tirto.id - Sebut saja namanya Albert. Umurnya 44 tahun dan teridentifikasi mengidap HIV positif. Ia tinggal di Inggris dan belakangan jadi objek penelitian sejumlah ilmuwan dari lima universitas di sana. Albert menjadi satu di antara 50 orang yang diberikan obat percobaan untuk membasmi HIV di tubuh mereka. Itu sebabnya ia tak mau nama aslinya disebutkan. Awal Oktober lalu, Albert menjadi orang pertama yang di dalam darahnya tak ditemukan lagi HIV. Ia dinyatakan sembuh!
Pekerja sosial di London itu bilang, “Akan sangat menakjubkan kalau obatnya benar-benar telah ditemukan. Tes darah terakhirku dua minggu lalu tak menunjukkan adanya virus itu lagi.”
Penelitian itu dilakukan ilmuwan dari Universitas Oxford, Univeristas Cambridge, Universitas Imperial College London, dan Universitas College London dan King’s College London. Profesor Sarah Fidler, dari Imperial College London, mengatakan pada The Sunday Times, “Terapi ini khusus didesain untuk membersihkan virus HIV dalam tubuh. Sudah teruji di laboratorium, dan ada bukti bekerja baik pada tubuh manusia. Tapi ini masih awal, tes ini akan terus berlanjut lima tahun ke depan.”
Tes pada Albert juga akan berakhir pada 2018 nanti. Hasil akhirnya baru akan dikabarkan pada tahun itu pula, apakah HIV benar-benar sudah hilang sepenuhnya dari tubuh Albert.
Badan Riset Kesehatan AS, melalui Managing Director-nya, Mark Samuels, menilai hal ini sebagai langkah baik. “Ini percobaan paling serius yang pernah ada dalam pemulihan total dari HIV,” kata Samuels pada The Sunday Time.
HIV memang dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan paling besar dan belum ditemukan penawarnya. Menurut data WHO, HIV telah membunuh lebih dari 35 juta orang. Terakhir, 2015 lalu, 940 ribu sampai 1,3 juta orang di dunia meninggal karena HIV. Ada 36,7 juta orang hidup dengan HIV pada ujung 2015, dan 2,1 jutanya adalah orang yang baru diidentifikasi sebagai HIV positif.
Afrika menjadi tempat paling tinggi tingkat paparan HIV, dengan 25,6 juta orang hidup dengan HIV pada 2015. Dua pertiga penderita HIV terbaru di dunia datang dari Afrika. Belum ada obat untuk HIV, tapi kondisi penderitanya dapat mengontrol virus itu sehingga mereka dapat hidup sehat dan produktif. Hanya 54 persen orang yang tahu kalau ia mengidap HIV.
Penanganan paling mutakhir terhadap penderita HIV adalah terapi ART, alias antiretroviral therapy. ART adalah serangkaian pengobatan yang akan mengontrol jumlah virus HIV dalam tubuh penderitanya. Terapi ini bahkan bisa membuat seorang HIV Positif tidak bisa menularkan virusnya pada orang lain. Namun, ART belum mampu membunuh HIV, bahkan tak bisa memusnahkan virus-virus yang telah mati. Dengan demikian kemungkinan virus-virus mati itu untuk hidup lagi pun masih ada.
Sementara penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan Inggris bekerja dalam dua tahap. Pertama, memusnahkan seluruh sel yang terinfeksi HIV dengan vaksin yang mereka temukan. Kedua, sebuah obat baru bernama Vorinostat akan mengaktifkan lagi sel-sel mati yang terinfeksi HIV sehingga sistem imun akan mendeteksi mereka lagi, dan ikut membuangnya dengan vaksin pertama.
Tentu kabar ini jadi kabar gembira dari dunia medis. Setidaknya, jadi langkah pertama agar stigma “penyakit orang-orang terkutuk” yang distempel di jidat orang-orang dengan HIV Positif bisa mulai dikurangi.
Itu pula yang jadi tujuan mengapa Albert sepakat menjadi salah satu sampel. “Aku mau mengambil bagian dalam penelitian ini karena ingin membantu orang banyak dan diriku sendiri. Jika berhasil, ini akan jadi prestasi besar setelah perjuangan bertahun-tahun ini. Mereka yang menderita karena virus ini akhirnya akan sembuh, apa itu tak hebat?” ungkapnya pada The Sunday Time.
Mungkin suatu saat Albert akhirnya berani untuk mengungkapkan jati dirinya jika obat ini benar-benar berhasil menyembuhkannya secara total dari virus HIV. Ia akan berada di jalur hidup yang sama dengan Timothy Ray Brown, satu-satunya manusia di dunia ini yang pernah sembuh total dari HIV.
Pada 2007 lalu, ia menjalani transplantasi sumsum tulang belakang dari donor dengan mutasi genetik langka yang membuat sel-selnya imun terhadap HIV. Ia sebelumnya menderita leukemia, selain HIV. Namun, kejadian yang dialami Brown sangatlah langka sehingga sulit untuk direplikasi. Tapi hal itu terbukti menjadi semangat baru bagi para ilmuwan yang bercita-cita mampu menemukan obat yang dapat menyembuhkan manusia dari HIV.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Zen RS