Menuju konten utama

Perbedaan Alice in Borderland Versi Manga dan Live Action

Perbedaan Alice in Borderland versi Manga dan Live Action yang tayang di Netflix.

Perbedaan Alice in Borderland Versi Manga dan Live Action
Alice in Borderland. netflix/Rilis Getcraft

tirto.id - Usai mendulang kesuksesan di Season 1, serial Alice in Borderland Season 2 akan diproduksi tahun ini, sebagaimana disiarkan media sosial resmi Netflix.

Serial bergenre fiksi ilmiah ini disutradarai oleh Shinsuke Sato dan memeroleh rating 7,8 di IMDb.

Ceritanya mengenai Arisu, seorang pria muda yang lesu, pengangguran, dan terobsesi dengan video gim. Mendadak, dia menemukan dirinya berada di Tokyo, dengan suasana yang aneh dan kosong.

Tak seorang diri, dia ternyata berada di tempat tersebut bersama dengan teman-temannya. Di sana, dia harus bersaing dalam permainan berbahaya untuk bertahan hidup.

Di dunia yang aneh itu, Arisu bertemu Usagi, wanita muda yang menavigasi dunia gim tersebut. Bersama-sama, mereka berusaha mengungkap misteri demi misteri saat mereka mempertaruhkan nyawa dan menghadapi apa artinya hidup di tempat aneh tersebut.

Sejak pertama kali ditayangkan di Netflix, Alice in Borderland menarik banyak penonton. Serial thriller psikologis ini diadaptasi dari manga berjudul sama yang dikarang oleh Hara Aso.

Kendati dikisahkan dari cerita yang sama, namun terdapat sejumlah perbedaan dari cerita Alice in Borderland versi manga dan versi live action-nya.

Mengenai perbedaan antara versi manga dan versi live action-nya, laman CBR menuliskannya sebagai berikut:

1. Perbedaan Awal Cerita dari Alice In Borderland dan Gim Pertamanya

Adaptasi Netflix dari Alice in Borderland dimulai dengan Arisu, Karube, dan Chota bertemu di persimpangan Shibuya. Ketiga teman itu berbuat onar, menyebabkan gangguan lalu lintas, lalu dikejar polisi dan kabur ke bilik kamar kecil untuk bersembunyi.

Tiba-tiba, listrik padam dan mereka bertiga menemukan diri mereka tiba-tiba dipindahkan ke lokasi Tokyo yang sepi, wilayah Borderland.

Sementara itu, di manga, yang menarik Arisu dan kawan-kawannya ke Borderland adalah ketika mereka menyaksikan kembang api saat senja.

Gim pertama, Three of Clubs atau Tiga Keriting, sangat berbeda dari manganya. Di seri manga, mereka memiliki tiga orang teman dan Shibuki menjawab pertanyaan-pertanyaan trivia dengan kesulitan yang ditentukan oleh betapa beruntungnya nilai kartu mereka.

Jika mereka mendapatkan jawaban yang salah, selisihnya dikurangkan dari jawaban yang benar dan sama dengan jumlah panah api yang ditembakkan ke arah mereka.

Namun, di serial live action-nya, ada tambahan seorang gadis yang tidak disebutkan namanya ke grup, dan mereka berlima memainkan permainan yang sama sekali berbeda.

Mereka terjebak di sebuah ruangan dan dipaksa untuk memutuskan antara dua pintu, Live or Die (Hidup atau Mati), dalam jangka waktu tertentu.

Jika mereka memilih pintu yang salah, mereka akan ditembak dengan laser. Jika mereka tidak memilihnya tepat waktu, ruangan akan dilalap api.

2. Perbedaan di Gim Seven Of Hearts: Hide-And-Seek

Salah satu gim yang paling menyayat hati dan traumatis dalam seri ini adalah gim Seven Of Hearts atau Tujuh Hati. Gim ini menempatkan Arisu di ambang kehancuran mental.

Arisu, Karube, dan Chota memasuki kebun raya dan melihat meja yang penuh dengan berbagai alat dan senjata yang terpasang pada headset pelacak.

Gim tersebut bernama Hide-and-Seek atau Petak Umpet: Tiga domba akan bersembunyi dari serigala. Kemudian, serigala akan berubah bentuk setiap kali mereka melihat seseorang.

Siapa pun yang menjadi serigala pada akhirnya yang akan selamat. Awalnya, gim ini tidak masuk akal.

Jika gim tersebut disebut Hide-and-Seek, mengapa domba bersembunyi dari serigala, jika hanya serigala yang bertahan pada akhirnya? Kecuali, tujuan permainan menjadi sangat mengerikan ketika Arisu dan teman-temannya mulai saling menyerang untuk bertahan hidup.

Sementara itu, di manga, Arisu bersembunyi di semak-semak, mencoba menjelaskan mengapa dia harus menjadi orang yang hidup. Chota menahan Shibuki, serta meredam jeritannya. Jadi, dia tidak bisa mengejar Arisu.

Di manga, Shibuki tidak mati-matian mengejar Arisu, memilih untuk bersembunyi setelah dia menyadari bahwa dia tidak tahan untuk memikul teman-temannya. Dia akan hidup hanya jika dia bertahan hidup, tanpa menyerang temannya.

Hal ini berbeda dengan tayangan di serial thriller live action, Arisu akhirnya menemukan Karube di gim itu, tetapi di manga, Arisu tidak dapat menemukan siapa pun dan hanya mendengar ledakannya.

3. Perbedaan Karakter dalam Alice In Borderland dan Selipan Cerita Baru

Dalam serial thriller di Netflix, keterampilan analitis dan taktis Arisu dikaitkan dengan jam terbang waktu bermain gimnya. Sebaliknya, di manga, Arisu bukanlah seorang pemain gim, melainkan hanya seorang pemuda yang sangat jeli, namun terjebak dalam dunia gim.

Di serial live action Alice in Borderland, karakter Shibuki terlihat lebih kejam daripada karakter di manganya. Dia bersedia menggunakan seorang gadis sebagai jaminan di gim pertama yang ia mainkan, serta menggunakan seks sebagai cara untuk memanipulasi Chota.

Sementara itu, di manga, dia memang berhubungan seks dengan Chota dan tidak terlalu manipulatif. Hubungan seks yang ia lakukan lebih untuk kenyamanan emosionalnya.

Salah satu cerita selipan manga yang dimasukkan ke dalam alur cerita utama live action adalah ketika Arisu dan Usagi berpartisipasi dalam gim Four of Clubs atau Empat Keriting.

Nama permainannya diubah dari "Runaway" menjadi "Distance". Berbagai detail permainan di manga juga diubah di live action-nya.

Di akhir episode Season 1 Alice in Borderland yang tayang di Netflix, ceritanya mulai menyimpang dari versi manganya. Season 1 berakhir dengan para pemain menemukan semua kartu kecuali "kartu wajah".

Ditambah lagi, tokoh Asahi dan Momoka memutuskan untuk berpartisipasi sebagai pemain dalam gim tersebut. Aguni menyelamatkan Arisu dari Niragi dengan mendorongnya ke dalam api yang membakar pantai. Nasib mereka tidak jelas di serial live action-nya.

Sementara itu, di manga, Arisu dan teman-temannya melihat empat warga Borderland tapi mereka diselimuti bayang-bayang.

Setelah menemukan tempat persembunyian para dealer di gim itu, Arisu, Usagi, Chishiya, dan Kuina dihadapkan pada wajah yang tidak asing: Kano Mira, salah satu anggota eksekutif Beach, yang diturunkan menjadi salah satu "master game".

Kano Mira kemudian menceritakan alur gim yang mereka mainkan, bagaimana semua pemain yang tersisa sampai di sini, melalui apa yang harus mereka lakukan: menembak, membunuh, mengorbankan orang lain, untuk naik ke tahap berikutnya, serta menikmati keputusasaan mereka.

Baca juga artikel terkait ALICE IN BORDERLAND atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Film
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno