit, namun salah satunya menjadi gol. Dan lebih banyak diserang bukan berarti Jerman terus menerus menumpuk pemain di kotak penalti. Beberapa peluang Jerman tercipta di wilayah permainan Chile, bukan dari serangan balik yang dimulai dari daerah pertahanan sendiri.

Argumen terbaik untuk pernyataan tersebut tentu adalah gol tunggal pertandingan ini, yang dicetak oleh Lars Stindl di menit ke-20. Tekanan Jerman membuat Marcelo Diaz membuat kesalahan di area kotak penalti. Timo Werner, yang berada paling dekat dengan Diaz saat itu, langsung merebut bola dan dengannya menciptakan situasi dua lawan satu, bersama Stindl, melawan Claudio Bravo.

Begitu Bravo maju untuk menutup ruang tembak, Werner menyodorkan bola kepada Stindl. Tanpa gangguan, dan dihadapkan kepada gawang yang melompong, Stindl hanya perlu mendorong bola untuk mencetak gol. Hingga pertandingan berakhir tak ada lagi gol tercipta. Jerman meraih Piala Konfederasi mereka yang pertama.

Baca juga artikel terkait PIALA KONFEDERASI atau tulisan lainnya dari Taufiq Nur Shiddiq

tirto.id - Olahraga
Reporter: Taufiq Nur Shiddiq
Penulis: Taufiq Nur Shiddiq
Editor: Zen RS