tirto.id - Situasi pandemi membuat pergerakan jadi terbatas dan mengubah cara manusia berperilaku. Sebagaian orang pun jadi lebih banyak beraktivitas di rumah. Di sisi lain, situasi ini membikin orang-orang punya lebih banyak waktu melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak jadi prioritas. Ada yang memilih berkebun, menjajal resep-resep anyar, nonton drama korea, atau melakukan seks.
Ya, pandemi membuat aktivitas seksual manusia meningkat. Penelitian Bahar Yuksel dan Faruk Ozgor di Turki yang terbit dalam International Journal of Gynecology & Obstetrics mengungkap, frekuensi pasangan berhubungan seksual meningkat signifikan selama pandemi. Sebelum pandemi, pasangan melakukan hubungan seks rata-rata 1,9 kali seminggu. Frekuensi aktivitas seksual itu naik jadi 2,4 kali seminggu saat pandemi.
Bertolak belakang dengan frekuensi hubungan seks yang meningkat, tingkat penggunaan kontrasepsi justru menurun drastis selama pandemi—dari 41,3 persen menjadi 17,2 persen.
Fenomena itu nyatanya takhanya menjadi kekhususan di Turki, tapi terjadi secara global. United Nations Population Fund (UNFPA) memperkirakan akan ada 47 juta perempuan dari 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak dapat mengakses kontrasepsi modern dalam jangka enam bulan karantina wilayah.
Dari jumlah tersebut diperkirakan ada sekitar tujuh juta kehamilan tidak direncanakan (KTD) akan terjadi. Setiap tiga bulan berikutnya, jumlah perempuan yang tidak dapat mengakses kontrasepsi modern bertambah sebanyak dua juta jiwa. Jadi, jangan heran jika kemudian terjadi fenomena ledakan kehamilan saat pandemi.
Indonesia pun tak terlepas dari fenomena itu. Sebagai tengara, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah mencatat kenaikan jumlah penduduk dalam beberapa bulan sejak kasus COVID-19 ditemukan di Indonesia.
CNN Indonesia melaporkan, jumlah penduduk Indonesia yang tercatat pada semester II 2020 kemarin mencapai 271.349.889 jiwa. Angka itu didapat dari pengintegrasian data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data administrasi kependudukan dari Kemendagri.
Seturut perhitungan Kemendagri, jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2020 mencapai 268.583.016 jiwa. Artinya, terjadi peningkatan jumlah penduduk sekira 2.766.873 jiwa dalam enam bulan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut, partisipasi KB di Indonesia pada periode Februari-Maret 2020 menurun 35-47 persen. Pada Januari-April 2019, layanan KB tercatat 13 juta. Jumlah itu penurun menjadi 12 juta pada periode yang sama di 2020.
“Di awal pandemi, memang yang datang kebanyakan hamil karena belum sempat KB. Pengguna kontrasepsi di poli saya turun sampai 50 persen,” ujar Dinda Derdameisya, dokter kebidanan dan kandungan di Brawijaya Women and Children Hospital, menceritakan pengalaman praktiknya.
Secara rinci pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) turun dari 36 ribu menjadi 23 ribu. Kemudian, KB implan turun dari 81 ribu menjadi 51 ribu, KB suntik dari 524,9 ribu menjadi 341 ribu. KB pil turun menjadi 146 ribu dari awalnya 251,6 ribu, sementara tubektomi dari 13,5 ribu menjadi hanya delapan ribu pengguna saja.
Penggunaan kontrasepsi pria juga menurun. Pengguna kondom, misalnya, turun menjadi 19,5 ribu dari semula 31,5 ribu. Terakhir, vasektomi berkurang menjadi seribu pengguna dari sebelumnya sekitar 2,2 ribu.
“Ini bisa berimbas pada peningkatan jumlah kehamilan tidak direncanakan sebesar 15-20 persen pada 2021,” ungkap Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar bersama DKT Indonesia beberapa waktu lalu. Angka tersebut jika dikalkulasi bisa mencapai 420 ribu peningkatan kehamilan.
Memilih Kontrasepsi Selama Pandemi
Layanan kontrasepsi di berbagai negara memang mengalami penurunan selama pagebluk COVID-19 karena beragam pembatasan. Masyarakat juga sulit dan merasa takut berpergian hanya untuk mendapat kontrasepsi sehingga akhirnya memilih menunda layanan.
DKT Indonesia, organisasi nirlaba yang mempromosikan keluarga berencana dan pencegahan HIV, mengemukakan bahwa capaian Couple Years of Protection (CYP) pada periode Maret-Mei 2020 terhadap data permintaan kontrasepsi menurun sekitar 35 persen.
Padahal, kehamilan tidak direncanakan dapat menimbulkan masalah kesehatan bercabang, seperti meningkatkan risiko kematian maternal. Terlebih, angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Dalam sehari, setidaknya ada empat ibu meninggal saat melahirkan.
Kematian maternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang) dan jarak antarkehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun). Idealnya, kehamilan berjarak lima tahun supaya orang tua fokus memberi kasih sayang, pendidikan, dan pemenuhan gizi anak.
“Ketika akses terhadap pelayanan KB di klinik terbatas, penggunaan kondom atau pil KB jadi salah satu alternatif,” kata Rony Syamson dari DKT Indonesia memberi saran.
Kedua alat kontrasepsi tersebut mudah diakses karena dijual bebas di pasaran. Tapi, penggunaan kondom kurang diminati karena sebagian orang menganggapnya sebagai “pengganggu”.
Jika demikian, pilihan kontrasepsi bisa dialihkan ke oral alias pil KB. Kontrasepsi berbentuk pil ini dikonsumsi sehari sekali pada jam yang sama setiap hari. Sebagian besar pil KB bekerja dengan melepaskan hormon untuk menebalkan dinding rahim dan menghalangi sperma sampai ke sel telur.
Rony yang juga seorang apoteker ini menjelaskan, komposisi pil KB kiwari sudah bervariasi. Ia takhanya mengandung hormon estrogen dan progesteron saja seperti, tapi dimodifikasi sesuai kebutuhan perempuan. Pil KB Andalan FE, misalnya, mengandung zat besi untuk perempuan dengan riwayat anemia.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebut, satu dari tiga ibu di Indonesia terkena anemia dan 60 persen di antaranya akibat kekurangan zat besi. Kemudian, agar produktivitas ASI tidak terganggu, ibu menyusui bisa memilih jenis Pil KB Andalan Laktasi.
Takada alasan pil KB mengobrak-abrik tatanan hormon tubuh, membikin jerawat, atau kegemukan. Jenis pil KB Elzsa, misalnya, justru menjaga kesehatan kulit, mengurangi jerawat dan flek, tidak mengganggu berat badan, serta menata siklus menstruasi.
“Andalan Postpil bisa digunakan bila lupa memakai kontrasepsi, lupa suntik KB, atau lupa meminum Pil KB,” lanjut Rony.
Konsumsi postpil paling lambat lima hari setelah berhubungan seks dapat mencegah kehamilan. Namun, jenis kontrasepsi ini takboleh untuk penggunaan rutin dan jangka panjang.
“Pil KB mencegah kehamilan secara efektif hingga 99 persen apabila digunakan secara benar dan teratur,” tandas Rony.
Kontrasepsi Bagi si Lajang
Kontrasepsi sebagai alat pencegah kehamilan ternyata bisa juga digunakan sebagai terapi. Sebab itu, penggunaan kontrasepsi tak terbatas pada orang-orang yang sudah memiliki pasangan saja, tapi juga si lajang.
Bagi perempuan, periode menstruasi bisa jadi masa yang paling menyengsarakan setiap bulan. Rasa sakit menjalari punggung hingga kaki, mual, muntah, pusing, nyeri perut, hingga pingsan dirasakan akibat perubahan hormon yang tak seimbang. Menurut studi Ashley R. Brant dkk. (2017), kontrasepsi hormonal seperti pil KB bisa jadi solusi atas masalah ini.
“Pil KB berisi hormon sintetis yang bisa meregulasi hormon alami dalam tubuh menjadi lebih bagus sehingga nyeri mereda,” kata dokter Dinda memberi penjelasan kepada Tirto. Ringkasnya, kontrasepsi ini menyeimbangkan kondisi hormon di tubuh.
Ketika hormon seimbang, keluhan seperti gangguan suasana hati, jerawat, dan flek saat menstruasi juga berkurang. Bahkan, studi Lisa Iversen dalam British Medical Journal (2018) menyatakan, pil KB kombinasi (estrogen dan progesteron) dapat mengurangi risiko kanker ovarium sebesar 21 persen.
Pembaca juga takperlu khawatir terhadap mitos soal infertilitas akibat konsumsi pil KB. Berkurangnya darah menstruasi saat masa konsumsi pil KB bukan disebabkan rahim kering, melainkan perubahan ketebalan dinding rahim dari efek hormon progesteron. Kesuburan akan segera kembali dalam hitungan hari sampai minggu setelah berhenti mengonsumsi pil KB. Apalagi pil KB pasaran memiliki kandungan hormonal rendah sehingga tidak akan mengganggu kesehatan perempuan.
Sebagai pihak yang paling sering terkena dampak negatif dari buruknya perencanaan kehamilan, perempuan harus berdaya. KB hadir sebagai solusi bagi perempuan memahami hak seksualitas dan kesehatan reproduksi mereka. Jadi, jangan takut berkontrasepsi selama pandemi.
Editor: Fadrik Aziz Firdausi