Menuju konten utama

Pemetaan Digital untuk Dukung Pengelolaan Situ & Mitigasi Banjir

Pemetaan digital danau di Jabodetabekpunjur menerapkan prinsip citizen science. Hasilnya dapat digunakan untuk membantu mitigasi bencana banjir.

Pemetaan Digital untuk Dukung Pengelolaan Situ & Mitigasi Banjir
Petugas PPSU membersihkan sampah yang menyumbat saluran air saat banjir di Jalan Gunung Sahari, Mangga Dua, Jakarta, Selasa (18/1/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.

tirto.id - Dua dekade ke belakang, kita masih bisa melihat batas waktu yang jelas antara musim hujan dan kemarau. Namun sekarang, perubahan iklim mengaburkan semuanya. Hujan datang dengan intensitas lebih tinggi di segala waktu dan membikin manusia kewalahan dengan luapan banjir yang menyapu rumah mereka.

Suhu Bumi yang semakin panas meningkatkan penguapan, membikin lebih banyak uap air naik ke atmosfer dan turun kembali ke Bumi sebagai salju dan hujan ekstrim.

Saat iklim menghangat, intensitas banjir bandang ikut meningkat dengan waktu yang lebih cepat dan besaran yang makin tinggi sehingga efeknya lebih berbahaya dan merusak. Sementara itu, kita masih tampak gagap dan belum berbenah diri.

Lahan-lahan resapan air terus menyusut berganti ladang “cuan” perumahan, jalan-jalan tanah dibeton tanpa drainase, dan danau sebagai penampung air bahkan beralih fungsi atas nama pembangunan atau mengalami penyusutan.

Padahal, mempertahankan bentuk danau merupakan salah satu jalan keluar paling rasional untuk meminimalisasi banjir, terutama di area-area yang minim lahan resapan seperti perkotaan. Danau punya fungsi sebagai reservoir atau “kantong” penampung air hujan yang terjebak di jalanan berbeton dan tanah tak berpori.

Sadar akan fungsi krusial danau, pemerintah kota melalui Project Management Office (PMO) wilayah metropolitan Jakarta Raya dan United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Perkumpulan OpenStreetMap Indonesia (POI) lantas melakukan pemetaan danau secara digital untuk memitigasi banjir di masa depan.

Mereka telah berhasil mengidentifikasi 170 danau alami dan buatan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur).

Berdasarkan hasil pemetaan itu, terdapat 156 situ yang badan airnya masih relatif baik. Dari aspek kondisi fisik danau, temuan awal mereka menunjukkan setidaknya ada 43 situ yang memiliki potensi pengurangan limpasan permukaan penyebab banjir.

“Lainnya ada 14 situ yang telah mengalami alih fungsi lahan total,” kata Angga Pratama, Tenaga Ahli Hubungan Kelembagaan PMO Tim Koordinasi Penataan Ruang Jabodetabekpunjur, kepada Tirto.id pada Sabtu (20/8/2022).

Kita bisa melihat hasil identifikasi danau tersebut pada peta di bawah ini.

Salah satu situ yang mengalami alih fungsi lahan adalah Situ Sukasari/Rancasaat di Desa Sukasari, Rumpin, Kabupaten Bogor. Situ Sukasari sudah lama mengering sehingga berubah menjadi perkebunan kelapa. Kemudian, ada juga Situ Bunder di Cimanggis, Depok, yang beralih fungsi menjadi bangunan.

Pengelolaan Danau Berkelanjutan oleh Perempuan

Pemetaan danau di Jabodetabekpunjur ini dilakukan pada periode 11–24 April 2022. Tim pemetaan mendapatkan informasi soal keadaan terkini danau, termasuk bentuk fisik dan alih fungsinya, melalui laporan masyarakat yang terlibat sebagai tim survei dalam proses pengambilan data.

Mereka menyebut metode ini sebagai penerapan prinsip citizen science. Sebanyak 12 tim survei disebar ke 12 wilayah berbeda di Jabodetabekpunjur. Mereka bertugas mengumpulkan data terkait kondisi fisik situ maupun kondisi sosial-ekonomi di sekitarnya.

Mereka rata-rata butuh waktu 1–2 jam di masing-masing situ untuk mendapat data fisik dan mewawancarai pengelola situ serta warga sekitar.

“Kami menggunakan aplikasi sumber terbuka untuk memastikan transparansi dan akses informasi bagi publik. Kami juga menggabungkan data kualitatif dengan citra satelit dan gambar lapangan untuk menghasilkan hasil yang lebih teliti,” jelas Aisha Marzuki, Head of Exploration Accelerator Lab UNDP Indonesia.

Aplikasi digital yang dimaksud Aisha adalah Ushahidi dan Mapillary. Ushahidi dipakai untuk mengumpulkan informasi tentang aspek fisik danau. Sementara itu, Mapillary untuk mengumpulkan foto daerah tersebut.

Tim pemetaan memutuskan memakai dua aplikasi ini guna melakukan pengecekan atas keabsahan data dalam pemetaan sebelumnya.

Menurut Head of Operations POI Dewi Sulistioningrum, mereka yang dilibatkan dalam tim survei mendapat pelatihan intensif terkait teknis input data selama dua hari. Selanjutnya, tim POI memverifikasi data dan temuan lapangan mereka.

“Hasilnya adalah peta inovatif dan dinamis yang mendorong interaksi dengan pengguna,” kata Dewi.

Dari pemetaan ini, tim POI menemukan informasi paling penting terkait mitigasi banjir. Sekitar 24 persen dari seluruh danau yang dipetakan teridentifikasi mengalami banjir kira-kira dua kali setahun.

Tim pemetaan juga mendapat kesimpulan deduktif dari hasil wawancara dan pengumpulan informasi bahwa pengelola danau memainkan peran penting dalam upaya mengurangi banjir.

Potensi banjir dapat dikurangi melalui pembersihan jalur air secara rutin. Upaya ini idealnya diinisiasi oleh pengelola danau.

Infografik Mitigasi Banjir di Jabodetabekpunjur

Infografik Mitigasi Banjir di Jabodetabekpunjur. tirto.id/Quita

Sayangnya, inisiatif ini kurang terlihat di danau yang tim pengelolanya mayoritas diisi laki-laki. Sebaliknya, danau yang pengelolaannya diinisiasi oleh perempuan memiliki fisik yang lebih terawat.

“Pengelola danau perempuan menempuh upaya ekstra, seperti membersihkan danau dan melakukan penggalangan dana untuk pembersihan danau,” terang Dewi.

Dewi melanjutkan, informasi tentang kondisi fisik lingkungan danau akan meningkatkan data yang digunakan pemerintah untuk mengidentifikasi kemampuan danau dalam menyimpan air saat banjir. Salah satunya adalah informasi terkait struktur lubang masuk air (inlet) dan lubang keluar bila tube telah penuh (outlet) untuk mengendalikan aliran air.

Dari 170 danau yang terpetakan, sebanyak 103 danau sudah dikelola oleh pemerintah. Pemerintah juga berencana menggunakan data tersebut untuk pengelolaan danau di masa depan. Tak hanya untuk mitigasi banjir, melakukan penyelamatan dan pengamanan situ, dan menyusun protokol pengelolaan situ berkelanjutan, tapi juga perencanaan situ-situ yang potensial sebagai objek wisata.

“Kami harap kegiatan ini membantu penyusunan regulasi tentang tata kelola danau, mengidentifikasi danau-danau yang perlu dikelola pemerintah pusat, pemerintah kabupaten, atau provinsi,” kata Wisnubroto Sarosa, Direktur PMO Jabodetabekpunjur.

Jika pemerintah memang serius ingin mengubah rupa Jakarta Raya dengan menjauhkannya dari genangan banjir, hasil pemetaan danau ini tentu harus direspons serius. Itu bisa ditunjukkan dengan menormalisasi fungsi utama danau sebagai kolam air raksasa, bukan area tambahan untuk menunjang pembangunan.

Baca juga artikel terkait SITU atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi