Menuju konten utama

Peneliti Texas Ungkap Sapi Jadi Harapan Baru Tangkal HIV

Seekor sapi ternyata memiliki sistem kekebalan unik yang disinyalir mampu menanggulangi HIV. Penelitian ini menjadi pencapaian tersendiri bagi upaya pencegahan HIV sejak tahun 1990.

Peneliti Texas Ungkap Sapi Jadi Harapan Baru Tangkal HIV
Warga menggiring ternak sapi yang digembalakannya di Desa Hambaprai, Sumba Timur, NTT, Kamis (22/6). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

tirto.id - Jagat medis dikagetkan dengan sebuah penemuan yang membuka kemungkinan untuk mengantisipasi perkembangan virus HIV. Setelah sekian lama para ilmuwan melakukan sejumlah penelitian guna menemukan penangkal virus yang tepat, pembawa solusi itu datang dari hewan sapi.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit yang licin sekaligus jahat. HIV bermutasi begitu mudah sehingga setiap kali sistem kekebalan pasien menemukan langkah untuk menyerang virus, HIV merubah penampilannya.

Atas dasar tersebut, timbul pertanyaan besar bagi para peneliti ketika mengembangkan vaksin untuk HIV: mengapa orang yang terinfeksi HIV tidak efektif membuat antibodi penetralisir untuk melawan virus? Para ilmuwan memperkirakan jumlah orang yang mampu memproduksi antibodi penetralisir (dalam kondisi terkena virus HIV) hanya sekitar 20 persen saja.

Antibodi penetralisir menurut Medical Dictionary ialah sebuah antibodi yang melindungi keberadaan sel dari virus. Secara perhitungan, para pasien HIV dapat menghasilkan dan mengembangkan antibodi itu setelah, minimal, dua tahun infeksi menyerang tubuh.

Keberadaan vaksin tersebut sangat penting bagi penanggulangan HIV karena mampu melatih sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi penetralisir secara lingkup luas serta membantu mencegah orang terinfeksi sejak awal. Namun, para ilmuwan masih berupaya keras agar vaksin itu terealisasi.

Hal ini membuat Dr. Anthony Fauci dihadapkan pada kondisi serba sulit. Dr. Fauci, Direktur National Institute of Allegry and Infectious Diseases (NIAID) mengatakan mereka yang terpapar HIV tidak mampu membuat antibodi secara maksimal untuk mengantisipasi keadaan di depan.

“Tidak mudah untuk menemukan solusi atas apa yang terjadi. Orang yang terinfeksi HIV bisa dibilang tidak memiliki antibodi komprehensif untuk mencegah segala kemungkinan,” ungkap Dr. Fauci kepada TIME.

Hingga akhirnya para ilmuwan mendapati sapi dapat mengkreasi antibodi penetralisir dengan baik.

Dalam studi terbarunya yang dipublikasikan jurnal Nature pada Kamis (20/7/2017) lalu, para peneliti dari Scripps Research Institute, International AIDS Vaccine Initiative (IAVI), dan Texas A&M University menemukan sapi memiliki kemampuan dalam menginduksi antibodi ampuh untuk menangkal virus HIV.

Meski sapi tidak berpotensi terserang HIV, sistem imunitas sapi memproduksi antibodi unik untuk mengalahkan infeksi.

Langkah yang digunakan para peneliti dalam kajian ini adalah dengan menyuntikan immunogens HIV (sejenis protein untuk menghasilkan respon kekebalan virus) pada empat bagian betis sapi. Alhasil, dari proses itu para peneliti menemukan hasil bahwasanya sapi dengan cepat mampu mengembangan bNAbs (antibodi penetralisir) terhadap HIV di aliran darah miliknya.

Setelah para peneliti menyuntikkan immunogens, mereka mengambil jaringan yang ada lantas mengisolasinya untuk dipelajari lebih lanjut. Nyatanya, antibodi yang diberi nama NC-Cow 1 itu mempunyai kemampuan serta kekuatan lebih saat menyerang virus HIV.

Dr. Devin Sok, Direktur Pengembangan dan Penelitian Antibodi IAVI menyatakan penemuan ini merupakan pencapaian maju serta hasil menyenangkan bagi para peneliti. Dr. Devin tidak menyangka apabila penelitian terhadap sapi bisa memberikan respon yang cepat dalam kurun waktu satu sampai dua bulan dengan segala kemungkinan.

“Penelitian ini benar-benar meledakan pikiran kita. Ini merupakan pencapaian maju untuk kami dalam mengungkapkan solusi yang baik terhadap penyakit HIV,” jelas dia kepada BBC.

Dr. Fauci menambahkan penelitian terbaru ini memberikan informasi mengenai mekanisme tersendiri di mana sistem kekebalan tubuh hewan, dalam kasus ini adalah sapi mampu menciptakan antibodi yang selama ini dicari.

“Kita mendapatkan banyak terobosan, informasi, maupun gagasan di mana mekanisme baru untuk menanggulangi penyakit HIV berasal dari sistem kekebalan tubuh sapi yang menciptakan antibodi di dalamnya,” kata Dr. Fauci.

Seperti yang diungkapkan Dr. Devin, penelitian ini menuntun untuk memahami bagaimana sistem kekebalan tubuh dapat mengembangkan antibodi secara efektif terhadap HIV, sekalipun itu berasal dari seekor sapi.

Penelitian ini juga dapat dijadikan informasi berharga untuk bekal di kemudian hari terlebih apabila para peneliti bisa menciptakan semacam replikasi dalam tubuh manusia untuk melakukan hal serupa. Tak ketinggalan pula manfaat yang diberikan untuk mengembangan terapi atau bentuk perawatan baru guna mengindarkan sistem kekebalan tubuh manusia dari jangkauan virus.

“Sejatinya, antibodi penetralisir ditemukan pertama kali di tahun 1990an. Sejak masa itu, kami telah mencoba mendapatkan antibodi yang sama melalui proses imunisasi dan lainnya. Hasilnya nihil. Kami belum pernah dapat melakukannya sampai sekarang. Sampai akhirnya keberadaan seekor sapi ini telah memberikan beberapa informasi penting sehingga kelak kita bisa menerapkannya pada manusia,” tutur Dr. Devin.

Baca juga artikel terkait HIV atau tulisan lainnya dari Faisal Irfani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Faisal Irfani
Penulis: Faisal Irfani
Editor: Yuliana Ratnasari