tirto.id - Gempa megathrust berkekuatan 5,8 SR mengguncang wilayah Malang, Jawa Timur pada Kamis (19/7/2018) malam, sekitar pukul 19.23 WIB. Getaran gempa dirasakan di seluruh wilayah selatan Jawa Timur hingga Bali.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah terjadi 38 kali gempa susulan di selatan Malang hingga Jumat, 20 Juli pagi ini sekitar pukul 08.00 WIB. Meski begitu, BMKG memastikan peristiwa ini tidak mengkhawatirkan.
“Perlu kami jelaskan bahwa aktivitas gempa semacam ini tergolong masih wajar dan normal,” jelas Daryono selaku Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG dalam rilis pers yang diterima Tirto, Jumat (20/7/2018).
BMKG menjelaskan aktivitas gempa seperti yang terjadi di selatan Malang tersebut merupakan gempa tipe I. Artinya, gempa tipe ini diawali dengan gempa pendahuluan (foreshocks) kemudian terjadi gempa utama (mainshock). Selanjutnya, kejadian ini diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks) dengan jumlah yang banyak.
“Gempa ini menjadi menarik karena mengingatkan kita dan menjadi penanda aktifnya zona megathrust di selatan Malang,” ujar Daryono.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada menyikapi adanya peritsiwa gempa ini. Sikap ini, Daryono menuturkan, dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas diri, memperkuat mitigasi, tanpa rasa takut dan khawatir berlebihan.
“Berdasarkan tren data gempa susulannya, tampak ada kecenderungan kekuatannya semakin melemah, dan frekuensi kejadiannya semakin jarang,” katanya menambahkan.
BMKG mengungkapkan, dari 38 aktivitas gempa susulan, kekuatan gempa terkecil yakni sebesar 3,2 SR dan yang terbesar 4,9 SR. Dari data ini, Daryono menuturkan, sangat kecil peluang akan terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa utamanya.
“Perlu dipahami bahwa semua gempa yang terjadi dengan kekuatan signifikan akan diikuti oleh aktivitas susulan, sehingga banyaknya gempa susulan di selatan Malang ini masih dinilai wajar,” ujar Daryono.
Selain itu, gempa susulan memang akan lebih banyak jika terjadi di zona batuan rapuh (brittle). Karenanya, BMKG meminta masyarakat agar memahami bahwa gempa susulan itu "baik" karena menjadi sarana batuan dalam melepas semua energi yang tersimpan. Dengan begitu, batuan akan menjadi stabil dan normal kembali.
“Masyarakat tak perlu cemas, takut, dan khawatir. BMKG akan terus memonitor aktivitas gempa tersebut dan hasilnya segera diinformasikan kepada masyarakat,” kata Daryono menerangkan.
Editor: Yuliana Ratnasari