tirto.id - Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan penjelasan soal aktivitas lembaga ini dalam menyalurkan bantuan masyarakat Indonesia untuk warga yang menjadi korban konflik di India.
Dewan Pembina ACT, Syuhelmaidi Syukur menyatakan, sebagai lembaga kemanusiaan global, ACT selalu berkoordinasi dengan organisasi resmi dalam menyalurkan bantuan. Menurut Syuhel, hal ini bertujuan untuk membangun kolaborasi dalam mencari solusi atas masalah kemanusiaan yang sedang terjadi.
"Selama ini, prinsip kami [ACT], sebagai lembaga kemanusiaan selalu independen di mana pun kami mengimplementasikan program. Misalnya, kami membantu Rohingya, tetapi [ACT] tidak terlibat dalam konflik politik [di Myanmar]. Tidak terlibat dalam ranah konflik internal negara. Termasuk juga ketika kami melakukan implementasi [pemberian bantuan] di India," kata Syuhel dalam siaran pers ACT pada Jumat (13/3/2020).
Dia menegaskan prinsip ACT adalah memberikan bantuan kemanusian sebagai sebuah bentuk pelaksanaan kewajiban.
"Kami melihat banyak korban yang berjatuhan, keterpanggilan ini kami wujudkan dengan memberikan bantuan secara langsung. Bantuan yang kami berikan pun bersifat emergency," ujar Syuhel.
Dia menerangkan ACT memilih India menjadi ranah kemanusiaan sejak dua tahun lalu sebagai titik implementasi program kemanusiaan. Kata Syuhel, bantuan yang disalurkan ACT ke para korban konflik di India berupa bantuan santunan, pangan, rumah, kesehatan, dan pendidikan.
"Kami pun dalam memberikan bantuan tidak memilah-milah. Hal ini karena kemanusiaan adalah wilayah yang netral, tidak terbatas SARA dan selalu bekerja sama dengan para mitra terpercaya,” tambah Syuhel.
Sementara untuk merespons terhadap konflik kemanusiaan di India pada Februari lalu, menurut Syuhel, ACT mendistribusikan bantuan berupa:
-Ratusan paket pangan. Masing-masing paket pangan terdiri dari 10 kilogram tepung gandum utuh, 5 kilogram beras, gula, minyak goreng, teh, garam, dan bumbu masak.
-Santunan kepada korban dan keluarga korban kerusuhan New Delhi.
-Santunan kepada puluhan keluarga penerima adalah keluarga yang rumahnya hancur atau anggota keluarganya menjadi korban kerusuhan tersebut.
Berdasarkan keterangan resmi ACT, salah satu penerima bantuan menceritakan bahwa rumahnya hancur terbakar setelah diledakkan dengan tabung gas. Penerima bantuan lainnya adalah korban selamat yang saat ini menyintas bersama keluarganya dengan keadaan yang seadanya. Sebelum kerusuhan, ia memiliki usaha di kawasan Shiv Vihar, Delhi.
Data ACT menunjukkan para penerima bantuan tunai di India memiliki kondisi sebagai berikut:
-Korban yang rumah hancur dan hangus
-Janda yang kehilangan anak
-Korban yang kehilangan tempat usaha dan mata pencaharian
Hingga kini, kata Syuhel, ACT senantiasa melaporkan semua implementasi program lewat berbagai medium, seperti media sosial dan publikasi di media massa. Hal ini karena cakupan wilayah ACT, tidak hanya kasus-kasus konflik di beberapa negara, namun juga masyarakat yang terkena musibah bencana alam di berbagai negara lainnya.
"Seperti gempa di Nepal, kekeringan di Afrika, badai topan Bopha di Filipina, dan lainnya termasuk negara Indonesia sendiri," ujar dia.
Dari sisi laporan keuangan, ACT juga selalu mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 14 tahun berturut-turut sebagai bukti bahwa organisasi ini adalah lembaga kemanusiaan yang kredibel.
"Kami menyadari, pekerjaan di ranah kemanusiaan tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi. Tetapi kami meyakini, doa para donatur, harapan penerima manfaat, dan dukungan media menjadi semangat untuk terus bergerak maju dalam bingkai kemanusiaan," tambah Syuhel.
Publik bisa memantau aktivitas ACT melalui berbagai saluran, seperti news.act.id, ACT TV, kanal YouTube Aksi Cepat Tanggap, serta media sosial resmi lembaga ini di Instagram, Twitter, maupun Facebook.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH