Menuju konten utama

Penjelasan Medis Berat Badan Bayi 25 Kg Saat Masih 1 Tahun

Meskipun jarang terjadi ada penjelasan medis terkait bayi dengan berat badan 25 kg meski usianya baru 1 tahun, sebagai berikut.

Penjelasan Medis Berat Badan Bayi 25 Kg Saat Masih 1 Tahun
Kader PKK mengukur berat badan bayi di Posyandu Bougenvile, Pemancar, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022).ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

tirto.id - Media sosial belakangan dikejutkan dengan kemunculan bayi usia 1 tahun dengan berat 25 kilogram (kg). Hal ini menyusul viralnya video seorang bayi laki-laki dengan tubuh yang lebih besar dari anak-anak seusianya.

Video tersebut dirilis pertama kali oleh pengguna akun TikTok @ismibossgep78 yang lantas viral media sosial lainnya, termasuk Twitter dan Instagram.

Meskipun jarang terjadi ada penjelasan medis terkait bayi dengan berat badan 25 kg meski usianya baru 1 tahun. Ini termasuk penyebabnya hingga dampaknya bagi kesehatan.

Berapa Berat Normal Bayi 1 Tahun?

Normalnya, bayi laki-laki biasanya lebih berat dari bayi perempuan. Berdasarkan tabel berat bayi yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) berat badan bayi usia 12 bulan atau 1 tahun adalah 6,8 - 12,0 kg untuk bayi perempuan dan 7,5 - 12,4 kg untuk laki-laki.

Bayi dengan berat 12,0 masih dinyatakan normal, namun berada di persentil 99 atau sangat jarang terjadi. Sedangkan bayi dengan berat badan di atas kisaran tersebut bisa disebut dengan kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas.

Berikut tabel berat badan bayi perempuan usia 1 tahun atau 12 bulan yang ideal menurut WHO:

Persentil Berat (Kg)
1 6,8
3 7,1
5 7,3
15 7,9
25 8,2
50 8,9
75 9,7
99 12,0

Sedangkan, untuk bayi laki-laki usia 1 tahun berat idealnya adalah:

Persentil Berat (Kg)
1 7,5
3 7,8
5 8,1
15 8,6
25 9,0
50 9,6
75 10,4
99 12,4

Semakin tinggi angka persentil, maka semakin besar pula perbandingan berat badan anak dengan anak lainnya yang berusia dan berjenis kelamin sama. Sebagai contoh, anak laki-laki berusia 12 bulan berada di persentil ke-75.

Itu berarti 75 persen bayi laki-laki di usia tersebut memiliki berat badan lebih ringan dari pada beratnya. Sebaliknya, 15 persen dari anak laki-laki pada usia tersebut memiliki berat badan yang lebih berat.

Berkaitan dengan bayi berusia 1 tahun yang memiliki berat 25 kg maka dipastikan telah mengalami obesitas. Masih berdasarkan data WHO yang sama, berat 25 kg sendiri normalnya dicapai pada usia balita di atas 4 tahun 8 bulan, bukan bayi.

Penyebab Berat Badan Bayi Mencapai 25 Kg

Bayi obesitas sendiri bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2018 prevalensi obesitas pada balita di dalam negeri mencapai 3,8 persen.

Bayi obesitas sendiri bisa terjadi karena beragam faktor, mulai dari faktor keturunan, penyakit tertentu, hingga cara perawatan dari orang tua.

Dikutip dari Mayo Clinic ada beberapa penyebab yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami obesitas, termasuk:

1. Makanan

Bayi yang makan berlebih berisiko mengalami obesitas yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal of Medicine and Life, makan berlebih berkaitan dengan konsumsi kalori yang banyak, namun tidak dibakar menjadi energi.

Bayi di bawah 1 tahun umumnya tidak memiliki banyak aktivitas fisik untuk mengubah makanan menjadi energi. Oleh karena itu, pemilihan jenis makanan berkalori imbang sangat diperlukan untuk menjaga fisik bayi terhindar dari obesitas.

2. Penggunaan susu formula tinggi protein dan gula

Masih dalam penelitian yang sama, penggunaan susu formula alih-alih ASI dapat meningkatkan risiko bayi obesitas. Menurut penelitian tersebut susu formula bayi mengandung protein dua kali lebih banyak dari ASI per sajian.

Kelebihan protein ini dapat merangsang sekresi insulin dengan cara yang tidak sehat. Akibatnya konsentrasi insulin bayi dalam darah meningkat dan memicu melemahnya respons insulin sehingga menghambat pembakaran gula menjadi energi. Inilah yang mengakibatkan obesitas.

3. Lahir dari ibu yang obesitas

Bayi yang lahir dari ibu mengalami obesitas juga rentan mengembangkan kondisi serupa. Obesitas ibu berkaitan dengan makrosomia janin dan obesitas bayi.

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu obesitas juga berisiko lebih tinggi mengalami diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular.

4. Pemberian makanan tinggi gula

Bayi yang sudah berusia 6 bulan memang diperbolehkan mengonsumsi makanan padat untuk mendampingi ASI atau MPASI. Namun, bayi bisa mengalami obesitas apabila diberi makanan yang tinggi gula.

Selain itu, beberapa kasus obesitas pada bayi sering kali terjadi akibat lingkungan keluarga yang mengizinkan bayi mengonsumsi manisan, seperti permen atau cokelat. Hal ini tentu dapat meningkatkan risiko bayi menjadi obesitas.

5. Menjalani pengobatan tertentu

Ada sejumlah pengobatan yang bisa meningkatkan obesitas pada bayi dan balita. Sebagai contoh pengobatan untuk kanker leukimia limfoblastik akut.

Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Advances in Nutrition, penyitas leukimia anak lebih mungkin mengalami obesitas di awal penobatan.

Hal ini karena penderita diberi lebih banyak asupan kalori berlebih namun dengan pengeluaran yang lebih rendah.

Dampak Kesehatan Bayi Kelebihan Berat Badan

Kelebihan berat badan bayi tentu dapat menimbulkan sejumlah efek kesehatan yang serius, termasuk:

  • Mengalami gangguan perkembangan, seperti kesulitan berdiri, duduk, atau telungkup;
  • Berisiko tinggi mengalami penyakit diabetes;
  • Berisiko mengalami masalah pernapasan;
  • Berisiko mengalami penyakit kardiovaskular.

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora