Menuju konten utama

Peran 'Geng Phoenix Suns' di Balik Kembalinya Mallorca ke La Liga

Sempat terpuruk ke divisi tiga Spanyol, Mallorca kini promosi ke La Liga dan membungkam klub sebesar Real Madrid. Pengalihan saham ke orang-orang Phoenix Suns dan kehadiran Maheta Molango punya andil besar.

Peran 'Geng Phoenix Suns' di Balik Kembalinya Mallorca ke La Liga
Real mallorca promosi ke primera division Liga Spayol 2019/2020. FOTO/lalgiga

tirto.id - Kejutan terjadi pada pekan ke-9 La Liga, Minggu (20/10/2019) dini hari waktu Indonesia. Di hadapan ribuan pendukung yang memadati Iberostar Stadium, klub promosi RCD Mallorca mempecundangi raksasa Eropa Real Madrid yang datang dengan predikat pemuncak klasemen.

Momen penentu kemenangan itu terjadi pada menit ke-7, ketika Lago Junior mempenetrasi sisi kiri lapangan. Usai melewati Álvaro Odriozola, Junior menusuk seorang diri ke kotak penalti, kemudian melepaskan sepakan melengkung yang gagal dijangkau Thibaut Courtois. Skor akhir 1-0.

“Kami menghadapi tim yang bermain bagus setiap kali tampil kandang. Sulit untuk mencetak gol di pertandingan ini. Kami memang sedikit lebih dominan, tapi benar-benar kesulitan untuk mendapatkan peluang,” kata pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, setelah pertandingan.

Jika Zidane kebakaran jenggot, lain halnya dengan kubu Mallorca. Kemenangan atas El Real mengantarkan mereka keluar dari zona degradasi dan mendekat ke papan tengah.

“Hasil ini memotivasi kami. Tak ada yang kurang dari penampilan para pemain dan dengan ini kami sudah menang dua laga beruntun. Berikutnya, tugas kami adalah mencari yang ketiga,” tutur Vicente Moreno, kepala pelatih Mallorca.

Mengalahkan klub sekelas Real Madrid barangkali sama sekali tidak tebersit di kepala para petinggi dan suporter Mallorca beberapa tahun lalu.

Pernah disegani sebagai salah satu kuda hitam di sepakbola Spanyol, klub ini bertahun-tahun terbenam di divisi dua. Bahkan pada Juni 2017, Mallorca sempat anjlok ke divisi ketiga (Segunda Division B).

Tapi hanya dalam dua tahun, mereka lantas menghantam balik, naik ke divisi dua, divisi satu (La Liga), dan menjadi lawan yang mampu menyulitkan bahkan menaklukkan Real Madrid.

Para pemain beserta pelatih jelas punya andil besar dalam kesuksesan ini. Mallorca diisi skuat yang konsisten dan tak banyak berubah dalam tiga tahun terakhir. Pencetak gol di laga kontra Madrid, Lago Junior, juga termasuk pemain yang setia membela klub ini sejak masih berkutat di divisi tiga.

“Ketika segala sesuatu menjadi buruk, pelatih selalu menaruh kepercayaan besar kepadaku. Gol ke gawang Real Madrid adalah kado untuk dia,” tutur Lago Junior.

Selain itu, pencapaian ini juga tidak bisa dilepaskan dari perombakan besar-besaran terhadap struktur kepengurusan klub beberapa tahun lalu.

Masuknya Investor NBA dan Maheta Molango

Tanda-tanda kebangkitan Mallorca dari tidur panjangnya dimulai pada Januari 2016, ketika saham mayoritas klub dijual oleh investor lamanya. Masa depan yang serba buram menjadi salah satu pemicu kenapa para investor saat itu berniat melepas saham.

Peluang itu kemudian ditangkap dengan gesit oleh seorang investor asal AS bernama Robert Sarver.

Sarver bukan nama asing bagi mereka yang mengikuti dinamika kompetisi bola basket AS, NBA. Pria kelahiran Arizona tahun 1961 ini adalah co-founder Southwest Value Partner, perusahaan investasi properti, sekaligus pemilik klub basket Phoenix Suns.

Menurut publikasi Marca, tak kurang dari 20 juta euro digelontorkan Sarver untuk mengambil alih mayoritas saham RCD Mallorca.

Dia tidak seorang diri. Sarver membeli saham bersama Andy Kohlberg dan Steve Nash. Kohlberg adalah wakil presiden Suns, sementara Nash adalah mantan pebasket profesional yang pernah memperkuat Suns.

“Kami jatuh cinta dengan olahraga (sepakbola) dan sejarah klub ini, dan para penggemar hebat dari pulau Balearic yang unik. Kami benar-benar tertantang menjadi bagian dari klub ini dan kami berharap kelak klub ini bisa berada di posisi yang lebih bagus dari sekarang,” kata Nash kepada CNN beberapa bulan setelah mengumumkan partisipasinya sebagai pemilik saham.

Nash, Kohlberg, dan Sarver barangkali memang orang besar bagi dunia basket Amerika, tapi di sepakbola Eropa, mereka bukan siapa-siapa.

Maka guna memuluskan proyek besar ini, 'geng Phoenix Suns' lantas menghadirkan sosok baru ke klub. Yang pertama mereka rekrut—sekaligus terpenting—adalah seorang CEO baru bernama Maheta Molango.

Molango memang tidak memiliki rekam jejak mentereng sebagai petinggi klub. Tapi, dia punya segala yang dibutuhkan Mallorca: pemahaman soal struktur klub dan hukum sepakbola, kemampuan komunikasi brilian, dan pengalaman sebagai seorang pemain profesional.

Soal kriteria terakhir, Molango memenuhinya dengan rekam jejak pernah memperkuat klub-klub macam Atlético Madrid sampai kesebelasan asal Inggris, Brighton Hove & Albion dan Oldham Athletic.

Sementara perihal hukum dan struktur klub, Molango mendapat pengalaman itu semasa bekerja sebagai pengacara di Baker McKenzie, sebuah biro hukum olahraga yang berbasis di Madrid, Spanyol.

Prinsip Kerja Baru

Molango enggan berkomentar terlalu banyak soal status barunya ini saat diwawancarai reporter Tirto, Rabu (16/10/2019) lalu.

"Kalau ditanya pertimbangan kenapa aku yang ditunjuk [sebagai CEO], sejujurnya aku juga bingung. Mungkin lebih bijaknya kalau itu dijawab oleh mereka, para investor," katanya.

Sementara saat ditanya soal kunci sukses di balik kepemimpinannya selama 18 bulan terakhir, pria kelahiran St-Imier, Swiss ini menyebut beberapa poin penting. Salah satunya yakni pandangan yang lebih realistis guna mencapai tujuan yang diinginkan.

“Kami sadar bahwa kami bukan klub yang memiliki dana transfer besar seperti Real Madrid atau Barcelona, maka kami memaksimalkan talenta-talenta yang ada dari akademi, juga beberapa transfer pemain muda,” jelasnya.

Petinggi RCD Mallorca

CEO Mallorca, Maheta Molango menyelamati para pemainnya usai pertandingan penentuan promosi dari Segunda Division ke LaLiga. official Mallorca/Maheta Molango

Konsistensi Mallorca terhadap pemain binaan terbukti di laga kontra Madrid. Dari belasan nama yang mengisi daftar pemain, sembilan di antaranya adalah sosok-sosok yang sudah memperkuat klub selama dua tahun.

Sementara terkait kebijakan merekrut pemain yang punya prospek jangka panjang, menurut Molango, hal itu masih berlaku sampai saat ini. Terakhir, pada bursa transfer musim panas lalu, mereka meminjam pesepakbola asal Jepang, Takefusa Kubo, dari klub yang baru saja mereka kalahkan, Real Madrid.

Kubo baru berusia 18 tahun, namun kontribusinya untuk Jepang tak perlu dipertanyakan. Terakhir, dia menjadi sosok penting dalam skuat Timnas Jepang yang hadir sebagai peserta tamu dalam turnamen Copa America 2019.

“Dalam merekrut pemain, kami juga mengukur apakah pemain tersebut memiliki etos kerja yang sesuai dengan klub ini. Kubo, misalnya, memilikinya. Dia bekerja secara profesional,” jelas Molango.

Etos kerja—hal yang didengung-dengungkan Molango dalam wawancara kami—memang disebutnya sebagai aspek tak kalah penting dalam kebangkitan Mallorca. Di bawah kepemimpinan Molango, Mallorca punya kebiasaan menyeleksi pemain yang tidak banyak tingkah di hadapan media atau di luar pertandingan.

“Setiap pemain kami sudah paham bahwa satu-satunya kesempatan mereka berbicara adalah pada 90 menit di akhir pekan,” kata Molango.

Etos kerja ini pula yang juga dimiliki Vicente Moreno, pelatih mereka saat ini. Penunjukan Vicente sebagai kepala pelatih dua tahun lalu konon katanya juga merupakan ide yang muncul dari Molango.

Ide brilian Molango dan para investor NBA mereka tak melulu soal memperbaiki performa klub, tapi juga terkait kebijakan finansial. Sejak hari pertama bekerja, Molango memfokuskan sebagian besar anggaran untuk fasilitas latihan dan akademi klub. Dia juga menyesuaikan harga tiket pertandingan kandang Mallorca agar sesuai dengan daya beli fans.

Langkah pertama sukses bikin Mallorca dilirik banyak sponsor baru. “Sebab dengan fasilitas latihan menjanjikan, kami lebih sering menang dan promosi. Dan dengan promosi, semakin banyak sponsor masuk. Awal tahun ini saja, 60 persen dari anggaran kami berasal dari sponsor,” jelasnya dengan antusias.

Sementara kebijakan kedua, membantu Mallorca terus mendapat dukungan yang cukup dari fans. Berkat harga tiket yang pas, jarang ada bangku penonton kosong setiap Mallorca melakoni pertandingan kandang.

“Tahun lalu, kami bahkan tidak berhasil memenuhi kuota permintaan tiket kandang untuk member fans kami. Stadion kami selalu penuh tiap akhir pekan, padahal tahun lalu kami di masih berada di divisi dua,” kata dia.

“Pada akhirnya, kami berjuang untuk fans. Dan tidak ada hal yang lebih diinginkan fans kami selain memenangkan setiap pertandingan di akhir pekan,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait LA LIGA atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino