tirto.id -
Direktur Operasional Kayan Hidro Energy (KHE), Kharony menjelaskan relokasi ini ditujukan agar warga sekitar terhindar dari banjir yang kerap terjadi akibat luapan sungai Kayan. Mereka dipindahkan ke permukiman yang terletak di dataran lebih tinggi.
"Relokasi, kenapa relokasi dua desa karena sebenarnya saat musim hujan air sungai Kayan meluap. Dua desa itu banjir hampir rutin tiap tahun. Jadi karena kejadian alam yang selalu berulang maka relokasi desa yang lebih tinggi," ucap Kharony dalam konferensi pers di JW Marriott pada Rabu (21/8/2019).
Kharony menyebutkan dalam prosesnya, PT KHE sudah berupaya agar masyarakat dapat difasilitasi dengan baik. Ia mencontohkan adanya kebebasan bagi masyarakat untuk memilih sendiri lokasi yang mereka inginkan sebagai tempat permukiman yang baru.
Soal pemindahan ini, Kharony mengaku prosesnya tidak terlalu rumit karena jumlah masyarakat yang dipindahkan relatif tidak terlalu besar. Hanya saja karena desanya luas maka kebutuhan tanah yang diperlukan cukup luas juga.
"Masyarakat yang tentukan, kenapa di daerah itu, karena ada story dari nenek moyang. Itu masyarakat yang minta dan kami hanya fasilitasi," ucap Kharony.
Soal tanah yang akan digunakan untuk PLTA, Kharony menyebutkan jumlahnya mencapai hampir 26 ribu hektar untuk total 5 tahap pembangunan yang dilakukan. Kharony juga menjelaskan kalau tanah yang mereka sediakan sudah disesuaikan dengan Tata Ruang Kabupaten Bulungan dan Provinsi Kalimantan Utara.
"Udah siap bangun, tanah udah selesai, nanti kita di sana kebutuhan lahannya sangat luas, karena ada genangan dan sebagainya, pada prinsipnya tanah udah ga ada masalah, tinggal bangun," ucap Kharony.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri