tirto.id - COVID-19 merupakan jenis virus baru yang disebabkan oleh SARS-COV-2. Penyakit yang termasuk ke dalam keluarga besar coronavirus ini telah memicu pandemi di berbagai penjuru dunia dan bisa menyerang siapa saja. Lantas, apakah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih rentan terinfeksi COVID-19?
Masa pandemi corona seperti sekarang ini memang berisiko tinggi terhadap ODHA. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dari Kementerian Kesehatan RI, Wiendra Waworuntu, mengungkapkan dampak yang paling terasa adalah pengobatan terhadap para penderita HIV/AIDS.
Dijelaskan oleh Wiendra Waworuntu dalam situs resmi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, pandemi corona yang melanda dunia sempat mengganggu aktivitas pengobatan untuk ODHA di Indonesia terkait dengan distribusi dan ketersediaan obat antiretroviral atau ARV.
ARV adalah jenis obat untuk memperlambat perkembangan virus HIV. ARV bekerja dengan cara menghilangkan unsur yang diperlukan oleh virus HIV untuk menggandakan diri dan juga mencegah virus HIV menghancurkan sel darah putih yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyediakan obat ARV secara gratis bagi ODHA. Meskipun sempat tersendat pada awal-awal pandemi lantaran lockdown yang diberlakukan di negara penyedia obat tersebut, namun kini pendistribusian ARV di Indonesia sudah relatif lancar.
ODHA & Pandemi COVID-19
ODHA yang menjalani terapi ARV harus mengonsumsi obat tersebut setiap hari. Jika tidak, tubuhnya bisa saja mengalami resisten dan memerlukan pembiasaan lagi pada jenis ARV lain. Bahkan, ARV bisa tidak berfungsi dalam beberapa kasus tertentu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), situasi pandemi COVID-19 ini cukup rentan bagi ODHA yang belum mencapai supresi virus melalui pengobatan ARV. Hal ini disebabkan karena sistem imun ODHA yang belum pulih.
Penting untuk dipastikan agar ODHA yang belum mendapatkan pengobatan ARV agar segera memulainya. Bagi orang yang merasa berisiko disarankan untuk memeriksakan diri agar perkembangan penyakit terkait HIV/ADIS dapat dikendalikan dan mengurangi komplikasi dari penyakit lainnya dalam situasi pandemi COVID-19.
Pesan UNAIDS
Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) melalui website resminya menyatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit serius dan semua orang yang hidup dengan HIV/AIDS harus mengambil tindakan pencegahan yang direkomendasikan untuk meminimalkan potensi terinfeksi virus baru ini.
“Seperti pada populasi umum, orang lanjut usia atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS dengan masalah jantung atau paru-paru mungkin berisiko lebih tinggi terinfeksi virus [COVID-19] dan menderita gejala yang lebih serius,” tulis UNAIDS.
“Semua orang yang hidup dengan HIV harus menghubungi penyedia layanan kesehatan mereka untuk memastikan bahwa mereka memiliki persediaan obat esensial yang memadai,” tambah gerakan global yang dinaungi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini.
Sama seperti setiap orang pada masa pandemi seperti sekarang ini, ODHA harus melakukan tindakan yang disarankan untuk pencegahan sekaligus memutus rantai penularan COVID-19, yaitu:
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau dengan antiseptik berbahan dasar alkohol.
- Memakai masker dengan baik dan benar.
- Menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
- Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
- Terapkan kebersihan pernapasan dengan baik
- Tetap di rumah jika Anda merasa tidak enak badan.
- Jika mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis dan ikuti arahan dari otoritas kesehatan setempat.
__________________________
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Editor: Agung DH