Menuju konten utama
Periksa Data

Pada 2014, Tren Elektabilitas Jokowi Turun Meski Menang pada Hari-H

Elektabilitas Prabowo pada 2014 naik, tapi tak melewati angka Jokowi.

Pada 2014, Tren Elektabilitas Jokowi Turun Meski Menang pada Hari-H
Ilustrasi Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019. tirto.id/Nadya

tirto.id - Menjelang pemilihan presiden 2019, segala hal terkait kandidat calon presiden kian ramai diberitakan dan diperbincangkan. Sejumlah lembaga survei pun merilis angka elektabilitas masing-masing kandidat.

Tim riset Tirto menghimpun angka elektabilitas sebelum Pemilu 2014 dan 2019 dari beberapa lembaga survei untuk melihat tren elektabilitas pasangan calon presiden sebelum dilaksanakannya pemilu.

Hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada 24 September hingga 5 Oktober 2018 menyimpulkan elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin mencapai 52,6 persen atau 19,9 persen lebih unggul dari pasangan Prabowo-Sandiaga yang elektabilitasnya 32,7 persen.

Survei lain dari lembaga Indikator Politik Indonesia misalnya, menunjukkan elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin adalah 54,9 persen. Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 34,8 persen. Meskipun terdapat selisih 20,10 persen, elektabilitas pasangan nomor urut 1 ini belum bisa dikatakan aman. Nilainya hanya meningkat 1,9 persen dari elektabilitas pada bulan Oktober.

Survei yang diselenggarakan Indikator ini dilakukan pada 16-26 Desember 2018 melibatkan 1.220 responden di seluruh wilayah Indonesia dengan margin of error rata-rata plus minus 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen [tautan ke berkas pdf].

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019

Pada Pilpres 2014, tidak ada petahana yang maju. Prabowo relatif lebih kuat karena pernah mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada 2009. Namun, sosok Jokowi yang baru muncul serta memiliki reputasi baik sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta mampu mengalahkan Prabowo.

Menurut data hasil survei SMRC, elektabilitas Jokowi-JK pada Maret 2014 sebesar 57,7 persen, unggul 34,6 persen dari pasangan Prabowo-Hatta yang elektabilitasnya hanya sebesar 23,10 persen.

Kemudian, pada April 2014, elektabilitasnya turun menjadi 50,80 persen. Angkanya terus menurun hingga mencapai 47,60 persen pada peiode 30 Juni-3 Juli 2014. Sebaliknya, elektabilitas Prabowo-Hatta terus meningkat hingga satu bulan sebelum hari pemilihan presiden. Meski trennya menurun, elektabilitas Jokowi-JK tidak pernah berada di bawah Prabowo-Hatta.

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019

Turunnya elektabilitas Jokowi-JK diduga akibat dari kampanye hitam yang turut memengaruhi persepsi publik saat itu. Selisih elektabilitas keduanya sempat berada di angka 1,60 persen yaitu pada periode 16-19 Juni 2014. Pada periode tersebut, beredar tabloid Obor Rakyat yang isinya merupakan disinformasi tentang pasangan Jokowi-JK. Kabarnya, tabloid ini akan kembali beredar.

Di lain sisi, meningkatnya elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta, menurut hasil survei Institut Survei Indonesia (ISI) yang dilakukan pada 15-21 Juni 2014, adalah penampilan Prabowo dalam debat kandidat.

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo

Infografik Periksa Data Tren Elektabilitas Jokowi vs Prabowo di Pemilu 2014 dan 2019

Kami juga mengumpulkan beberapa referensi hasil survei elektabilitas lainnya. Selama tiga bulan menjelang pemilihan Presiden, elektabilitas pasangan Jokowi-JK memang menunjukkan tren yang menurun. Pada hasil survei Indikator periode 20-26 April 2014, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 51,00 persen. Dalam survei Poltracking periode 26 Mei-3 Juni 2014 angka elektabilitas Jokowi 48,50 persen.

Sementara itu, pasangan Prabowo-Hatta, elektabilitasnya terus mengalami peningkatan meski tidak pernah melebihi elektabilitas lawannya.

Jika melihat dari tren elektabilitas pemilu 2014, calon yang memiliki elektabilitas unggul cenderung terus unggul meskipun jika dilihat dari tren mengalami penurunan. Apakah hal ini akan terulang pada ajang pemilihan presiden kali ini?

Perlu diperhatikan pelaksanaan pemilu 2014 didahului oleh Pileg, sehingga dukungan partai dan mesin politik tidak terpecah. Sementara itu, tahun ini, pemilu akan diadakan serentak. Untuk pertama kalinya di Indonesia, presiden, wakil presiden, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, akan dipilih pada hari yang sama.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Desi Purnamasari

tirto.id - Politik
Penulis: Desi Purnamasari
Editor: Maulida Sri Handayani