tirto.id - Pemerintah mengerahkan 16 eskavator untuk membantu proses penggalian di kawasan Perumahan Nasional Balaroa, Palu Barat, Kota Palu. Pasalnya, Perumnas Balaroa adalah salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak usai gempa melanda beberapa wilayah di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Akibat gempa tersebut, tanah di Perumnas Balaroa amblas sekitar 20 meter. Namun, belum diketahui pasti jumlah korban yang terkena dampak gempa di Balaroa.
"Di daerah Palu itu ada satu perumnas cukup luas. Bukan roboh, tapi tanahnya amblas. Tidak mungkin tanpa alat berat," tegas Menteri Koordinator Bidang Polhukam Wiranto, Senin (1/10/2018).
Sejak gempa menghantam wilayah itu, proses penggalian dan evakuasi korban di Perumnas Balaroa belum selesai. Selain di Balaroa, pemerintah juga mengoperasikan eskavator di Hotel Roa Roa dan daerah Petobo.
Wiranto menegaskan, jumlah warga Palu dan sekitarnya yang sudah dievakuasi mencapai 59.450 dan tersebar di 109 titik.
Untuk diketahui, Tim SAR telah berhasil mengevakuasi Nurul Istikharah (15 tahun), salah satu korban gempa yang ditemukan selamat dari timbunan reruntuhan bangunan di Perumnas Balaroa. Nurul yang sempat terjepit reruntuhan dan bertahan hidup selama 3 hari 2 malam itu sebelumnya dikabarkan hilang bersama 90 orang lainnya.
Ia berhasil dievakuasi pada Minggu malam sekitar pukul 23.00. "Sudah evakuasi jam 11 malam tadi," ujar Novry Wullur, anggota Basarnas Kepada Tirto hari ini.
Ia mengatakan, Nurul berhasil dievakuasi setelah tim Basarnas dan Tentara Nasional Indonesia berjibaku mengangkat korban dari reruntuhan rumah bercampur lumpur selama 21 Jam. Nurul bertahan hidup dalam genangan air selama 3 hari dua malam.
Kini, Nurul masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara Kota Palu. Ia mengalami hipotermia setelah air dan bercampur lumpur dan reruntuhan bangunan menjepit tubuhnya selama lebih dari 48 jam.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto