tirto.id - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wahyudi Akmaliah memprediksi partai berbasis Islam sulit bersaing dengan partai sekuler di Pemilu 2019.
Wahyudi menyatakan ada beberapa hal yang menyebabkan partai-partai Islam sulit bersain di Pemilu 2019. Salah satunya, kata Wahyudi, partai-partai Islam tidak mengusung gagasan yang inovatif. Hal ini berkebalikan dengan ormas-ormas Islam yang terus berkembang pesat.
"Ini yang menjadi persoalan. [….] Partai Islam susah menjadi besar," kata Wahyudi dalam diskusi yang bertajuk “Arah Politik Islam” di kantor Populi Center, Jakarta Barat pada Rabu (21/3/2019).
Peneliti Populi Center, Ade Ghozaly berpendapat serupa. Menurut dia, meski kelompok politik Islam terlihat memiliki sikap tertentu di Pemilu 2019, pilihan itu tidak didasari motif ideologis melainkan kepentingan.
Selain itu, kata dia, partai-partai Islam yang berbeda sikap di Pemilu 2019 juga saling menjatuhkan untuk mendapat suara dan memastikan lolos ke parlemen.
"Partai-partai Islam bersaing sendiri," kata Ade.
Berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas, partai berbasis agama yang diprediksi berhasil bertahan di parlemen hanya PKB dan PKS. Salah satu partai berbasis agama yang cukup senior, PPP, diprediksi tak berhasil lolos parliamentary threshold.
Hasil survei LSI Denny JA, yang digelar pada 18-25 Januari lalu, juga menyimpulkan hanya tujuh partai peserta Pemilu 2019 yang berpeluang memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Sebanyak sembilan partai lainnya diperkirakan tidak lolos parliamentary threshold. Di antara 9 partai tersebut, termasuk PPP dan PAN yang merupakan partai berbasis agama.
Nasib PPP di Pemilu 2019 juga semakin terancam setelah Ketua Umum terdahulunya Romahurmuziy ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom