tirto.id - Partai Amanat Nasional (PAN) mempertimbangkan mengusung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 mendatang. Selain Risma, PAN juga melirik Bupati Bojonegoro Suyoto dan Yusril Ihza Mahendra.
Keinginan tersebut diungkapkan Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, di Surabaya, Kamis (12/5/2016) malam. Bahkan, setelah berbicara dalam Dialog Empat Pilar Kebangsaan di Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Zulkifli yang juga menjabat sebagai Ketua MPR RI itu memuji Surabaya di tangan Risma seperti kota di luar negeri.
“Di Jakarta, saya membicarakan Bu Risma sampai batuk, jadi teman-teman selalu menebak kalau saya batuk, tentu sehabis membicarakan Bu Risma,” ujarnya.
Zulkifli menambahkan, "Kami akan menjaring tiga nama untuk DKI-1, termasuk Bu Risma. Nama lainnya adalah Suyoto (kader PAN yang juga Bupati Bojonegoro) dan Yusril Ihza Mahendra (mantan MenkumHAM).”
Menurut Zulkifli, sebulan ke depan, hasil penjaringan terhadap ketiga nama tersebut akan diumumkan. "Yang jelas, PAN mencari sosok pemimpin yang mampu menjalankan Pancasila sebagai landasan kepemimpinan,” kata dia.
Pria kelahiran 17 Mei 1962 ini mengatakan, UUD 1945 itu memungkinkan siapapun bisa menjadi pemimpin dimanapun. “Presiden Jokowi adalah buktinya, dia lahir di Surakarta, pengusaha mebel, lalu menjadi Wali Kota Solo dan akhirnya Gubernur DKI Jakarta. Sekarang malah menjadi Presiden,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan itu menegaskan bahwa pentingnya keteladanan dan pendekatan kemanusiaan dalam kepemimpinan.
“Saya menemukan orang tua kena stroke, dibuang di depan Puskesmas, kita rawat di Lingkungan Pondok Sosial Keputih, namun setelah sembuh justru menolak dipulangkan, karena memang sudah tidak dikehendaki keluarganya,” ujarnya.
Risma mengatakan, 97 persen orang dengan masalah sosial yang dirawat di Keputih bukan penduduk Surabaya. “Saya nggak mungkin menolak. Jumlahnya tidak sedikit, 3.000-an orang. Kalau ditolak justru akan banyak gelandangan di sini,” ujarnya.
Lain halnya ketika menghadapi suporter "bonek" yang bermusuhan dengan suporter lain. "Saya sampai lari-lari karena dua kali kena tembakan gas air mata dari polisi. Meski saya berteriak kalau saya wali kota, tetap saja ada tembakan, maka saya lari," katanya.
Namun, dirinya akhirnya mengerahkan beberapa kendaraan untuk memulangkan para suporter itu agar tidak bentrok di jalanan. "Saya sempat menegur mereka, kenapa memusuhi bangsa sendiri," katanya.
Ia mengakui hal itu menjadi "PR" (pekerjaan rumah) bagi siapapun yang memimpin Surabaya. "Tapi, saya kira akan selalu dibutuhkan keteladanan dari pemimpin dan pendekatan manusiawi untuk mereka," katanya.
Dalam dialog itu, Risma sempat mengajak dua orang "anak asuh" yakni Noviana dan Febrian. "Noviana itu anak tukang becak, lalu saya motivasi bahwa dia punya potensi, terbukti dia sekarang memiliki dua medali emas. Sekarang dia masuk FH, dia baru masuk tahun lalu (2015). Artinya, potensi itu ada dan perlu motivasi," katanya.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz