tirto.id - Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang mengatakan para pengungsi korban tsunami selat sunda mengalami gigitan ular. Hingga Kamis (3/1/2019), jumlah gigitan mencapai 16 kasus.
"Dari jumlah per 22 Desember hingga 31 Desember, hanya 14 kasus. Kemarin tambah dua kasus lagi. Jadi sekarang 16 kasus," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Pandeglang, Kodiat Juars pada Tirto, Kamis siang.
Para korban gigitan ular tersebut tersebar di beberapa wilayah, diantaranya Puskesmas Munjul 3 kasus, Puskesmas Labuhan 3 kasus, Puskesmas Panimbang 2, Puskesmas Cibitung 4 kasus, RS Berkah 1 kasus dan Puskesmas lain 3.
Kodiat menceritakan, para pengungsi terkena gigitan ular sewaktu mereka kembali ke rumah masing-masing, yang kondisinya sudah berantakan akibat terjangan tsunami.
Saat itu, mereka akan mencari sesuatu di sekitar rumah yang sekiranya masih layak dan dapat dimanfaatkan di antara puing-puing atau sampah yang berserakan.
"Jadi mereka tidak digigit di tenda pengungsian," ujarnya.
Kodiat menambahkan, para pengungsi yang terkena gigitan ular, saat ini sudah ditangani dengan diberikannya serum anti-bisa ular yang disediakan oleh klaster kesehatan di masing-masing wilayah.
"Kondisi pengungsi yang tergigit tidak ada laporan rujukan ke rumah sakit. Sehingga kondisinya relatif bisa teratasi," lanjutnya.
Kodiat juga menilai, munculnya ular di permukiman warga bukan saja disebabkan habitatnya yang terganggu setelah bencana tsunami. Melainkan memang sejak lama wilayah Banten dikenal sebagai area dengan populasi ular yang cukup banyak.
Sementara untuk jenis ular yang menggigit masuk dalam kategori ular tanah, sehingga dinilai relatif aman.
Kodiat mengimbau kepada para pengungsi, relawan, dan siapa saja yang masih berada di sekitar wilayah Pandeglang khususnya agar lebih berhati-hati.
"Kami ingatkan kalau mau turun ke lapangan, gunakanlah sepatu bot dan sarung tangan karet. Untuk jaga-jaga," ujarnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari