tirto.id - Harga bawang putih di beberapa daerah sudah mencapai Rp70.000/kg, padahal biasanya bawang putih dijual dengan harga Rp25.000/kg. Lonjakan tersebut terjadi pada akhir Januari 2020 bertepatan saat merebaknya virus corona di Cina, sebagai salah satu wilayah pensuplai bawang putih.
Mengenai adanya indikasi kurangnya pasokan, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir membantah bila pemerintah tidak pernah membatasi impor bawang putih dari Cina.
"Perlu ditekankan isu ada impor volatile food. Khususnya holtikultura dari Cina dilarang [ke Indonesia] itu enggak benar. Tidak ada pelarangan impor atau ekspor ke Cina, kecuali untuk binatang hidup," kata Iskandar di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2020).
Sebagai informasi, Cina merupakan negara importir utama bawang putih ke Indonesia. Kuota impor yang biasa dikirim dari Cina mencapai 95 persen kebutuhan konsumsi dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 saja jumlah impor bawang putih mencapai 582.994 ton atau senilai 497 juta dolar AS setara Rp 7,1 triliun.
Klaim tak tutup keran impor juga dikatakan, Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan. Oke menjelaskan impor bawang putih tidak dilarang karena dianggap masih aman dari sistem penyebaran virus corona.
"Binatang hidup tidak termasuk produk ikan karena tidak dikategorikan sebagai carrier[pembawa]. Bawang putih tidak ada hubungannya," kata Oke.
Hingga saat ini, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) harga bawang putih di beberapa daerah sudah hampir mencapai Rp70.000/kg. Seperti di Provinsi DKI Jakarta, harga bawang putih mencapai Rp69.000/kg, Papua RP63.000/kg, Nusa Tenggara Timur Rp62.000/kg, Maluku Rp61.000/kg.
Mengenai harga tersebut Oke sudah memiliki rencana untuk pengendalian harga. Ia akan mengimbau pada importir untuk mengeluarkan stok yang ada.
"Saat ini harga bawang putih naik dan kita sudah lakukan pengendalian, di antaranya kita lakukan pengawasan importir. Kalau ada stok, segera dikirim ke distributor, segera disebar. Kita melakukan pengawasan, stok tersedia dan segera didistribusikan. Tentu mereka juga akan segera distribusi secara alami karena mereka perlu menyikapi ketersediaan untuk pasokan yang baru akan datang dan segera didistribusikan," pungkas Oke.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Bayu Septianto