Menuju konten utama

Pepsi Terancam Diboikot Pendukung Trump Akibat Fitnah

Pendukung dari Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam akan memboikot Pepsi atas kabar yang beredar di Twitter. Banyak kutipan dari artikel berita yang mengatakan CEO Pepsi Indra Nooyi menyuruh penggemar Trump untuk enyah ke tempat tempat lain.

Pepsi Terancam Diboikot Pendukung Trump Akibat Fitnah
Pepsi. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Pendukung dari Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam akan memboikot Pepsi atas kabar yang beredar di Twitter. Banyak kutipan dari artikel berita yang mengatakan CEO Pepsi Indra Nooyi menyuruh penggemar Trump untuk enyah ke tempat tempat lain.

Kemunculan kabar ini dimulai dari situs Truthfeed dan Gateway Pundit yang terkenal sering menyebarkan berita palsu. Beberapa situs yang dimaksudkan untuk mengelabui orang banyak menerbitkan kutipan palsu sambil mendorong pembaca untuk membeli produk Pepsi. Gateway Pundit bahkan berbohong dengan mengabarkan kejatuhan saham Pepsi sebesar 5% sebagai dampak dari komentar Nooyi.

Atas berkembangnya kabar ini, Nooyi mengklarifikasi kalau hal tersebut tidak pernah terjadi. Nooyi tidak membuat pernyataan yang menyingkirkan pendukung trump. Ia bahkan turut mengucapkan selamat atas terpilihnya Donald Trump pada pemilu beberapa hari yang lalu. Tetapi ia mengutuk retorika buruk dari kampanyenya.

"Berani-beraninya ia berbicara tentang wanita seperti itu," Ujar Nooyi seperti dilansir CNN Money. Pernyataan tersebut dibuatnya pada konferensi New York Times Dealbook dalam menanggapi pertanyaan referensi pemilihan dan kekerasan dalam rumah tangga di NFL. Ia juga membahas dampak dari hasil pemilihan terhadap karyawannya.

"Aku harus menjawab banyak pertanyaan, dari anak perempuan saya, dari karyawan saya, mereka semua berkabung," ucap Nooyi seperti dilansir dari CNN Money, Kamis (17/11/2016)

“Pemilu sudah berakhir. Saya pikir kita harus berkabung, untuk mereka yang mendukung sisi lain. Tetapi kita harus bersatu dan hidup harus tetap berlanjut,” tambahnya.

PepsiCo tidak akan mengomentari ancaman boikot, kecuali untuk mengatakan bahwa Nooyi mengacu pada sekelompok karyawan yang khawatir tentang hasil pemilu.

Pepsi bukan merek pertama yang terkena berita palsu. Minggu lalu, sebuah situs supremasi kulit putih menerbitkan sebuah artikel yang memuji New Balance sebagai "Merek resmi Revolusi Trump." Akibatnya, beberapa pelanggan, yang merupakan simpatisan Clinton, marah dan mulai membakar sepatu New Balance mereka.

Kontroversi dimulai saat Pihak New Balance melalui Matt LeBretton mengatakan Trump sebagai presiden "sudah bergerak ke arah yang benar,” pada hari Rabu (10/11/2016).

Komentar ini sebenarnya dibuat mengacu pada diskusi tentang Trans Pacific Partnership, namun beberapa pengguna media sosial menafsirkan pernyataan tersebut sebagai tindakan pro-Trump.

Berita palsu memang menjadi isu utama selama pemilu. Beberapa pihak menyalahkan Facebook sebagai salah satu media sosial yang paling santer memuat hal ini dan tidak berbuat cukup untuk menghapus konten-konten palsu dari platformnya.

"Saya pikir gagasan bahwa berita palsu di Facebook—yang itu sejumlah kecil konten—dipengaruhi pemilu dengan cara apapun adalah ide yang cukup gila," tegas Mark Zuckerberg pada konferensi Techonomy pekan lalu.

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP PRESIDEN AS atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Politik
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh