tirto.id - Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada 2020 di beberapa daerah rendah. Pemenang Pilkada Surabaya, Depok, Tangerang Selatan, dan Medan bahkan total perolehan suaranya lebih sedikit ketimbang surat suara yang dinyatakan rusak ditambah tidak digunakan karena pemilih tidak datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Beberapa daerah yang disebut dikenal sebagai basis tradisional partai tertentu. Beberapa yang lain diisi calon yang dekat dengan elite politik.
Untuk menyederhanakan definisi, terlepas dari berbagai alasan mengapa orang tidak memilih--baik dengan datang ke TPS atau tidak--sebut saja mereka sebagai golongan putih (golput).
Data perolehan suara diambil dari situs Komisi Pemilihan Umum (KPU). Rekapitulasi yang dirilis telah mencapai 100 persen. Tahap selanjutnya tinggal penetapan.
Pilkada Kota Tangerang Selatan dimenangkan oleh Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan. Perolehan suaranya mencapai 235.656 atau setara 40,9 persen dari suara yang masuk. Muhammad-Rahayu Saraswati berada di posisi kedua (204.930/35,6 persen) dan posisi ketiga ditempati Siti Nur Azizah-Ruhamaben (135.122/23,5 persen).
Suara yang diperoleh pemenang lebih rendah dari pemilih golput. Totalnya mencapai 400.311 atau setara 41,01 persen dari daftar pemilih tetap (DPT).
Orang-orang yang ikut berkompetisi di daerah ini dekat dengan elite politik: Prabowo Subianto, Ratu Atut, dan Ma’ruf Amin.
Benyamin merupakan Wakil Wali Kota Tangerang Selatan yang mendampingi Airin Rachmy Diany, kerabat Ratu Atut, selama dua periode. Setelah karier Airin terhenti di level pemilihan kota, Benyamin maju bersama Pilar, yang tidak lain merupakan keponakan Airin. Rahayu Saraswati adalah keponakan dari Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Ia adalah putri Hashim Djojohadikusumo, salah satu taipan terkenal Indonesia. Lalu Siti Nur Azizah tak lain merupakan putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Lalu Medan. Di sini Bobby Nasution-Aulia Rachman menang dengan perolehan suara 393.533 (53,5 persen). Sementara lawannya, Akhyar Nasution-Salman Alfarisi, 342.480 (46,5 persen). Bobby-Aulia tak kuasa mengalahkan golput yang mencapai 864.988 atau setara 54,03 persen DPT.
Tak sekadar dekat dengan elite politik, orang yang dekat dengan Bobby tak lain adalah Presiden Joko Widodo. Dia adalah mertuanya.
Bobby merupakan pendatang baru, sebagaimana Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi yang juga maju Pilkada 2020 di Solo. Gibran mendapat suara 225.451 atau lebih dari 80 persen dibanding Bagyo Wahyono-FX Suparjo yang hanya bisa mengumpulkan 35.055. Kemenangan telak Gibran sudah diprediksi jauh-jauh hari. Lawannya cenderung tak dikenal oleh masyarakat Solo sendiri.
Meski menang telak dan suaranya lebih banyak dari golput, tapi secara kumulatif 46 persen DPT tidak memilih Gibran.
Sokongan politik untuk keduanya merata. Bobby disokong PDIP, Gerindra, PAN, PPP, PSI, Hanura, Golkar dan Nasdem. Akhyar Nasution, status petahana, hanya didukung Demokrat-PKS. Gibran juga didukung mayoritas partai.
Kemenangan Gibran dan Bobby membuat sejarah tersendiri bagi Jokowi. Dialah Presiden Indonesia pertama yang punya anak dan menantu wali kota.
Golput Berjaya di Basis Partai
Surabaya merupakan satu dari daerah yang dikenal sebagai basis tradisional PDIP. Kader partai banteng ini memenangkan pilkada tiga periode berturut-turut, dari Tri Rismaharini yang menjabat dua periode hingga Eri Cahyadi yang bakal memimpin lima tahun ke depan.
Kendati demikian, jumlah golput dua kali lipat dari perolehan suara Eri Cahyadi dan pasangannya Armuji. Eri-Armuji memperoleh 568.305 suara atau setara 27,2 persen DPT, sementara golput mencapai 52,41 persen.
Kondisi hampir sama terjadi di Kota Depok, salah satu basis PKS dalam dua dekade terakhir. Mohammad Idris-Imam Hartono sebagai pemenang memperoleh 33,73 persen dari DPT sejumlah 1.229.362. Sementara golput mencapai 36,74 persen.
Idris merupakan petahana. Dengan kemenangan ini ia akan menjalankan periode kedua. Durasi total Depok dipimpin kader PKS mencapai 20 tahun alias empat periode pilkada.
Meski golput berjaya berdasar hitungan di atas, pemerintah pusat berpendapat lain. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM, Mahfud MD menilai partisipasi pemilih secara umum bertambah.
"Dulu partisipasi kita Pilkada Serentak 2015 itu 69,02 persen, dikatakan kalau ada pilkada ini (di masa pandemi) akan turun jadi 50, paling banyak 55 persen, sekarang naik jadi 75,83 persen," kata Mahfud, Senin (14/12/2020).
Editor: Rio Apinino