Menuju konten utama

Pemprov Pinjam Dana Bank DKI Bayar Tagihan Listrik Sekolah

Dicabutnya aliran listrik di beberapa sekolah di Jakarta Barat disebabkan BOP yang digunakan untuk membayar listrik, cair tiga bulan sekali.

Pemprov Pinjam Dana Bank DKI Bayar Tagihan Listrik Sekolah
Ilustrasi. Siswa SMAN 68 mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sesi II di SMAN 68, Jakarta, Senin (10/4). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa.

tirto.id - Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Bowo Irianto mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Bank DKI untuk membayaran tagihan listrik beberapa sekolah yang dicabut oleh PLN.

"Kerjasama MoU dengan Bank DKI. Mudah-mudahan Bank DKI-nya segera bisa menyelesaikan," ungkapnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (25/7/2017).

Namun, kata Bowo, hingga saat ini Bank DKI belum memberikan dana pinjaman yang akan dipakai untuk melunasi tagihan PLN tersebut.

"Tapi masalah administrasinya mungkin masalah Bank DKI sendiri juga belum melakukan yang namanya dana pinjaman untuk menyelesaikan," katanya menambahkan.

Menurut Bowo, dicabutnya aliran listrik di beberapa sekolah di Jakarta Barat disebabkan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang digunakan untuk membayar listrik, cair tiga bulan sekali. Artinya, sekolah-sekolah tersebut mau tak mau harus menunggak listrik sampai dana BOP cair.

Apalagi, kata dia, sekolah dilarang menarik uang dari siswa dan orang tua siswa. Dengan begitu, untuk membayar tagihan listrik, sekolah hanya bisa mengandalkan BOP.

"Ini kemudian menjadi tantangan tersendiri. karena persoalan yang terjadi kan pengelolaan keuangan sekarang demikian ketat. terakses dan transaksinya non-cash,” terangnya.

"Cair itu periodenya sekitar bulan Maret, bulan Juni, kemudian nanti pada bulan September. Ketika September ini kan uang belum masuk," imbuhnya.

Seperti diketahui, sejak Jumat (21/7/2017) PLN memutus listrik beberapa sekolah menengah di Jakarta seperti SMAN 101, SMAN 112, SMAN 65, SMAN 57, SMAN 85 serta beberapa SMPN.

Belakangan diketahui bahwa pemutusan aliran listrik tak hanya terjadi di Jakarta Barat melainkan juga di beberapa wilayah 2 lainnya.

“Timur juga ada. Pengalaman ini masih terjadi di beberapa wilayah. Tapi tidak semua," ungkap Bowo.

Namun demikian, ia yakin hal tersebut tidak akan mengganggu proses belajar mengajar yang ada di Jakarta. Sebab, kata dia, dari ribuan sekolah yang ada di Jakarta hanya sedikit yang mengalami hal tersebut.

"Kita punya SD aja 1500 SD negeri, SMP ada 289, SMA ada 117, SMK ada 63. Berarti ada sekitar 2000an. 2000 itu ada satu yang memang nanti mati lampu. Yang 1999 mereka terang benderang," ujar Bowo.

Baca juga artikel terkait PEMPROV DKI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari