tirto.id - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby menilai format acara dalam Debat Pilpres 2019 tahap pertama tidak menarik bagi banyak pemilih.
Dia mencontohkan durasi acara debat pada 17 Januari 2019 lalu terlalu lama sehingga sebagian pemilih tidak melihat acara secara utuh.
"Format debat kemarin memang terlalu lama karena ditambah iklan segala macam. Kalau butuh waktu sekitar 2 jam untuk menonton, bagi pemilih yang umumnya punya aktivitas lain atau punya interest tak terlalu tinggi terhadap politik, itu hal yang membosankan," kata Adjie di kantor LSI Denny JA, Jakarta pada Rabu (30/1/2019).
Pendapat Adjie diperkuat hasil survei LSI Denny JA pada 18-25 januari 2019 yang melibatkan 1200 responden usia pemilih.
Menurut Adjie, hanya 50,6 persen responden survei itu yang mengaku menonton Debat Pilpres 2019 tahap pertama. Selain itu, 69,9 persen responden yang menonton debat itu tak menyaksikan acara dari awal sampai akhir. Hanya 29,6 persen yang menonton acara debat secara utuh.
Adjie menambahkan penampilan capres-cawapres dalam Debat Pilpres juga tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap orientasi pilihan politik para pemilih. Dia mencatat debat capres-cawapres hanya mempengaruhi pilihan politik 5,8 persen responden yang menonton acara itu. Jumlah itu setara dengan 2,9 persen saja dari total jumlah responden survei LSI Denny JA.
Karena format acara debat membosankan, kata Adjie, banyak masyarakat memilih alternatif tontonan lain di televisi. Banyak pemilih diduga memutuskan menonton acara lain ketika melihat acara debat kurang menarik, terutama pada bagian awal.
"Mungkin harus dipikirkan format debat yang lebih singkat dan lebih menarik. Kita lihat opening dari kedua capres terkesan agak membosankan sehingga itu tidak menarik bagi pemilih," kata Adjie.
Selain itu, faktor pendidikan juga mempengaruhi keinginan pemilih menonton debat. Adjie menyebut, semakin tinggi pendidikan pemilih, keinginan menonton acara debat bertambah besar.
Survei LSI Denny JA menyimpulkan 39,6 persen pemilih yang pernah kuliah menonton debat pilpres secara utuh. Sedangkan yang lulusan SMA hanya 30,9 persen, berpendidikan SMP 29,2 persen dan yang memiliki pendidikan setara SD cuma 23,3 persen.
Adjie juga mengritik substansi debat. Dia menganggap semua kandidat belum menyampaikan solusi yang kongkret saat memaparkan visi misi dan program kerjanya dalam debat.
"Enggak ada perbedaan yang jelas yang dilihat oleh pemilih. Jokowi sebagai petahana kurang mengeksplore apa yang telah dilakukan selama lima tahun,” ujar Adjie.
“Kritik Prabowo-Sandi juga kurang kelihatan oleh publik. Sebagai penantang, dia seharusnya menunjukkan kekurangan petahana, kemudian menyampaikan solusi," dia menambahkan.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Addi M Idhom