Menuju konten utama

Pemilu Filipina, 'Donald Trump' Jadi Kandidat Terkuat

Rodrgio Duterte, calon dengan pendekatan mirip Donald Trump, menjadi kandidat terkuat untuk meraih kursi kepresidenan Filipina dalam pemilu hari ini.

Pemilu Filipina, 'Donald Trump' Jadi Kandidat Terkuat
Foto calon Presiden Filipina Rodrigo Duterte. foto/https://www.facebook.com/rodyduterte

tirto.id - Hari ini, (09/05/2016), rakyat Filipina akan memilih presiden baru mereka dalam pemilihan umum. Rodrigo Duterte, seorang mantan pengacara dan Wali Kota Davao City, disebut-sebut sebagai kandidat terkuat dalam pemilihan ini.

Rodrigo Duterte menggunakan pendekatan kampanye yang kasar dan keras, hingga dirinya seringkali diidentikkan dengan Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Duterte seakan-akan ingin mewakili rasa frustrasi masyarakat kelas bawah Filipina terhadap buruknya kondisi ekonomi Filipina, kesenjangan sosial, dan ancaman-ancaman dari korupsi, kejahatan, serta narkoba.

Kampanye Duterte menyiratkan bahwa dirinya akan bersikap keras terhadap isu-isu tersebut. Ia bahkan memberi sinyal akan menerapkan “extrajudicial killing” sebagai pendekatan utama, sesuatu yang membuatnya dicap sebagai calon diktator baru.

Jajak pendapat yang dilakukan sebelum pemilihan suara menunjukkan bahwa isu-isu yang ditawarkan Duterte mendapatkan sambutan yang sangat positif dari masyarakat Filipina. Hal ini membuatnya menjadi kandidat terdepan dibandingkan empat kandidat presiden lainnya.

“Kampanye Duterte menggunakan retorika 'tinju' sebagai simbolnya. 'Tinju' yang akan diarahkan kepada para pelanggar hukum, tapi sepertinya juga akan ditujukan kepada para oligarki yang berkuasa di negara ini,” papar Miguel Syjuco, seorang penulis yang sangat dihormati di Filipina dalam sebuah ulasannya minggu lalu.

“Pesan-pesan Duterte telah bergema di kalangan kalangan miskin Filipina yang frustrasi karena merasa telah dikecewakan oleh pemerintahan sebelumnya, tetapi, sebenarnya para pendukung Duterte berasal dari semua kalangan, tidak hanya kaum miskin,” imbuhnya. Syjuco menyatakan, slogan “perubahan telah datang” yang digunakan Duterte, ironisnya, merupakan “pesan yang tepat namun disampaikan oleh orang yang salah”.

Terkait hal itu, Manuel Roxas, cucu mantan presiden Filipina era 1946-1948 Manuel Roxas Senior dan salah satu kandidat kuat lainnya, mengklaim bahwa pemilu kali ini akan mempertemukan “kekuatan demokrasi melawan kekuat diktatorial”.

Lembaga riset global Eurasia Group menyatakan, terlepas dari kecenderungan diktatorial Duterte, presiden Filipina selanjutnya masih akan melanjutkan pendekatan pro pertumbuhan ekonomi dan reformis yang telah dirintis oleh Beniqno “Noynoy” Aquino, presiden sebelumnya.

Tuntutan untuk Perubahan

Lebih dari setengah dari populasi total Filipina yang berjumlah 100 juta orang telah terdaftar dalam daftar pemilih. Dalam pemilu hari ini, mereka akan memilih presiden, wakil presiden, 300 anggota dewan, dan 18.000 pejabat lokal di Filipina.

Bilik suara rencananya akan dibuka mulai pukul 6 pagi waktu setempat dan ditutup 11 jam kemudian. Kepala komisi pemilihan umum Filipina menyatakan, hasil pemilu akan dapat diketahui dalam jangka waktu 24 jam , atau paling lama, selama tiga hari setelah pemilihan.

Pemilu kali ini akan mempertemukan para pebisnis, artis, dan petinju internasional Manny Pacquaio, yang akan bersaing dengan politisi tradisional dalam memperebutkan kursi di Senat.

Salah satu tokoh yang mendapatkan begitu banyak sorotan dalam pemilu kali ini adalah “Bongbong” Marcos Jr., putra dan pewaris nama besar mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos, yang akan maju sebagai wakil presiden mendampingi Senator Miriam Defensor Santiago sebagai calon independen.

Antusiasme menghinggapi kota Davao pada Minggu, (08/05/2016), dimana sebagian besar warga menjagokan Duterte sebagai pemenang pemilu berikutnya.

“Ini adalah tuntutan bagi perubahan, tuntutan dari masyarakat Filipina yang berhak mendapatkan presiden yang lebih baik dibandingkan para politisi tradisional sebelumnya”, ungkap Lezita Go, seorang pengusaha dan ibu dari dua anak.

Pemilihan umum di Filipina biasanya sangat sulit diprediksi, namun dua jajak pendapat pada minggu lalu menunjukkan superioritas Duterte yang memimpin sebesar 11 persen di atas pesaing-pesaingnya. Jajak pendapat tersebut juga mengungkapkan, pendukung Duterte datang dari beragam kalangan masyarakat.

Duterte diperkirakan akan mendapatkan saingan ketat dari Senator Grace Poe dan Manuel Roxas. Pendekatan pro penduduk miskin yang digunakan oleh Poe mendapatkan sambutan yang sangat positif dari rakyat Filipina. Kisah hidupnya yang ditelantarkan di depan gereja saat masih bayi dan diadopsi oleh seorang bintang film juga menarik simpati banyak warga.

Presiden incumbent Beniqno Aquino minggu lalu mengimbau para kandidat yang maju untuk bersatu dan berusaha sebisa mungkin menghalangi langkah Duterte untuk menjadi presiden. Grace Poe sendiri memutuskan untuk menolak imbauan Aquino, karena ia menganggap hal itu merupakan isyarat supaya Poe mundur dan mendukung Manuel Roxas.

Beberapa ahli strategi kampanye memperkirakan akan terjadi persaingan yang ketat dan selisih suara yang tipis. Hal ini, menurut mereka, memunculkan kekhawatiran akan praktik-praktik politik uang dan jual-beli suara.

Baca juga artikel terkait FILIPINA

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra