Menuju konten utama

Pemerintah Utang Rp12,4 Triliun untuk Bangun LRT Bali

Pengembangan Bali Urban Railway juga akan dilakukan dengan mengedepankan skema business to business (b-to-b) sehingga dapat lebih optimal.

Pemerintah Utang Rp12,4 Triliun untuk Bangun LRT Bali
Sejumlah penumpang turun dari kereta Light Rail Transit (LRT) di Stasiun LRT Velodrome, Jakarta, Senin (25/12/2023).ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Risal Wasal, mengatakan kabar terbaru pengembangan Light Rail Transit (LRT) Bali. Dia menuturkan total nilai investasi yang ditetapkan sebesar 876 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp14,27 triliun dengan asumsi kurs 16.291.

Dari besaran tersebut, ditargetkan dapat dipenuhi melalui pembiayaan pinjaman luar negeri (loan) sebesar 764,9 juta dolar AS, atau setara Rp12,46 triliun, dan sisa pembiayaan melalui dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Dipenuhi dari pembiayaan pinjaman luar negeri sebesar 764,9 juta dolar AS, dan dari Pemerintah Indonesia sebesar 111,1 juta dolar AS," ujar Risal saat dihubungi Tirto, Kamis (13/6/2024).

Sementara itu, pengembangan LRT Bali merupakan bagian dari Bali Urban Railway yang merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kemacetan dan memberi alternatif moda transportasi kepada masyarakat Bali maupun wisatawan. Kemudian juga didorong untuk menghadirkan transportasi publik yang lebih ramah lingkungan dan bebas hambatan.

Lebih lanjut, Risal menjelaskan, LRT Bali akan dikembangkan dalam beberapa tahap, dimulai dengan Tahap 1A sepanjang 6,04 kilometer dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sampai dengan Sunset Road, Denpasar.

"Ke depan, pengembangan Bali Urban Railway akan dilanjutkan dengan perpanjangan LRT Bali, maupun koridor-koridor lain di luar LRT Bali sesuai dengan kajian mengenai kebutuhan maupun keekonomiannya," tutur Risal.

Sementara itu, pengembangan Bali Urban Railway juga akan dilakukan dengan mengedepankan skema business to business (b-to-b) sehingga dapat lebih optimal.

Diketahui sebelumnya, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan dan Tiongkok, Selasa (9/1/2024) hingga Sabtu (13/1/2024). Budi Karya dalam kunjungannya membahas kerja sama sektor perkeretaapian dan penerbangan.

“Beberapa hal yang kami bahas, yaitu mulai dari rencana pembangunan LRT di Bali, autonomous rail transit (ART) di Ibu kota Nusantara (IKN), jaringan komunikasi dan persinyalan kereta api berteknologi tinggi hingga menjajaki peluang kerja sama terkait pesawat komersial," kata Budi dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (9/1/2024).

Dia menuturkan pada kunjungannya di Korea Selatan menemui Wakil Menteri Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan, Sangwoo Park.

Tak cuma itu, Budi juga menemui pihak Korea National Railway dan Eximbank untuk membahas pembangunan LRT di Bali tahap I Bandara Ngurah Rai-Central Park.

Lebih lanjut, dia menuturkan LRT bakal menjadi transportasi rel pertama di Bali. Karena itu, Budi berharap LRT Bali akan menjadi solusi atas kemacetan di sana. Dia juga berharap studi kelayakan (feasibility study) LRT Bali bisa rampung secepatnya.

Baca juga artikel terkait LRT BALI atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin