Menuju konten utama

Operasi Militer di Mosul Ancam 15.800 Pengungsi

Lembaga PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melansir bahwa serangan militer di Mosul, Irak telah menyebabkan 15.800 orang mengungsi.

Operasi Militer di Mosul Ancam 15.800 Pengungsi
Pengungsi Irak yang meninggalkan kekerasan di Mosul dan pengungsi Suriah yang melarikan diri dari daerah yang dikuasai oleh ISIS di Deir al-Zor, membeli makanan dan air di dekat perbatasan Irak, di Wilayah Kepemerintahan Hasaka, Minggu (23/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Rodi Said.

tirto.id - Serangan militer yang diarahkan untuk menggempur ISIS di kota Mosul, Irak, telah mengakibatkan 15.800 orang mengungsi. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat pertempuran yang bergulir sejak 17 Oktober ini masih terus berkecamuk.

Hal ini disampaikan oleh Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melalui juru bicaranya pada Kamis, (27/10/2016).

"Jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal diperkirakan terus turun-naik sementara garis pertempuran bergerak," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam taklimat harian di Markas Besar PBB, New York, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang, (28/10/2016).

"Sebagian keluarga yang kehilangan tempat tinggal memilih kembali ke rumah mereka secepatnya setelah keadaan di desa atau kota tempat tinggal mereka memungkinkan. Mitra kemanusiaan terus menyediakan bantuan buat keluarga di daerah tempat mereka mengungsi, serta di kota kecil dan desa di sekitar Mosul, tempat akses memungkinkan," imbuhnya.

Pasukan keamanan Irak merebut kembali lebih banyak desa pada Selasa pekan lalu (18/10) dari petempur IS, sebagai bagian dari serangan besar yang ditujukan untuk membebaskan Kota Mosul, kubu utama terakhir IS di Irak.

Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah berada dalam kekuasaan IS sejak Juni 2014, ketika pasukan keamanan Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri. Tindakan pasukan keamanan Irak itu memungkinkan anggota IS menguasai beberapa wilayah Irak Utara dan Barat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan "penyelidikan secepatnya dan tidak memihak" terhadap serangan yang menewaskan 36 pelajar dan guru di satu kompleks sekolah di Desa Haas, Gubernuran Idlib di Suriah, pada Rabu (26/10).

Pemimpin PBB tersebut "terkejut" oleh laporan mengenai peristiwa itu, kata Stephane Dujarric, yang menambahkan, "Jika disengaja, serangan ini merupakan kejahatan perang."

"Jika tindakan mengerikan semacam itu terus berlangsung, di tengah-tengah kecaman masyarakat internasional, maka diduga pelakunya, baik di dalam koridor kekuasaan atau di kubu perlawanan, tidak takut pada keadilan," imbuh Dujarric. "Harus dibuktikan bahwa serangan itu adalah bentuk pelanggaran kemanusiaan."

Serangan udara dilancarkan terhadap satu sekolah di Gubernuran Idlib, yang dikuasai gerilyawan di Suriah, sehingga menewaskan 36 orang, termasuk 22 anak-anak, kata beberapa laporan.

Baca juga artikel terkait OPERASI MILITER atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Politik
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra