tirto.id - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti mengaku pemerintah telah siap mengadakan operasi pasar untuk menghadapi kelangkaan beras medium.
Tjahya mengatakan surat penugasan bagi Perum Bulog sudah disiapkan. Tapi, pelaksanaan operasi pasar itu masih perlu menunggu putusan dan arahan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Operasi pasar ini merupakan tindak lanjut dari fenomena berkurangnya stok persediaan beras medium di pasaran.
“Padahal stoknya ada kok. Kalau nggak ada, dia (Perum Bulog) kan nggak mau. Dalam rapat, dia juga bilang oke,” ungkap Tjahya di Museum Nasional, Jakarta pada Rabu (4/10/2017).
Kendati demikian, Tjahya mengaku tidak hafal secara rinci jumlah stok beras yang dimiliki Perum Bulog saat ini.
Tjahya juga mengaku sudah menghubungi PT Food Station Tjipinang Jaya guna membantu memecahkan masalah berkurangnya stok beras medium. Akan tetapi, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo beralasan fokus mereka hanya kepada penyediaan beras premium.
“Kemarin beberapa ritel modern minta ke saya beras medium. Saya minta ke Pak Arief. Dia bilang, ‘Saya fokusnya nggak di (beras) medium, tapi di premium’,” kata Tjahya.
Meskipun demikian, saat disinggung mengenai strategi yang telah disiapkan pemerintah untuk mengatasi minimnya stok beras medium, Tjahya belum bisa berbicara banyak. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian sendiri pada hari ini sedang turun ke lapangan untuk mengecek ketersediaan beras medium.
“Kalau benar beras medium nggak ada, kami akan melakukan operasi pasar. Lihat dulu hasil dari pengecekan hari ini,” ujar Tjahya lagi.
Sementara itu, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo mengaku siap apabila digelar operasi pasar. Arief mengklaim stok beras secara keseluruhan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dalam kondisi aman, yakni sebesar 53 ribu ton.
“Kami mau kasih tahu bahwa Cipinang itu sangat transparan. Artinya, harganya berapa, stoknya berapa, itu ada. Stok 53 ribu ton itu tidak sedikit,” ujar Arief.
Sayangnya, Arief tidak bisa memastikan komposisi jumlah untuk beras medium dan premium tersebut. Arief hanya menyebutkan bahwa secara persentase jumlah beras premium lebih besar, yakni sekitar 60-70 persen.
“Karena ada HET (harga eceran tertinggi), orang cenderung lari ke yang (HET) Rp12.800,00. Ini kan pasar, sehingga kami tidak bisa mengatur harus ke beras premium atau medium. Beras medium memang ada stoknya, tapi nggak sebanyak dulu,” ujar Arief.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom