Menuju konten utama

Para Pejuang Arsip Digital

Internet Archive kini menyimpan 10 petabita data digital berdomain publik, termasuk tiga juta e-book yang bisa diakses oleh semua orang secara gratis. Sayang, perjuangan itu terancam oleh akan naiknya Trump sebagai presiden baru AS.

Para Pejuang Arsip Digital
Situs perpustakaan digital nirlaba www.archive.org. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Donald Trump tak akan disumpah sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat hingga Januari 2017 mendatang. Namun sikapnya yang ambigu atas isu kebebasan berbicara dan berekspresi telah membuat sebagian kalangan ketar-ketir. Salah satunya Internet Archive. Organisasi nirlaba yang dikenal sebagai salah satu perpustakaan digital terbesar di dunia itu sedang berencana untuk membangun kantor arsip cadangan di Kanada—jauh dari wilayah kekuasaan AS.

Brewster Kahle, sang pendiri Internet Archive, Selasa lalu menulis itu di blognya dengan berpegang pada satu kekhawatiran penting: larangan atas keleluasaan mengakses data publik dalam format digital, sebagaimana yang diperjuangkan organisasinya selama ini.

“Pada tanggal 9 November 2016 (sehari usai Pemilu AS), kita tersadar bahwa pemerintahan yang baru berpeluang untuk membuat sejumlah perubahan radikal di masa depan. Potensi tersebut adalah pengingat yang tegas bagi institusi seperti kita, yang dirancang agar bisa bertahan dalam jangka panjang, untuk memikirkan perubahan ke depannya,” ungkap Kahle sebagaimana dikutip Bussines Insider.

Kahle kemudian menyadur kembali tujuan mulia di balik pendirian Internet Archive, “Bagi kami, (rencana) ini adalah upaya untuk menjaga kekayaan budaya yang kita simpan agar tetap aman dan bisa terus-menerus diakses untuk semua. Langkah ini adalah upaya pencegahan atas pembatasan-pembatasan yang lebih besar”.

Kahle sadar jika Trump memiliki potensi untuk itu. Dalam sebuah pernyataan yang dicatat sejumlah media, kader Partai Republikan itu pernah menyampaikan keinginannya untuk “menggugat kembali” aturan-aturan liberal saat ia duduk di kursi pemerintahan nanti. Tujuannya sederhana: agar para jurnalis tak menulis hal-hal negatif tentang dirinya. Tipikal seorang konservatif ekstrem saat berhasil menggenggam kekuasaan di sebuah negara, yakni dengan membatasi kanal media-media yang kritis.

Sejak didirikan 20 tahun silam, Internet Archive bersandar pada nilai mulia yang berseberangan dengan pandangan tersebut. Sebagaimana dikutip dari laman resminya, slogan Internet Archive ialah “akses universal untuk semua pengetahuan”.

Organisasi yang berkantor di Distrik Richmond, San Fransisco itu merepresentasikan dirinya sebagai perpustakaan raksasa yang menyimpan apa saja: koleksi bahan digital yang meliputi situsweb, musik, film, dan hampir tiga juta buku dengan domain publik. Artinya, semua itu bisa diunduh oleh siapa saja, dan tentu saja, gratis.

Internet Archive memberlakukan sistem berbagi antar sesama penggunanya. Hal ini memungkinkan siapa saja bisa mengunggah datanya untuk diarsipkan di kluster data. Sebagian besar dikumpulkan secara otomatis oleh “web crawler” alias mesin pengumpul situs publik. Anda mencari situs yang telah kadaluarsa? Pergilah ke Internet Archive. Di sana tak kenal istilah “hak untuk dilupakan”, sebab situs-situs lawas telah banyak yang disimpan agar terus lestari dan diakses kontennya.

Mesin pengarsipan Internet Archive yang dinamai Wayback Machine telah menyimpan lebih dari 150 miliar situs web. Butuh e-book langka? Wayback Machine siap membantu Anda. Dibanding situs-situs lain, Internet Archive diklaim memiliki pasokan literasi terbesar. Saking besarnya, sejumlah institusi raksasa seperti Google memutuskan untuk bekerja sama untuk menambah koleksinya. Sebagai imbalan, Google menyumbang koleksi e-book Internet Archive sebanyak 907.760 buah. Sumbangan terbanyak diantara perusahaan lain seperti Yahoo atau Microsoft.

Internet Archive juga bekerja sama dengan banyak universitas dan perpustakaan nasional terkemuka seperti Universitas Harvard, Universitas North Carolina, Perpustakaan Nasional Skotlandia, Perpustakaan Museum Natural History Inggris, dan lain sebagainya. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah Universitas Toronto yang mencapai 139.446 e-book. Ini adalah faktor pendukung lain mengapa Kahle ingin memindahkan koleksinya ke Kanada.

Kendala Hak Cipta?

Dengan platformnya yang sedemikian bebas, apakah Internet Archives berpeluang terjerat kendala atas hak cipta? Sebagaimana tertuang di laman resminya, Internet Archive menghormati hak-hak atas kekayaan intelektual dan hak kepemilikan lainnya dari pihak-pihak yang bersangkutan. Dengan demikian mereka juga berhak untuk menyaring data-data yang terunggah, apakah memiliki masalah hak cipta atau tidak.

Mereka juga menyertakan keterangan bahwa jika ada pihak-pihak yang merasa bahwa hak ciptanya telah dilanggar oleh bahan-bahan yang diunggah melalui Internet Archive, maka mereka siap untuk menelusuri serta menyelesaikan masalahnya secara legal.

Setiap pengunggah mesti meminta izin pada pemilik hak cipta dari bahan yang akan dibagikan. Mereka juga diminya untuk berbagi karya dari hasil sumbangan untuk khalayak luas atau dibeli melalui dana yang dierima dari para donor. Satu hal yang pasti, Internet Archive juga menjadi tuan atas banyak karya yang sifatnya domain publik, sehingga tak perlu izin khusus untuk diunggah atau dibagikan.

INFOGRAFIK Pustaka Gratis Untuk Semua

Internet Archive serupa dengan institusi digital lain yang berpegang teguh pada konsep kebebasan arus informasi. Meski belum seradikal WikiLeaks, Kahle dan kawan-kawan sesekali harus berhadapan dengan kasus pembocoran informasi yang sifatnya privat dan berhubungan dengan keamanan negara. Sejumlah institusi keamanan AS mengawasi Internet Archive secara diam-diam.

Pada Mei 2008 misalnya, Internet Archive menantang Biro Investigasi Federal (FBI) yang meminta nama, alamat, dan kegiatan online sejumlah pengguna Internet Archive untuk sebuah investigasi rahasia. Instruksi itu tertuang dalam sebuah surat yang sifatnya juga rahasia.

Kahle dan kawan-kawan tentu menentangnya sebab kerahasiaan si pengguna adalah jaminan yang tak bisa ditawar-tawar. Anonimitas itu berguna agar orang-orang berani mengunggah segala macam data ke Internet Archive tanpa perlu takut diciduk aparat berwenang di keesokan harinya. Apalagi jika informasi yang dibagikan benar-benar berkaitan dengan kepentingan publik.

Kondisi tersebut Kahle khawatirkan benar-benar terjadi selama Trump berkuasa untuk 4 tahun ke depannya. Sebagaimana dikutip Bussines Insider, ia membayangkan sistem sensor AS lambat laun mengetat dan membuat kerja-kerja organisasinya terhambat. Membangun sumber data cadangan di Kanada memang memerlukan biaya yang ditaksir “jutaan dolar” dan ia perlu meminta sumbangan lebih banyak dari para donatur. Namun ia menganggap langkah tersebut setara dengan pentingnya masa depan Internet Archive.

Seperti tertuang dalam FAQ situsnya, Internet Archive berjuang sebagaimana sebagian besar masyarakat menempatkan pentingnya pelestarian artefak dan warisan budaya mereka. Tanpa artefak, peradaban di masa depan tak memiliki memori atau mekanisme untuk belajar dari kesuksesan maupun kegagalan di masa lampau.

Intinya, Kahle ingin Internet Archive bisa menjadi rujukan atas artefak dalam versi digital yang di abad 21 ini berhasil membentuk wajah masyarakat modern. Isinya sama, namun dalam wadah yang berbeda. Misi pengarsipan Kahle dan kawan-kawan juga tak eksklusif atau hanya ditujukan untuk para peneliti, sejarawan, atau akademisi saja.

“Tapi untuk semua orang,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait ARSIP atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Teknologi
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani