tirto.id - Umumnya, tulisan tangan para dokter di seluruh dunia sulit dibaca, terutama oleh orang awam. Namun, sebuah pengadilan di Bangladesh baru-baru ini mengeluarkan keputusan yang melarang gaya tulisan semacam itu. Tujuannya, agar para pasien bisa membaca resep lebih jelas dan tidak mengambil obat yang salah.
“Para dokter sekarang harus mengetik resep mereka atau menulisnya dengan huruf kapital lebih tebal,” kata Wakil Jaksa Agung Mokhlesur Rahman setelah pengadilan mengeluarkan putusannya, Senin malam (9/1/2017) waktu setempat.
Pengadilan tersebut memerintahkan Menteri Kesehatan mengedarkan putusan tersebut ke seluruh dokter negara. Kementerian juga diminta melaporkan perkembangan situasi itu dalam waktu enam pekan, demikian informasi yang dihimpun dari Antara, Rabu (11/1/2017).
Pengadilan di Bangladesh tersebut juga mengatakan bahwa para dokter harus menggunakan nama generik obat, bukan merek obat tertentu.
"Banyak pasien dan bahkan beberapa apoteker tidak bisa membaca apa yang para dokter tulis di resep mereka," kata pengacara Manzil Morshed, yang mengajukan gugatan untuk kepentingan umum itu.
Karena tulisan itu, Morshed menambahkan, pasien sering mengambil obat yang salah. Itu membuat mereka mengeluarkan uang lebih banyak untuk hal sia-sia dan kadang bisa membahayakan kesehatan
Putusan pengadilan itu mendapat pujian di media sosial, meski beberapa dokter meminta pemerintah untuk sedikit melakukan tugasnya dengan memperkenalkan sistem komputerisasi peresepan.
"Kenapa menyalahkan kami ketika Anda tidak bisa menerapkan sistem peresepan komputerisasi?" tulis netizen dengan nama akun Farhan Kabir di Facebook.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari