tirto.id - Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, setidaknya terdapat tiga hal fundamental yang dapat menentukan arah perkembangan pariwisata Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara tetangganya, kata seorang pengamat.
Dalam diskusi Peluang dan Tantangan Pariwisata dalam Menghadapi MEA yang diadakan Ludens Tourism Space akhir pekan kemarin, Sabtu, (27/2/2016), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Prastowo mengatakan bahwa kesiapan industri pariwisata bergantung pada tiga hal, yaitu kesiapan teknologi informasi sebagai sarana promosi, infrastruktur pariwisata, dan sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaku pariwisata.
Prastowo menilai bahwa dari ketiga hal tersebut SDM Indonesia dinilai yang paling siap menghadapi MEA. Namun, ia memberikan catatan bahwa masyarakat lokal perlu lebih dilibatkan, sebab selama ini kepedulian masyarakat setempat terhadap pariwisata masih sangat rendah.
“Kunci keberhasilan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pariwisata adalah dengan mendekati tokoh masyarakat yang berpengaruh dan generasi muda yang lebih melek akan teknologi informasi,” tutur dia, seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Lanjutnya, dalam hal kesiapan teknologi informasi sebagai sarana promosi, Indonesia masih perlu meningkatkan pemerataan penggunaan teknologi informasi di semua generasi untuk membantu promosi pariwisata Indonesia.
“Kesiapan teknologi informasi sebagai salah satu media promosi pariwisata lebih banyak dimiliki oleh generasi muda,” kata Prastowo.
Ia mengatakan bahwa dalam hal promosi, saat ini, pariwisata Indonesia sangat terbantu dengan banyaknya generasi muda yang mengunggah foto perjalanan wisata mereka di berbagai platform media sosial.
Sementara itu, menurut Prastowo, infrastrukstur pariwisata dinilai belum optimal. Hal ini, contohnya, dapat dilihat dari kondisi bandar Indonesia yang belum sebaik negara tetangga. Bandara internasional sudah mulai bermunculan di Indonesia, namun ketersediaan jalur penerbangan langsung (direct flight) masih terbatas.