Menuju konten utama

Otoritas AS Investigasi Twitter Terkait Dugaan Pelanggaran Privasi

Komisi Perdagangan Federal (FTC) menginvestigasi Twitter terkait dugaan pelanggaran privasi. 

Otoritas AS Investigasi Twitter Terkait Dugaan Pelanggaran Privasi
Layanan streaming berita Twitter. iStock/Getty Images

tirto.id - Twitter sedang diselidiki oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC) terkait dugaan pelanggaran privasi.

FTC sedang menyelidiki perusahaan media sosial tersebut karena diduga menggunakan nomor telepon yang diunggah demi tujuan keamanan untuk menargetkan orang-orang demi kepentingan pengiklanan.

Perusahaan menyebut, penyelidikan ini dapat menyebabkan "kemungkinan kerugian" dari 150 juta dolar AS menjadi 250 juta dolar AS.

"Masalahnya masih belum terselesaikan, dan tidak ada jaminan mengenai waktu atau ketentuan dari hasil akhir," kata Twitter.

Sebagaimana dilansir dari Al-Jazeera, kesepakatan Twitter dengan FTC pada 2011 telah berhasil melindung perusahaan dari "konsumen yang menyesatkan tentang sejauh mana ia melindungi keamanan, privasi, dan kerahasiaan informasi konsumen non-publik" selama 20 tahun.

Perjanjian tersebut, muncul dari peretasan sejumlah platform media sosial pada yang memungkinkan penyusup untuk mengirim pesan palsu dari akun apa pun.

Di bawah kesepakatan dengan FTC tersebut, Twitter juga harus menghormati pilihan privasi pengguna dan menghadapi denda sebesar 16.000 dolar AS per pelanggaran di kemudian hari.

FTC sendiri telah mendenda platform teknologi besar dalam beberapa tahun terakhir karena kasus penyimpangan data, termasuk rekor denda 5 miliar dolar AS terhadap Facebook baru-baru ini, demikian dilaporkan Bloomberg.

Twitter mengonfirmasi pada 2019, bahwa mereka menggunakan nomor telepon yang disediakan kepada perusahaan yang harusnya demi tujuan keamanan untuk untuk menargetkan para pengguna dengan iklan.

Pada saat itu, Twitter mengatakan angka-angka itu digunakan "secara tidak sengaja," dan menambahkan bahwa tidak tahu berapa banyak orang yang terpengaruh.

Laporan saat ini, menuduh perusahaan melanggar ketentuan perjanjian dengan menyalahgunakan nomor telepon atau email "selama periode antara 2013 dan 2019,".

Diwartakan Al-Jazeera, tidak diketahui apakah Twitter akan menghadapi penyelidikan serupa untuk insiden peretasan tokoh-tokoh tersoohor bulan lalu.

Seperti dilaporkan sebelumnya, peretas berhasil “mengacaukan” media sosial Twitter pada Rabu (15/6/2020) bulan lalu dengan cara mengambil alih akun para politikus ternama dan tokoh-tokoh terkenal seperti Barrack Obama, Joe Biden, hingga Mike Bloomberg.

Baca juga artikel terkait PELANGGARAN PRIVASI atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo