tirto.id - Sebuah jepretan layar Facebook atas nama Iwan H. Suriadikusumah mendadak viral di medsos. Dalam jepretan layar itu yang bersangkutan membagikan status seorang lainnya yang disamarkan, yang berisi pernyataan bila terdapat pencekokan untuk membenci Ahok di TK Al-Azhar Syifa Budi, Kemang, Jakarta Selatan. Setelah menjadi viral, akhirnya diketahui bila akun yang disamarkan tersebut kepunyaan seseorang bernama Rizal Harahap.
Pada Rabu (15/3/2017) Rizal Harahap diundang oleh pihak Al-Azhar Syifa Budi untuk menjelaskan ihwal statusnya tersebut. Rizal datang sekitar pukul 10.00 WIB. Turut juga dalam pertemuan itu, Kusdono selaku kepala kurikulum Al-Azhar Syifa Budi, Miftahul Hilmi S.H, kuasa hukum Al-Azhar Syifa Budi, dan Inge selaku koordinator wali murid kelas TK B.
Mulanya pihak sekolah akan menggelar pertemuan tersebut secara terbuka kepada wartawan. Namun, menurut Arnold kepala keamanan Al-Azhar Syifa Budi, Rizal meminta pertemuan dilangsungkan secara tertutup. "Kebijakan sekolah, atas permintaan Pak Rizal, pertemuan tertutup," kata Arnold.
Pertemuan tersebut berlangsung lebih kurang satu setengah jam. Setelah pertemuan usai, Rizal tetap enggan menemui awak media yang menunggu. Menurut Arnold, setelah pertemuan Rizal meminta diantarkan pulang melalui pintu yang berbeda dengan tempat media menunggu. "Pak Rizal minta lewat pintu yang enggak ada media," katanya.
Arnold sendiri tak mengetahui alasan Rizal tak mau menemui media. Dirinya hanya menuturkan bila Rizal sudah merasa terintimidasi oleh serbuan pertanyaan kepada dirinya melalui medsos maupun kontak pribadi. "Beliau juga enggak mau kontaknya dikasih, soalnya udah ribut ditanya di medsos," kata Arnold.
Senada dengan Arnold, Hilmi kuasa hukum Al-Azhar juga menyatakan bila Rizal memang sengaja menghindar dari media. Kepada Hilmi, Rizal mengaku tidak menjawab semua pertanyaan terkait statusnya tersebut. "Ya, katanya tidak ada yang dibalas satupun pertanyaan di medsos," kata Hilmi.
Hilmi sendiri menceritakan kepada media proses rapat tertutup tersebut. Menurutnya, Rizal mengaku mendapatkan informasi adanya siswa TK Al-Azhar yang ditarik orangtuanya lantaran ada pencekokan kebencian pada Ahok dari kawan istrinya.
Kendati begitu, menurut Hilmi, Rizal tidak mau menyebutkan siapa nama kawan istrinya tersebut kepada pihak sekolah. "Enggak dia enggak nyebutin. Cuma bilang dari kawannya saja," kata Hilmi.
Untuk itu, pihak Al-Azhar sebenarnya sangat menyayangkan sikap Rizal yang tertutup. Pasalnya, akibat statusnya tersebut nama baik Al-Azhar jadi tercoreng. "Kami jadi berspekulasi dan akhirnya melakukan investigasi," kata Kusdono.
Sebagai kepala kurikulum di sekolah tersebut, Kusdono menjelaskan bila tak ada satupun ajaran untuk membenci orang tertentu. Menurutnya, yang diajarkan di TK Al-Azhar Syifa Budi selayaknya kegiatan belajar mengajar pada umumnya. Bahkan, menurutnya, kegiatan belajar mengajar bisa disaksikan langsung oleh wali murid.
"Kalau pagi ada ikrar sebelum masuk, itu bisa disaksikan wali murid. Wali murid juga banyak yang nunggu anaknya dari pagi sampai sore. Antar wali murid juga selalu berkoordinasi satu sama lain," kata Kusdono.
Kusdono juga menuturkan tidak ada siswanya yang mengundurkan diri atau dicabut orang tuanya selama sebulan terakhir. "Tidak ada yang keluar. Hanya ada dua siswa yang sedang tidak aktif. Satu siswa karena bapaknya baru meninggal dunia dan memiliki masalah keuangan. Satunya lagi belum ada konfirmasi," katanya.
Namun, untuk siswa yang belum memberi konfirmasi Kusdono enggan berspekulasi. Sebab, setelah kabar di medsos tersebut menjadi viral, pihaknya telah melakukan investigasi. "Tidak ada guru yang demikian. Tidak ada juga laporan dari wali murid tentang kejadian seperti itu," katanya.
Mengingat dalam status tersebut disebutkan bila anak kawan istri Rizal berusia lima tahun, menurut Kusdono kemungkinan siswa tersebut berada di kelas TK B. "Ada TK B 1 dan B 2, tapi tidak ada wali murid yang melaporkan kejadian begitu," katanya.
Inge selaku koordinator wali murid TK B di Al-Azhar Syifa Budi membenarkan pernyataan Kusdono. Menurutnya, tidak ada kawan-kawannya sesama wali murid yang mengeluh adanya pencekokan untuk membenci Ahok di sekolah kepada anak mereka. "Sudah saya tanya di grup Whatsapp juga sempet ngumpul. Enggak ada yang ngeluh kok," kata Inge.
Menurut Inge, bila ada keluhan semacam tersebut tentunya antar wali murid akan sama-sama tahu. Karena, menurutnya, selama ini hubungan antar wali murid di Al-Azhar Syifa Budi sangat dekat. "Kalau ada masalah kami sering ngobrolin. Sering ketemu juga kok," katanya.
Perihal dua anak yang sedang tidak aktif, Inge pun mengetahuinya. "Ya, yang satunya memang karena orang tuanya meninggal. Kalau satunya setahu saya belum keluar. Cuma enggak masuk," katanya.
Untuk upaya hukum, pihak Al-Azhar Syifa Budi mengaku tak akan memperpanjang hal ini. Melainkan, menurut Hilmi, akan diselesaikan secara kekeluargaan saja. "Tadi kan Pak Rizal sudah tabayyun. Menurut kami itu sudah cukup," katanya.
Keinginan untuk menyudahi secara kekeluargaan itu, menurut Hilmi, adalah kesepakatan dari pihak sekolah secara keseluruhan. Meskipun, di kemudian hari memang status yang diunggah Rizal tersebut terbukti tidak benar dan telah membawa efek buruk bagi Al-Azhar Syifa Budi. "Intinya suda selesai. Pak Rizal sudah tabayyun dan kami sudah dengar," katanya.
Namun, Hilmi tak menutupi bila nanti akan ada pertemuan antara pihak Al-Azhar Syifa Budi dengan Rizal lagi. Untuk pertemuan selanjutnya itu, Hilmi belum bisa memastikan akan membahas apa. "Nanti akan ada pertemuan lagi. Belum tahu apa bahasannya," katanya.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yuliana Ratnasari