tirto.id - Satgas Penanganan COVID-19 menyebut lonjakan kasus Corona di Kudus, Jawa Tengah terjadi akibat kegiatan wisata religi atau ziarah dan tradisi Kupatan. Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil kunjungan Satgas COVID-19 ke Kudus pada Rabu (2/6/2021).
"Dari kunjungan tersebut didapatkan keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus 7 hari pasca lebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan dari Gedung BNPB, Jakarta, Jumat (4/6/2021).
Situasi lonjakan kasus diperparah dengan sekitar 189 tenaga kesehatan terpapar COVID-19. Kemudian, mereka juga menemukan indikasi rumah sakit belum menerapkan sistem zonasi secara ketat sehingga kasus meningkat.
"Contoh dari hal ini adalah masih adanya pasien COVID-19 di rumah sakit yang didampingi oleh keluarganya yang keluar masuk wilayah rumah sakit tanpa screening," kata Wiku.
Wiku menuturkan, kenaikan kasus di Kudus mengalami 30 kali lipat dari 26 kasus menjadi 929 kasus. Angka ini membuat kasus di Kudus menjadi 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus di Kudus. Situasi tersebut sudah lebih besar daripada kasus aktif nasional yang hanya 5,47 persen.
Wiku lantas mengatakan, kenaikan kasus mengakibatkan keterisian tempat tidur isolasi dan ruang ICU rujukan COVID-19 melonjak. Ia mengatakan, sudah 90 persen lebih tempat tidur COVID-19 terisi di Kudus per 1 Juni 2021.
Wiku lantas menuturkan, Ketua Satgas COVID-19 Letjen Ganip Waristo meminta agar pemerintah daerah Kudus untuk mengonversi tempat tidur menjadi khusus COVID-19. Ia juga minta pasien gejala berat untuk mendapat prioritas penanganan.
Ia pun meminta agar para pasien gejala ringan untuk isolasi mandiri di kediaman masing-masing atau dirujuk ke RS ibukota provinsi.
"Selain itu, sebanyak 450 personel TNI diturunkan untuk memantau pelaksanakan 4 fungsi PPKM mikro di tingkat desa kelurahan di Kudus," kata Wiku.
Wiku berharap Pemda Kudus bisa segera melakukan pembatasan mobilisasi agar kasus tidak segera menular. Di sisi lain pemerintah berharap kejadian Kudus bisa menjadi pelajaran daerah lain dalam menangani COVID-19 agar tidak terjadi lonjakan tajam di masa depan.
"Satgas berharap pemda langsung berkoordinasi dengan pusat apabila ada kesulitan untuk melakukan penanganan medis, mengingat BOR di RS yang tinggi. Dapat juga lakukan koordinasi dengan kabupaten kota di sekitarnya untuk merujuk pasien," kata Wiku.
"Ingatlah bahwa manajemen penanganan pasien yang baik akan tingkatkan angka kesembuhan dan turunkan angka kematian," tutur Wiku.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz