Menuju konten utama

One Piece: Sejarah Wa no Kuni & Politik Sakoku Tokugawa Jepang

Dalam One Piece, terdapat sejarah Wa no Kuni yang menerapkan politik isolasi (tertutup dari dunia luar) sama seperti Jepang era Keshogunan Tokugawa.

One Piece: Sejarah Wa no Kuni & Politik Sakoku Tokugawa Jepang
Cover Film One Piece. FOTO/wikipedia

tirto.id - Episode 973 Anime One Piece “Kamayude no Kei - Oden Kesshi no Ichijikan” tayang di iQIYI pada Minggu, 9 Mei 2021. Dalam episode ini, Kozuki Oden sang pewaris takhta keshogunan Wa no Kuni dihukum rebus oleh Kurozumi Orochi. Dimulailah rezim kejam Orochi dengan perlindungan Kaido yang membuat Negeri Wa semakin sulit disentuh dunia luar.

Dalam dunia One Piece, Wa no Kuni adalah sebuah negara di New World yang tidak berafiliasi dengan Pemerintah Dunia. Negeri ini sulit dijangkau. Untuk mencapai Wa no Kuni, sebuah kapal membutuhkan bantuan ikan koi raksasa yang berlompatan menuju puncak air terjun yang menjadi satu-satunya jalan masuk ke negeri tersebut. Sudah sejak lama Negeri Wa menerapkan sistem politik tertutup.

Kozuki Oden bersama Bajak Laut Roger berhasil mencapai Laugh Tale, pulau terakhir dalam dunia One Piece. Dari perjalanan itu, ia mengungkap fakta bahwa dahulu, Wa no Kuni pernah terhubung dengan seluruh dunia. Namun, politik tertutup diambil negeri tersebut demi sebuah tujuan rahasia dan demi melindungi diri dari "sebuah kekuatan besar".

Tertutupnya Wa no Kuni pernah disinggung oleh beberapa petinggi Angkatan Laut. Salah satunya adalah Monkey D. Garp, yang berjuluk Pahlawan Angkatan Laut. Garp berkata, "Negeri Wa merupakan negeri yang terisolasi serta tidak memiliki hubungan dengan pemerintah dunia, artinya kita tidak bisa ikut campur (urusan dalam negeri mereka).”

Sistem administrasi Wa no Kuni dibagi ke dalam 6 wilayah besar, yaitu Ibukota Bunga (Hana no Miyako), Kuri, Kibi, Udon, Ringo, dan Hakumai. Negeri Wa sendiri dikuasai oleh 5 klan, yaitu Kozuki, Shimotsuki, Fuugetsu, Uzuki, Amatsuki, dan Kurozumi. Klan yang berhak menjadi shogun adalah Kozuki.

Jika shogun tidak memiliki anak laki-laki sebagai penerus, maka 5 daimyo dari klan Shimotsuki, Fuugetsu, Uzuki, Amatsuki, dan Kurozumi menjadi kandidat terkuat. Namun, beberapa dekade lalu, klan Kurozumi yang licik merencanakan perebutan kekuasaan dengan cara meracun daimyo lain. Akibatnya, klan Kurozumi mendapatkan hukuman dan perundungan.

Namun, kemunculan Kurozumi Orochi membuat klan tersebut kini di puncak. Sebaliknya, dengan kematian Kozuki Oden, yang tersisa dari Klan Kozuki hanyalah Kozuki Momonosuke dan Kozuki Hiyori, putra dan putri Oden.

Negeri Wa dikenal dunia bukan cuma karena sistem politik mereka yang tertutup. Tetapi juga karena seni memahat besi yang mengagumkan. Klan Kozuki adalah pencipta poneglyph, prasasti kuno yang tidak dapat dihancurkan dengan cara apa pun.

Dengan seni memahat ini, banyak pedang legendaris yang lahir di Wa no Kuni, seperti Shusui yang merupakan harta karun nasional negeri tersebut, atau Enma dan Ame no Habakiri yang dipakai oleh Kozuki Oden.

Wa no Kuni juga terkenal para samurai mereka yang tidak tertandingi. Sosok yang paling dikenal adalah Shimotsuki Ryuma, sang Dewa Pedang (Tojin-sama). Keberadaan para samurai pada masa lalu membuat Negeri Wa disegani banyak pihak.

Dengan keberadaan Kurozumi Orochi yang dilindungi Kaido, Wa no Kuni semakin sulit disentuh oleh dunia luar. Kaido adalah salah satu Yonko selain Akagami no Shanks, Big Mom, dan Kurohige (Marshall D. Teach). Namun, sejak awal Wa no Kuni memang negeri tertutup yang tampak terinspirasi dari kisah Jepang pada masa lalu.

Penamaan Wa no Kuni cukup unik karena wa berarti damai atau harmoni. Dahulu, Jepang juga dikenal dengan nama yang sama. Wa sebagai harmoni jadi konsep penting dalam tahun-tahun pembentukan Jepang, berdasarkan gagasan Shōtoku Taisho (574 - 622) yang terpengaruh filosofi Konfusianisme Cina dan Buddha.

Selain itu, jika dilacak dari bahasa, karakter kanji 和 (wa) sering digunakan sebagai prefiks dalam kanji yang merujuk 'Jepang', seperti waka (和歌) yang berarti puisi Jepang klasik atau 和服 (wafuku) yang bermakna pakaian tradisional Jepang.

Politik Sakoku Jepang

Seperti Wa no Kuni, Jepang juga pernah mengenal sistem politik isolasi yang disebut sakoku. Hal ini terjadi pada masa Keshogunan Tokugawa. Ini diawali dengan dekret dan kebijakan yang dibuat oleh Tokugawa Iemitsu sejak 1639. Hal ini kemudian berlanjut dari generasi ke generasi hingga 1853.

Dalam prinsip saoku ini, hubungan dan perdagangan antara Jepang dan negara lain dibuat sangat terbatas. Hampir semua warga negara asing dilarang memasuki Jepang. Sebaliknya, rakyat Jepang biasa dilarang meninggalkan negeri mereka.

Bukan berarti tidak ada perdagangan sama sekali, tetapi jumlahnya minim. Beberapa kontak terhadap dunia luar adalah perdagangan dengan Cina di Pelabuhan Nagasaki, adanya pabrik Belanda di Dejima, Nagasaki, juga perdagangan dengan Korea di Tsushima Fuchū han.

Kekuatan Barat berkali-kali mencoba untuk meruntukan pembatasan Jepang atas pengaruh dunia luar ini sejak abad 17 hingga 19. Misalnya, pada 1647 kapal perang Portugis berupaya masuk Nagasaki, tetapi dihalangi blokade 900 kapal oleh pemerintah Jepang.

Percobaan demi percobaan terus dilakukan hingga 8 Juli 1853. Ketika itu Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat datang dengan 4 kapal perang: Mississippi, Plymouth, Saratoga, dan Susquehanna ke Teluk Edo (Tokyo). Sang komodor menuntut agar Jepang membuka perdagangan dengan Barat.

Peristiwa ini berlanjut dengan Persetujuan Kanagawa pada 31 Maret 1854, ketika Matthew Perry memaksa dibukanya pelabuhan-pelabuhan Jepang di Shimoda dan Hakodate untuk Amerika Serikat.

Sejak saat itu, secara perlahan Jepang mulai membuka diri kepada dunia luar, negara-negara Barat di luar Amerika Serikat.

Dalam One Piece, pada saat eksekusi, Kozuki Oden berpesan kepada para pengikutnya, Akazaya Nine untuk membuka Negeri Wa no Kuni.

Butuh waktu 20 tahun bagi Akazaya Nine bersama Momonosuke sang putra Oden demi mewujudkan mimpi sang samurai. Namun, perjuangan itu akhirnya terwujud dengan bantuan bajak laut yang juga orang asing, Monkey D. Luffy bersama Kelompok Topi Jerami.

Baca juga artikel terkait ONE PIECE atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Film
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus